jpnn.com, JAKARTA - Pengusaha muda Indonesia Sandiaga Uno mengungkapkan, pendidikan vokasi merupakan mitra strategis bagi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) agar bisa tetap bertahan di masa pandemi.
Kolaborasi yang terbangun tidak cukup secara linear, tetapi harus bersifat multidimensi.
BACA JUGA: 4 Tips untuk Pelaku UMKM Bertahan di Tengah Situasi Pandemi Covid-19
"Pendidikan tinggi vokasi menjadi jembatan untuk menyambungkan UMKM dengan inkubator bisnis," kata Sandiaga dalam diskusi daring yang diikuti puluhan pelaku UMKM di Kota/Kabupaten Bogor, Sabtu (26/9).
Dia menyebutkan inkubasi bisnis menjadi tahapan penting untuk mendirikan usaha yang fit.
BACA JUGA: Kemenkop UKM Kembangkan UMKM Pariwisata KEK Likupang
Berdasarkan studi, tingkat kesuksesan UMKM yang didampingi oleh inkubator bisnis mencapai 87 persen.
“Peran inkubator bisnis sangat relevan, yakni memberikan pelatihan dan pendampingan, serta pengembangan SDM. Sedangkan mitra vokasi memiliki andil untuk membantu UMKM untuk bisa bertahan dan bangkit lantaran adanya dampak pandmi,” tutur Sandi.
BACA JUGA: Cekcok di Pasar, Briptu MA Lapor ke Mako Brimob, 3 Rekan Bergerak, Terjadilah
Sinergi antara pendidikan tinggi vokasi, inkubator, bisnis, dan UMKM harus dibangun dengan semangat inovasi yang tinggi.
Pasalnya, UMKM yang dapat bertahan dalam berbagai kondisi adalah yang mampu berinovasi.
Dengan inovasi tersebut, UMKM punya kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.
“Pendidikan tinggi vokasi harus aktif berinovasi, mencari berbagai terobosan untuk membantu memberikan solusi. Seperti di masa pandemi ini, setiap usaha harus menerapkan protokol keuangan sesuai dengan omzet melalui pengelolaan yang ketat. Dengan begitu, untuk usaha mikro setidaknya bisa bertahan selama bulan, usaha kecil tiga bulan, dan usaha menengah bisa 6-12 bulan,” tutur Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.
Terkait dengan membangun ekonomi nasional, Sandi menilai bahwa potensi UMKM di sangat besar.
Sayangnya, ekonomi Indonesia saat ini masih belum mengandalkan mutu produk dan jasa karya anak bangsa.
Menurut Sandi, perlu adanya program dan langkah strategis dari Pemerintah untuk menghadapi tantangan kualitas produk lokal tersebut.
“Kasus di lapangan seringkali UMKM sudah mampu memproduksi produk yang baik, bahkan mampu memasarkannya. Namun ketika pesanan melonjak, mereka kesulitan untuk menjaga kualitas produknya. Di sini peran konkret SDM vokasi untuk mengatasinya,” ucapnya.
Sandi sendiri memberikan apresiasi kepada Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit. Mitras DUDI) Kemendikbud yang telah memberikan program pendanaan bagi perguruan tinggi vokasi (PTV) untuk memperkuat kemitraan dengan UMKM.
Upaya ini diharapkan dapat mewujudkan keterkaitan dan kecocokan (link and match) pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri, serta meningkatkan jumlah entrepreneur di Tanah Air. Sandi bahkan membuka kesempatan untuk berkolaborasi melalui Program Rumah Siap Kerja yang sedang Ia bina.
“Program penguatan vokasi dari Mitras DUDI adalah langkah konkret yang perlu kita dukung bersama. Sekarang konsepnya semua adalah kolaborasi, saling mendorong untuk menyukseskan pernikahan pendidikan vokasi dengan industri,” ucap Sandi.
Pada kesempatan sama Direktur Mitras DUDI, Ahmad Saufi mengungkapkan pihaknya siap untuk berkerja dengan berbagai pihak dalam rangka memperkuat pendidikan vokasi Indonesia.
Bagi Saufi, pendidikan vokasi harus dekat dengan masyarakat. Jiwa kewirausahaan juga akan ditumbuhkan sehingga para lulusan vokasi tidak hanya menjadi tenaga kerja terampil, tetapi juga menjadi entrepreneur yang mampu menciptakan lapangan kerja baru.
“Beberapa PTV penerima Program Penguatan Kemitraan dengan Industri, Dunia Usaha, dan Dunia Kerja kami harap dapat memaksimalkan dana yang sudah diberikan untuk pengembangan UMKM. Sekolah Vokasi IPB misalnya, sebagai salah satu penerima dapat memperkuat UMKM bidang agromaritim yang menjadi potensi besar di negara kita,” tandas Saufi. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad