Sampah Makanan Indonesia Senilai Rp 330 Triliun per Tahun, Diolah Jadi Energi?

Sabtu, 24 September 2022 – 00:10 WIB
Ki-Ka: Hanan Attaki, Rene Suhardono, dan Dimar  Zuliaskimsah. Foto Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia tercatat sebagai kontributor sampah laut kedua terbesar di dunia. Ironisnya, sekitar 70% dari bobot sampah yang dihasilkan tersebut merupakan sampah makanan yang bernilai tidak kurang dari Rp 330 triliun setahun.

"Kondisi inilah yang mendorong kami mengetengahkan tiga isu utama, yakni food, waste dan energy agar muncul solusi permasalah sosial termasuk soal sampah," kata Hanan Attaki, Founder KITA, dalam konferensi pers di Stuja Coffee Cipete, Jakarta, Jumat (23/9). 

BACA JUGA: Sandiaga Uno Beri Rumah Kompos Untuk Pengolahan Sampah

Dia menjelaskan pemilihan tiga topik utama, yaitu energi, pangan dan sampah didasarkan pada tingkat kepentingan serta prioritasnya yang makin mendesak.

Misalnya, terkait energi di mana posisi Indonesia telah bergeser dari negara pengekspor jadi negara pengimpor minyak

BACA JUGA: Makanan Sumbang 44 Persen Total Sampah di Indonesia

Begitu juga pada masalah pangan dan sampah yang menjadi tantangan bukan hanya Indonesia, tetapi seluruh dunia. 

Makin menipisnya energi berbasis fosil, mendorong banyak negara untuk mencari energi terbarukan, termasuk Indonesia.

BACA JUGA: Lewat Cara Ini, Kominfo Ajak Masyarakat Selamatkan Laut dari Sampah Plastik

Saat ini, permintaan energi global telah meningkat tiga kali lipat dari tahun 1950.

"Ironis kan, karena di sini menyimpan begitu banyak sumber energi terbarukan. Mulai dari air, angin, geothermal, surya, hingga biomassa," katanya. 

Sayangnya, menurut Hanan, pemanfaatan energi terbarukan ini masih sangat kecil yakni kurang dari 3% dari potensi energi terbarukan, padahal dari sampah saja, potensinya juga sangat besar. Itu jika diubah menjadi energi.

"Karenanya, forum ini menjadi ruang pertemuan dan kolaborasi bagi para social entrepreneur, content creators, dan korporasi untuk bekerja sama menjadikan tantangan sebagai kesempatan berkarya," ujarnya. 

Ditambahkannya, KITA Forum 2022 juga diharapkan menjadi ajang yang mampu mendorong potensi kewirausahaan Gen Z dan Y, sekaligus kepedulian masyarakat terhadap masalah sosial, lingkungan serta energi.

Gen Z dan Y juga akan termotivasi untuk menjadi bagian dari usaha sosial yang berpotensi membuka lapangan pekerjaan dan memunculkan kemandirian ekonomi rakyat.

“Forum ini terbuka bagi siapa saja yang ingin menggali potensi kewirausahaan pada dirinya. Mereka bisa mengambil banyak manfaat untuk mengambil keputusan usaha yang tepat,” jelas Hanan Attaki.(esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler