Sastra Bangun Karakter dan Ideologi Bangsa

Senin, 27 September 2010 – 17:43 WIB
JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Dodi Nandika Sastra mengatakan, sastra dapat dijadikan wahana untuk membangun karakter dan ideologi bangsaSebaliknya pula katanya, ideologi dapat diungkapkan melalui sastra

BACA JUGA: Modul dan Kurikulum Pendidikan Antikorupsi Segera Direalisasi

"Maka dari itu, karakter bangsa harus diperkuat antara lain dengan bahasa dan sastra sebagai pilar penting," ungkap Dodi, dalam Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara, di Hotel Santika, Jakarta, Senin (27/9).

Dodi menyampaikan, kemajuan bangsa sangat berhubungan erat dengan kemampuan bangsa dalam mendayagunakan potensi dan karakter
Bagi bangsa yang cerdas, kata dia, bahasa dan sastra adalah sumber daya strategis untuk mengembangkan kreasi, inovasi dan keunggulan peradaban

BACA JUGA: Ir Ciputra Lepas Wisudawan Angkatan I Universitas Ciputra

"Bahasa adalah 'makhluk hidup' dan berkembang, yang harus dipelihara, dan bukan benda mati," ujarnya.

Sehubungan dengan itu disebutkan, melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 24/2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka pemerintah berupaya untuk meningkatkan status kelembagaan Pusat Bahasa menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Badan yang bertanggungjawab langsung kepada Mendiknas ini mempunyai tugas melaksanakan pengembangan, pembinaan dan perlindungan bahasa dan sastra Indonesia

BACA JUGA: Guru Non Sertifikasi Juga Terima Tunjangan

"Pembentukan badan ini sebuah komitmen baru, tonggak baruKesadaran baru dari pemerintah Indonesia untuk lebih meningkatkan martabat bahasa Indonesia," kata Dodi pula.

Masih di tempat yang sama, Ketua Delegasi Brunei Darussalam, Dayang Hajah Aminah binti Haji Momim menerangkan, pihaknya sendiri mengembangkan bengkel pelestarian budaya Melayu sebagai usaha untuk menghidupkan budaya Melayu"Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan Brunei Darussalam menghidupkan kegiatan teater yang mendukung cerita-cerita rakyat, termasuk cerita legenda dan mitos, untuk dipersembahkan kepada wisatawan," jelasnya.

Sementara, Ketua Delegasi Malaysia Dato' Haji Termuzi bin Haji Abdul Aziz, juga menyampaikan bahwa seminar ini dapat meluaskan horizon sastra Melayu di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, serta tidak memisahkan (ketiga negara) secara geopolitik"Kita disatukan melalui nurani dan semangat sastraKajian terhadap karya kita yang dibuat oleh para peneliti, akan turut meletakkan sastra kita di mercu sastra dunia," ujarnya.

Lebih jauh, Wakil Kepala Pusat Bahasa Agus Dharma menambahkan, setiap sastrawan memiliki gagasan tertentu yang ingin dikemukakan kepada pembacaIdeologi, kata dia, merupakan buah pemikiran yang berkehendak 'membenahi' kehidupan, berdasarkan nilai-nilai yang mampu menggerakkan penganutnyaSastrawan sebagai pemikir, katanya pula, memiliki orientasi yang bertaut dengan sebuah ideologi"Sastra tanpa ideologi mempunyai kecenderungan menjadi sastra tanpa tanggung jawab intelektual," ujarnya.

Untuk diketahui, seminar yang mengambil tema "Sastra dan Ideologi" ini, diselenggarakan oleh Pusat Bahasa sebagai pengelola Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) IndonesiaMastera sendiri merupakan organisasi yang menjalin kerjasama kesastraan antara Indonesia, Malaysia dan Brunei DarussalamKegiatan yang dilakukan antara lain berupa seminar, program penulisan bagi sastrawan muda, penerbitan jurnal, serta penyusunan antologi karya sastra dan penelitian sastra(cha/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPID Sambut TV Pendidikan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler