jpnn.com, JAKARTA - Bank Rakyat Indonesia (BRI) secara aktif melakukan optimalisasi likuiditas bank melalui instrumen surat berharga di tengah turunnya angka pertumbuhan penyaluran kredit akibat pandemi Covid-19.
Tidak hanya surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah (SBN), bank yang menyandang status The Best Primary Dealer sejak 2017 ini, juga melakukan alokasi pada instrumen surat berharga korporasi secara prudent
BACA JUGA: Optimalisasi Likuiditas BRI di Tengah Pandemi, Konsistensi sebagai The Best Primary Dealer
Pada 2020, BRI tercatat mengelola SBN sebesar Rp284 triliun atau 5,6 persen dari total SBN yang masih beredar.
Senior Executive Vice President Treasury & Global Services BRI Listiarini Dewajanti mengatakan, sebagai bank dengan aset kelolaan surat berharga terbesar di Indonesia, perseroan mampu memanfaatkan momentum tren penurunan suku bunga dalam meningkatkan pendapatan.
BACA JUGA: Nagita Slavina: Awalnya Berteman, Tetapi Bisa Jadi Nyaman, itu Lebih Berbahaya
Terbukti, BRI mampu menjaga market share surat berharga di kisaran 18-20% untuk pasar perdana dan 13-16% untuk pasar sekunder.
“Di tengah perlambatan aktivitas ekonomi sebagai dampak dari pandemi yang membuat penyaluran kredit menjadi melambat, kami terus melakukan optimalisasi atas kondisi likuiditas bank melalui penempatan pada instrumen surat berharga yang dikelola secara aktif dengan tetap memperhatikan potensi risiko," ungkap Listiarini.
BACA JUGA: Jurus BRI Bertransformasi ke Sistem Digital di Tengah Pandemi
Listiarini mengungkapkan, pengelolaan surat berharga secara aktif dan prudent di BRI salah satunya dilakukan mempertimbangkan jatuh tempo kewajiban bank dan komposisi surat berharga berdasarkan penerbitnya dengan tetap memperhatikan aspek fundamental & teknikal secara komprehensif.
Selain itu, pengelolaan surat berharga secara aktif juga dilakukan sebagai mitigasi penurunan imbal hasil portofolio di tengah era suku bunga rendah seperti saat ini.
“Berkat pengelolaan portofolio surat berharga secara aktif, kami masih mampu menjaga penurunan tingkat imbal hasil kelolaan surat berharga hanya sebesar 90 bps, di saat suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate turun sebesar 125 bps sepanjang tahun 2020," jelas Listiarini.
Selaras dengan misi Pemerintah dan Bank Indonesia terkait pendalaman pasar keuangan dan inklusi keuangan, BRI terus meningkatkan aktivitas surat berharga.
Salah satunya dengan memperluas customer base dan melakukan pengembangan produk serta layanan surat berharga, baik untuk nasabah institusi maupun individu.
“Peran kami dalam aktivitas pasar surat berharga nasional salah satunya terlihat dari peningkatan volume dan frekuensi transaksi di tahun 2020 masing-masing sebesar 179% dan 208% secara year-on-year," imbuh Listiarini.
Selain itu, penghargaan sebagai The Best Primary Dealer menunjukkan dukungan berkelanjutan BRI terhadap pendalaman pasar keuangan Indonesia.
Sebelumnya, kinerja BRI di pasar surat berharga diapresiasi oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai Dealer Utama terbaik sepanjang 2019.
BRI juga dinobatkan sebagai dealer utama terbaik di pasar perdana dan di pasar sekunder yang menegaskan eksistensi BRI di pasar surat berharga nasional.
Tidak hanya itu, pada 2019, BRI juga dinobatkan oleh Bank Indonesia sebagai Best Financial Market Deepening Support Bank-Repo GMRA dan saat ini telah memiliki Global Master Repurchase Agreement (GMRA) dengan lebih dari 50 institusi keuangan domestik dan global sebagai dasar transaksi repurchase agreement (repo).(ikl/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pilih Move On dari Kisruh dengan Kaesang, Meilia Lau Curhat Begini
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi