jpnn.com, JAKARTA - Perkembangan penanganan Covid-19 per 22 Desember 2020 terjadi pertambahan kasus positif sebanyak 6.374 orang, di mana jumlah kasus aktif sebanyak 105.146 atau 15,5 persen dibandingkan rata-rata dunia sebesar 27,55 persen.
Jumlah kasus sembuh sebanyak 555.722 atau 81,5 persen dibandingkan rata-rata dunia 70,24 persen. Untuk jumlah pasien meninggal 20.257 kasus atau 32,9 persen dibandingkan rata-rata dunia 2,19 persen.
BACA JUGA: Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Disiplin Protokol Kesehatan untuk Tekan Kasus Aktif
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, yang perlu menjadi perhatian ialah kasus aktif. Di mana jumlahnya saat ini sudah menembus lebih dari 100 ribu.
"Hal ini menunjukkan bahwa tren peningkatan kasus aktif cepat terjadi. Ini adalah hal yang tidak dapat ditoleransi," katanya di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (22/12).
BACA JUGA: Seseorang Menghubungi Risma Memintanya Datang ke Istana Hari Selasa, Sekarang Jadi Menteri
Dari grafik data, kenaikan kasus aktif di Indonesia menunjukkan tren yang memburuk. Angkanya sudah menembus lebih dari 100 ribu dalam waktu satu bulan, yaitu dari bulan November ke Desember 2020.
Jika berkaca dari pengalaman sebelumnya, kenaikan kasus aktif dari kisaran 10 ribu menuju angka 30 ribu membutuhkan waktu tiga bulan, dari Mei-Juli. Selanjutnya, hanya dibutuhkan waktu dua bulan untuk mencapai 60 ribu dari yang sebelumnya 30 ribu.
Yang sangat disayangkan lagi, lanjut Wiku, terdapat penurunan kedisiplinan protokol kesehatan mendampingi grafik kenaikan kasus aktif ini.
"Grafik kasus ini bukan hanya sekadar angka, tetapi merefleksikan jumlah nyawa manusia. Naik atau turunnya grafik ini ada di tangan kita semua. Setiap kenaikan grafik ini berpotensi menimbulkan kematian," katanya.
Di samping itu, pada perkembangan tren kasus positif mingguan terdapat peningkatan kasus sebesar 12,1 persen dibandingkan minggu sebelumnya. Pekan ini, kasus positif didominasi lima provinsi penyumbang tertinggi kenaikan kasus.
Di antaranya pertama, DKI Jakarta (8.538 menjadi 10.611), Sulawesi Selatan naik 933 (1.631 menjadi 2.564), Jawa Barat naik 801 (6.937 menjadi 7.738), Jawa Timur naik 442 (4.910 menjadi 5.352) dan Kalimantan Timur naik 390 (1.337 menjadi 1.727).
"Mayoritas kelima provinsi ini, provinsi yang sama dengan provinsi penyumbang kasus tertinggi pekan lalu," tegas Wiku.
Lalu, pada perkembangan kasus kematian mingguan terdapat tren peningkatan sebesar tiga persen. Ada lima provinsi kenaikan kematian tertinggi.
Kelima provinsi itu yakni Jawa Tengah naik 35 (173 menjadi 208), Jawa Timur naik 35 (296 menjadi 331), DKI Jakarta naik 21 (118 menjadi 139), Sumatera Barat naik 17 (13 menjadi 30) dan Lampung naik 10 (25 menjadi 35).
Sementara daerah dengan persentase kematian tertinggi berada di Jawa Timur 6,92 persen, Sumatera Selatan 5,29 persen, Nusa Tenggara Barat 5,14 persen, Lampung 4,50 persen, dan Aceh 4,14 persen.
Masih tingginya kematian pasien, disebabkan penanganan fasilitas kesehatan yang belum memenuhi standar. Akibatnya pasien tidak bisa ditangani dengan cepat dan efektif.
Provinsi-provinsi dengan kematian tertinggi diminta segera melakukan evaluasi penangan pasien di fasilitas pelayanan kesehatannya.
"Lakukan penanganan yang maksimal, untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Ingat, satu nyawa yang hilang sangatlah berharga," jelas Wiku.
Dibandingkan kasus positif dan kematian, perkembangan tren kesembuhan pekan ini terlihat baik. Pada tren kesembuhan kumulatif saat ini berangsur meningkat, yaitu sebesar 16,8 persen.
Apresiasi diberikan pada lima provinsi penyumbang kesembuhan tertinggi, yakni DKI Jakarta naik 522 (7.405 menjadi 9.345), Jateng naik 482 (2.354 menjadi 3.750), Jabar naik 304 (5.470 menjadi 6.664), Jatim naik 298 (3.680 menjadi 4.322) dan Jambi naik 184 (94 menjadi 308).
Untuk persentase kesembuhan tertinggi berada di Gorontalo 94,57 persen, Papua Barat 90,83 persen, Kalimantan Selatan 90,36 persen, DKI Jakarta 90,06 persen, dan Riau 89,3 persen.
"Walaupun demikian, jangan sampai lengah. Tetap optimalkan upaya pengendalian Covid-19 melalui testing dan tracing sehingga mereka yang positif dan kontak terdekatnya, dapat dideteksi lebih dini dan melalui treatment yang baik dapat meningkatkan peluang kesembuhan," pinta Wiku.(tan/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga