Satgas Karhutla Berjibaku Padamkan Titik Api di Kalbar

Senin, 20 Agustus 2018 – 20:27 WIB
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Foto: klhk

jpnn.com, JAKARTA - Tim Manggala Agni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MA KLHK) bersama tim satgas yang terdiri dari TNI, Polri, Masyarakat Peduli Api (MPA), BPBD, pihak swasta, dan lainnya terus berjibaku memadamkan titik api di Kalimantan Barat yang makin meningkat.

''Tim sudah bekerja tanpa henti setiap hari, baik lewat darat maupun udara untuk memadamkan titik api. Jadi kita sudah lama kerja di lokasi,'' ungkap Direktur Pengendalian Karhutla, KLHK, Raffles B. Panjaitan, Senin (20/8).

BACA JUGA: TN Bantimurung Bulusaraung Resmi jadi Warisan Dunia AHP 41

Tim darat bahkan selalu siaga di lokasi kebakaran, bahkan tak jarang bermalam di lokasi demi menjaga agar titik api tidak meluas. Beberapa lokasi yang sulit ditempuh melalui jalur darat, dilakukan pemadaman lewat udara dengan helikopter.

Untuk mengatasi Karhutla lewat udara, saat ini secara total se Indonesia telah dikerahkan 35 unit heli dari BNPB, KLHK, TNI AU, dan pihak swasta di lima Provinsi yang telah menetapkan status darurat.

BACA JUGA: Isi Kemeriahan HUT RI ke 73, KLHK Tanam 800 Batang Mangrove

Di antaranya yaitu sembilan unit helikopter di Provinsi Riau, 16 unit heli di Sumsel, lima heli di Kalbar (baru dideploy dari Riau satu unit), empat heli di Kalteng, dan satu heli siaga di Jambi. Untuk mengendalikan meluasnya titik api, juga dilakukan langkah modifikasi cuaca dan water bombing.

''Khusus untuk Provinsi Kalbar yang jumlah hotspotnya kini meningkat, telah di bombing dimulai sejak 26 April dengan total air yang dijatuhkan sebanyak 18.200.000 liter air di Kota Pontianak dan Kab. Kuburaya,'' jelas Raffles.

BACA JUGA: HUT ke-73 RI, KLHK Ajak Generasi Muda Tanam 800 Mangrove

Jumlah hotspot di Kalbar pernah mencapai puncaknya pada bencana karhutla tahun 2015, sebanyak 2.712 titik api berdasarkan satelit NOAA. Kemudian menurun pada tahun 2016 menjadi 1.576 titik, dan menurun drastis pada tahun 2017 dengan hanya 642 titik api menggunakan satelit yang sama.

Sejak awal Agustus lalu, jumlah titik api di Kalbar meningkat drastis, diduga kuat karena masih banyaknya masyarakat yang membakar lahan secara serentak atau yang dikenal dengan istilah adat 'gawai serentak'.

Di bulan Agustus dan September petani yang menerapkan sistem ladang berpindah akan melakukan pembukaan lahan pertanian mereka dengan cara dibakar.

''Kemungkinan besar iya (akibat gawai serentak), karena kebakarannya terjadi bersama-sama atau serentak,'' kata Bambang Hero Saharjo, ahli kebakaran hutan dan lahan dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Melihat kondisi kabut asap saat ini, Bambang mengatakan sumber api sebenarnya berasal dari lahan yang tidak terlalu besar, namun jumlahnya banyak di berbagai lokasi. Hal ini tentu sangat menyulitkan tim pemadam untuk melakukan upaya pemadaman.

''Indikasi yang membakar ini adalah masyarakat biasa, bukan masyarakat adat atau tradisional. Karena hotspotnya cenderung naik turun dan tidak stabil, karena mereka membakar hanya dalam hitungan jam, tapi karena di lokasi gambut, sisa asapnya masih banyak. Ini kami lihat dari data satelit,'' jelas Bambang.

Untuk itu Bambang menyerukan agar pemerintah setempat terus mengedukasi masyarakat agar tidak membakar lahan. ''Karena yang terbakar adalah gambut yang kurang pembasahan, maka penghentian kegiatan pembakaran adalah salah satu solusi terbaik,'' tegas Bambang. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Peraih Penghargaan Tinggi Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Menteri Siti   KLHK  

Terpopuler