Satgas Covid-19 Sebut PPKM Jawa-Bali Berdampak Positif di Sebagian Besar Wilayah

Selasa, 23 Februari 2021 – 21:55 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. Foto: Satgas Covid-19

jpnn.com, JAKARTA - Perkembangan terkini pada kasus positif Covid-19 per Selasa (23/2) terjadi penambahan pasien terkonfirmasi positif sebanyak 9.775 kasus dengan jumlah kasus aktif 158.604 kasus atau persentasenya 12,2 persen dibandingkan rata-rata dunia 19,67 persen.

Jumlah kesembuhan sebanyak 1.104.990 kasus atau 85,1 persen dibandingkan rata-rata dunia 78,21 persen.

BACA JUGA: Masalah Limbah Medis, Begini Respons Satgas Covid-19

Pada kasus meninggal sebanyak 35.014 kasus atau 2,7 persen dibandingkan rata-rata dunia 2,2 persen.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tingkat kabupaten atau kota Pulau Jawa-Bali sudah memasuki tahap tiga yang bersamaan dengan penerapan PPKM mikro tingkat RT/RW.

Ada tujuh provinsi yang menerapkannya, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Perkembangan secara umum, intervensi ini sudah menunjukkan hasil pada empat indikator yang ditetapkan, yakni kasus aktif menurun, kesembuhan meningkat meskipun kematian sedikit menurun, serta keterisian tempat tidur pasien pun menurun.

"Perkembangan kasus aktif secara umum masih fluktuasi, dimana rata-rata baru menunjukkan penurunan pada periode PPKM tahap ketiga," jelasnya memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Selasa (23/2).

Secara per provinsi, tren menurun PPKM tahap tiga atau minggu kelima terlihat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali dan DI Yogyakarta. Khusus Jawa Timur tren menurun sudah terlihat sejak PPKM tahap kedua.

BACA JUGA: Semangat Hidup Bertambah Usai Divaksinasi Covid-19, Hotman Paris: Pantai Bali Menunggu Saya

Namun di Jawa Tengah trennya terlihat fluktuatif dan cenderung meningkat. Bahkan hal ini terlihat sejak PPKM tahap pertama.

Meski demikian, pelaksanaan PPKM berdampak positif pada perkembangan kasus aktif sebagian besar wilayah Jawa-Bali.

"Dampak positif yang sudah mulai terlihat seharusnya menjadi motivasi untuk terus menekan laju penularan, serta meningkatkan pelayanan kesehatan untuk pasien positif, sehingga kasus aktif dapat segera menurun," lanjutnya.

Lalu, dampak positif juga terlihat pada perkembangan tren kesembuhan yang terus meningkat. Terjadi pada DKI Jakarta, Bali dan Jawa Timur yang trennya meningkat pada saat memasuki PPKM tahap ketiga.

BACA JUGA: Sule: Enggak Terbayang Seorang Ariel NOAH yang Ganteng Menyiksa Temannya

Di Yogyakarta dan Banten, malah terlihat lebih awal yaitu saat memasuki PPKM tahap kedua. Namun, di Jawa Tengah cenderung datar bahkan sedikit menunjukkan penurunan pada PPKM tahap ketiga. 

Melihat persentase kesembuhan, ada beberapa provinsi yang meningkat tajam. Di  antaranya DKI Jakarta, meningkat tajam dari 89,22 persen ke 94,36 persen, Banten dari 52,43 persen ke 72,97 persen dan DI Yogyakarta dari 66,31 persen ke 75,6 persen.

"Saya berharap, pelaksaanaan PPKM mikro dapat terus meningkatkan persentase kesembuhan, terutama daerah-daerah yang menunjukkan tren yang datar maupun penurunan kesembuhan," lanjutnya.

Selanjutnya tren kematian cenderung bervariasi dan belum menunjukkan perubahan yang signifikan pada beberapa provinsi.

Khusus DKI Jakarta konsisten menunjukkan penurunan sejak PPKM tahap pertama. Penurunannya dari 1,72 persen ke 1,58 persen atau turun sebesar 0,14 persen.

Namun, provinsi lainnya perkembangannya fluktuatif dan cenderung meningkat. Seperti Jawa Barat, trennya terlihat menurun sebelum PPKM, namun sempat naik pada PPKM tahap kedua.

Lalu, Bali trennya meningkat pada PPKM tahap pertama, dan cukup tajam dibandingkan sebelum PPKM.

Namun Bali berhasil menurunkan persentase kematiannya pada PPKM tahap kedua dan ketiga.

Pada provinsi lain seperti Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan peningkatan persentase kematian.

Bahkan DI Yogyakarta menunjukkan kenaikan sebesar 0,22 persen dibandingkan sebelum PPKM berlangsung.

Untuk itu dampak positif pada kasus aktif dan kesembuhan, tidak serta merta dapat berdampak positif pada perkembangan kematian. Karena PPKM dapat dikatakan berhasil apabila seluruh indikator yang ditetapkan, menunjukkan perkembangan ke arah yang positif.

"Untuk itu angka kematian harus betul-betul kita tekan secara maksimal, karena satu kematian saja terbilang nyawa. Kita tidak dapat mentoleransi kenaikan kematian," lanjutnya.

Selanjutnya, pada keterisian ruang tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR), keterisiannya menurun jika dibandingkan sebelum PPKM.

Penurunan paling signifikan di Jawa Tengah. Per 19 Februari 2021, angkanya menurun dari 74,9 persen ke 35,76 persen.

Di Yogyakarta dari 84,47 persen ke 52,21 persen. Meski demikian, Wiku meminta penurunan BOR ini harus diperhatikan lebih lanjut.

Apakah penurunan tersebut karena pasien positif bergejala sedang hingga berat semakin berkurang, atau orang yang membutuhkan pelayanan belum atau tidak terjaring sejak dini sehingga tidak mendapat perawatan di rumah sakit.

Pemerintah daerah diminta harus benar-benar memastikan setiap orang yang terkonfirmasi positif dapat segera ditangani sesuai gejala yang dialami.

Dan ini harus ditujukan tidak hanya kepada hasil pemeriksaan puskesmas namun juga pemeriksaan mandiri.

"Dengan begitu, pasien yang tidak bergejala atau bergejala ringan, dpaat melakukan isolasi mandiri dengan dipantau, dan pasien bergejala sedang dan berat dapat segera ditangani secepat mungkin," kata Wiku. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kominfo Mulai Aktif Tangkal Kabar Hoaks Vaksin COVID-19


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler