jpnn.com, KUBU RAYA - Ujian nasional (UN) tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) berlangsung pada 2,3,4, dan 8 Mei 2017.
Dari 220 SMP di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat yang melaksanakan UN, hanya dua sekolah yang melaksanakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
BACA JUGA: Balai Karantina Pertanian Penting Sebagai Pelindung Sumber Daya Hayati
Hal ini menunjukkan masih minimnya infrastruktur dan sarana prasarana sekolah di Kubu Raya.
Demikian dikatakan Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Fakih usai pertemuan dengan Wakil Bupati Kubu Raya beserta jajaran di Kantor Bupati Kubu Raya, Kalbar, Selasa (2/5). Pertemuan ini merupakan salah satu agenda kunjungan kerja Komisi X DPR ke Kalbar.
BACA JUGA: Fadli Zon: Sepuluh Parpol Sudah Cukup
“Dari 220 SMP yang melaksanakan UN hanya dua sekolah yang melaksanakan UNBK. Ini gambaran bahwa infrastruktur dan sarana prasarana masih minim. Sehingga sekolah untuk melaksanakan UNBK, masih sangat sedikit. Saya kira ini perlu perhatian,” terang Fikri.
Politikus F-PKS itu mengakui, kemampuan fiskal daerah yang juga minim turut memengaruhi kondisi sarpras pendidikan. Alhasil, bantuan dari pusat pun sangat dibutuhkan oleh daerah.
BACA JUGA: Tingkatkan Pelayanan Publik, Setjen DPR Terus Perbaiki Nilai PMPRB
“Saya kira fiskal daerah terbatas. PAD Kabupaten dan Kota di bawah sepuluh persen dari APBD mereka. DAU maupun DAK yang dimiliki kabupaten dan kota itu sebagian besar dari pusat. Ini harus cermat betul, dan kementerian terkait harus terlibat langsung,” dorong Fikri.
Terkait sarpras ini, Fikri menambahkan, pihaknya baru saja menyelesaikan Panja Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pihaknya juga telah menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rekomendasi itu diharapkan dapat mengurai permasalahan mengenai minimnya sarpras pendidikan.
“Mudah-mudahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menindaklanjuti rekomendasi Panja. Karena bukan hanya masalah sekolah rusak, dari 1,8 juta ruang kelas yang ada, setidaknya 1,3 juta ruang kelas mengalami kerusakan. Namun, itu belum berbicara tentang perpustakaan, laboratorium, dan lainnya,” imbuh Fikri.
Politikus asal dapil Jawa Tengah itu pun menyoroti mengenai penerapan kurikulum.
Menurutnya, penerapan kurikulum masih menjadi problematika karena daerah masih ada yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013.
“Ini mau pakai Kurikulum 2013 atau KTSP, ternyata ini menjadi problematika besar. Kementerian terkait harus menetapkan kejelasan mengenai kurikulum yang akan digunakan, karena elemen pendidikan menjadi bingung. Dan ini memengaruhi sarana prasarana yang harus disiapkan. Tentu sarpras untuk Kurikulum 2013 berbeda dengan KTSP,” jelas Fikri.
Sementara itu, Wakil Bupati Kubu Raya Hermanus menjelaskan, dari 220 SMP yang melaksanakan UN di daerahnya, hanya dua sekolah yang melaksanakan UNBK.
Sisanya masih menerapkan ujian asional kertas dan pensil (UNKP). Dua sekolah itu pun swasta, yakni SMP Tunas Bangsa dan SMP Taruna.
“Permasalahannya masih lambatnya Prosedur Operasional Standar (POS) Ujian Nasional, dan termasuk masih minimnya siswa yang mampu mengoperasikan komputer. Ini kendala kita ketika akan melaksanakan UNBK,” jelas Hermanus.
Kunjungan kerja ini juga diikuti oleh Wakil Ketua Komisi X DPR Sutan Hendra (F-Gerindra, dapil Jambi) dan beberapa Anggota Komisi X DPR.
Di antaranya Mujib Rohmat (F-PG, dapil Jateng), Iwan Kurniawan (F-Gerindra, dapil Kalteng), Lathifah Shohib (F-PKB, dapil Jatim), dan Yayuk Sri Rahayuningsih (F-Nasdem, dapil Jatim). (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sistem Proporsional Terbuka, Partisipasi Publik Lebih Besar
Redaktur : Tim Redaksi