jpnn.com, KOTA BATU - Setiap wihara di Kota Batu, Jatim, dijaga minimal dua petugas kepolisian untuk mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan terkait aksi solidaritas terhadap etnis Rohingya di Myanmar.
Sejak kemarin (5/9), ada empat wihara yang sudah dalam penjagaan ketat polisi dari Polres Batu.
BACA JUGA: Solidaritas terhadap Rohingya, Puluhan Siswa Salat Gaib
Wihara menjadi fokus penjagaan karena Myanmar diidentikkan dengan mayoritas umat Buddha.
Kapolres Batu AKBP Budi Hermanto menyatakan, saat ini pihaknya melakukan pengamanan model tertutup di setiap wihara dengan melibatkan anggota polisi yang tidak berseragam.
BACA JUGA: Solidaritas Terhadap Etnis Rohingya Jangan Picu Kisruh
”Agar tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan,” tegas Budi Hermanto kemarin.
Dia meminta masyarakat tidak mudah terprovokasi atau termakan isu terkait pembantaian yang ada di Myanmar. Apalagi jika ada isu-isu yang belum tentu kebenarannya.
Dia juga meminta agar tidak ada yang melakukan demonstrasi anarkis menyikapi konflik di negara yang dulu bernama Burma itu. ”Tidak ada yang boleh melakukan aksi anarkis di sini,” tegasnya.
Antisipasi lain Polres Batu dengan mengundang beragam tokoh dari lintas agama yang tergabung dalam Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB).
Temanya merespons konflik yang sedang terjadi di Myanmar. ”Kami ingin semua saling menjaga agar tidak dimanfaatkan pihak-pihak yang tak bertanggung jawab,” imbuhnya.
Terpisah, Jayamedho Bikhu Senior di Vihara Dhammadipa Arama mengaku senang ada pengamanan dari polisi. Ini sebagai bentuk perhatian terhadap umat Buddha di Kota Batu.
Tentang adanya konflik di Myanmar, Jayamedho juga berharap agar konfliknya tidak sampai melebar di Indonesia.
”Kejadiannya erat kaitan dengan politik. Hanya mengatasnamakan agama,” imbuhnya. (zuk/c2/abm)
Redaktur & Reporter : Soetomo