Sandi Kurang Rapi Bermain Sandiwara?

Selasa, 18 Desember 2018 – 13:03 WIB
Sandiaga Uno. Foto: Instagram @sandiuno

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Afriadi Rosdi menilai sandiwara playing victim biasa dilakukan di masa kampanye, seperti di Pilpres 2019.

Polanya, diawali dengan merancang kegiatan. Kemudian menyuruh orang tertentu dari pihak sendiri untuk menzalimi kegiatan tersebut. Langkah selanjutnya, menyiapkan media memberitakan gangguan tersebut dengan framing pihak lawan menzalimi kegiatan mereka.

BACA JUGA: Prabowo - Sandi Disarankan Berhenti Berpura-pura Jadi Korban

Opini publik digiring seolah-olah pihak tertentu dizalimi pihak lawan.

Pola playing victim, kata Afriadi, berpeluang sukses jika dikelola dengan rapi. Jika tidak, efek yang diharapkan malah berbalik. Seperti yang dialami calon presiden Sandiaga Salahuddin Uno, saat mengunjungi Pasar Kota Pinang, Labuhanbatu, Sumatera Utara, Selasa (11/12) lalu.

BACA JUGA: Wajar Banyak yang Tidak Percaya Sandi Ditolak di Pasar

Sandi disambut tulisan pada sebuah karton. Isinya, "Pak Sandiaga Uno, sejak kecil kami sudah bersahabat. Jangan pisahkan kami gara-gara pilpres, pulanglah!!!" Muncul dugaan peristiwa yang dialami Sandi merupakan playing victim. 

"Kesan yang kemudian muncul, Sandi kurang rapi bermain sandiwara. Karena terkesan bisa dibongkar tim Joko Widodo-Ma'ruf Amin, bahwa itu adalah permainan playing victim dari tim Sandiaga Uno," ujar Afriadi kepada JPNN.com, Selasa (18/12).

BACA JUGA: Hasto Sebut #SandiwaraUno Mirip Dusta Ratna Sarumpaet

Ketua Pusat Kajian Literasi Media ini mendasari pandangannya berdasarkan penjelasan Juru Bicara TKN Jokowi-Ma’ruf Ace Hasan Syadzily beberapa waktu lalu. Menurut Ace, dalam video yang viral tampak ada seseorang yang disuruh mengaku sebagai pemasang spanduk penolakan Sandi.

"Jadi, sangat penting permainan playing victim disusun secara rapi, sehingga tak mudah dibuktikan lawan. Kalau ketahuan, efeknya akan menghantam anda sendiri," ucapnya.

Afriadi kemudian memaparkan sejumlah kelemahan dalam kasus penolakan terhadap Sandi di Labuhanbatu.

Pertama, tim keamanan Sandi awalnya ingin mencopot poster tersebut. Namun dilarang tim lain dari kubu pasangan capres nomor urut 02 itu. Poster yang awalnya sudah dicopot setengah, malah dipasang kembali secara rapi.

“Padahal, masyarakat tidak ada yang memprotes pencopotan. Kenapa malah ada yang melarang poster dicopot, bahkan memerintahkan untuk pasang lagi secara rapi," katanya.

Kedua, peran tim Sandi yang melarang pencopotan, kata Afriadi, terlalu kentara dan cukup dikenal kubu Jokowi-Amin. Karena itu, tak heran kemudian muncul #SandiwaraUno.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Sindir Drama #SandiwaraUno di Pasar


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler