Sambil Mengusap Perutnya Mengucap: Sabar dek, Ibuk Mau Ketemu Pak Menteri

Sabtu, 05 September 2015 – 19:57 WIB
Ketua Umum Forum Honorer K2 Indonesia (‎FHK2I) Titi Purwaningsih (jilbab biru). Foto: ist/Mesya Muhammad/JPNN

TAKDIR tidak akan berubah selama manusia tidak punya keinginan untuk mengubah nasib. Prinsip itulah yang dipegang honorer kategori dua (K2) untuk meningkatkan statusnya menjadi CPNS. Inilah sepenggal kisah perjuangan honorer K2.
----------
Mesya Muhammad-JPNN
---------
DENGAN langkah hati-hati, pelan, perempuan berusia 40 tahun ini menuju Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB). Di tangannya ada setumpuk berkas yang ingin diserahkan kepada MenPAN-RB Yuddy Chrisnandi. Isinya adalah tuntutan agar honorer K2 ada yang diangkat tahun ini.

Tiba di lobi kantor, satpam dan resepsionis langsung menyapanya. "Siang Bu Titi, wah baru muncul lagi ya. Tapi kok jadi gendut Bu Titi (hamil, red)," seru mereka kompak.

BACA JUGA: Begini Cara Adab Masyarakat Toli-Toli Menyambut Tamu Kehormatan

Ya, perempuan berusia 40 tahun itu adalah Ketua Umum Forum Honorer K2 Indonesia (‎FHK2I) Titi Purwaningsih. Wajah guru honorer dari Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah ini, sudah tidak asing lagi di Kantor KemenPAN-RB, mulai dari office boy, security, staf, asisten deputi, deputi hingga dua MenPAN-RB yakni Azwar Abubakar dan Yuddy Chrisnandi kenal dengan Titi.

Titi bersama rekan-rekannya berjuang sejak pengumuman Panselnas CPNS yang tidak meloloskan nama-nama honorer K2 berusia di atas 35 tahun. Mereka tidak terima, honorer K2 yang diloloskan Panselnas ternyata bodong.

BACA JUGA: Bocah-bocah SD Itu Harus Jalan Kaki Dua Jam, Bertemu Ular dan Babi Hutan

Saat itu perut Titi masih rata dan menggunakan sepatu beralas lima centimeter seperti layaknya yang dipakai guru-guru. Kini, perut Titi membusung ke depan karena tengah mengandung anak keduanya.

"Iya saya hamil enam bulan. Tadinya saya sudah delegasikan ke teman-teman untuk perjuangan ini, namun saya tidak nyaman kalau hanya diam, makanya saya bela-belain datang ke Jakarta," kata Titi membuka percakapan dengan JPNN, baru-baru ini.

BACA JUGA: Penerima Beasiswa Dahlan Iskan, Mahasiswa Berprestasi di Universitas Surya

Kunjungannya ke Kantor KemenPAN-RB sudah yang kepuluhan kalinya. Namun Titi dan kawan-kawannya tidak pernah bosan. Kendati jarak yang ditempuh dari Banjarnegara ke Jakarta sekitar 12 jam, bila tidak macet.

"Saya harus semangat, kalau cuma menunggu di rumah, bagaimana bisa dapat hasil maksimal. Apalagi ini sudah September, makin dekat dengan Desember. Target saya, harus ada yang diangkat tahun ini sesuai kesepakatan politik Komisi II DPR dengan MenPAN-RB," tuturnya.

Saat bercerita tentang perjuangan FHK2I, sesekali Titi mengelus perut besarnya yang agak mengeras, sambil berucap, "sabar dek, ibuk mau ketemu Pak Menteri."

Titi mengaku, sudah sepekan di Jakarta dalam agenda pertemuan dengan Komisi II dan ingin menyampaikan aspirasi ke MenPAN-RB.

"Sudah dua kali saya menyurat ke Pak Menteri, tapi tidak ada jawaban, makanya saya samperin ke sini saja. Kalau DPR cepat responnya, kami malah disupport sekali sama anggota dewan," ucapnya.

Selama di Jakarta, Titi mengaku sering mengalami kontraksi karena terlalu capek. Dia pun memilih tinggal di wisma Pondok Haji, Pondok Gede yang jaraknya cukup jauh. Alasannya harga penginapannya lebih murah Rp 200 ribu per malam. Itu sebabnya, Titi dan rekan-rekannya tidak mau balik sebelum hasilnya ada.

"Kami hanya ingin dengar apa program Pak Menteri untuk honorer K2. Kami ini tahu kok anggaran negara pas-pasan, makanya kami minta jatah 30 ribu itu dulu. Selebihnya diangkat bertahap sesuai kekuatan APBN," tuturnya.

Sore sudah menjelang, namun menteri yang ditunggu-tunggu tidak juga menemui. Titi dan rekan-rekannya hanya ditemui staf khusus MenPAN-RB., dengan alasan Menteri Yuddy tengah memimpin rapat.

"Tidak apa-apalah kalau Pak Menteri tidak mau temui kami. Yang jelas kalau tidak ada niat baik pemerintah, terpaksa kami akan gelar aksi besar-besaran pada 15-16 September. Saya akan berorasi untuk menyemangati teman-teman. Mudah-mudahan, bayi saya tetap kuat," tuturnya.

Rekan-rekan Titi lainnya, seperti Nurbaiti bendahara Forum Pager Nusantara mengusulkan kalau anak ketumnya lahir diberi nama ASN atau honorer. "Kami usul anaknya diberi nama yang berkaitan dengan ASN atau honorer, sebagai bukti perjuangan," cetus Nurbaiti yang disambut senyuman Titi. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Baca Ini! Generasi Kita Terancam Bodoh Karena Asap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler