Satu Kelas Murid SD Menangis Lantaran Dianiaya Gurunya

Jumat, 06 Oktober 2017 – 17:46 WIB
Ilustrasi. Foto: metrosiantar/jpg

jpnn.com, SIMALUNGUN - Seluruh murid kelas lima SD Negeri 091366 Gajapokki II, Nagori Urung Purba, Kecamatan Purba, Simalungun, Sumut, mendadak menangis sepulang sekolah.

Para murid tersebut mengaku menangis karena kepala mereka dipukuli gurunya dengan menggunakan rotan.

BACA JUGA: Lihat, Polisi Temukan 250 Kg Ganja Siap Edar di Rumah Ini

Mendengar pengakuan itu, para orang tua murid pun langsung berang dan mengancam melaporkan oknum guru yang diduga memukuli anak didiknya tersebut.

Informasi dihimpun dari beberapa orangtua murid, sesuai yang mereka dengar dari anak-anaknya, oknum guru di sekolah tersebut melakukan penganiayaan terhadap murid menggunakan gagang kemoceng yang terbuat dari rotan.

BACA JUGA: Nekat Terjang Banjir, Gadis Ini Hanyut Bersama Motornya

Peristiwa itu disebutkan terjadi pada Jumat (29/9) lalu.

Seperti dilansir Metro Siantar (Jawa Pos Group) Alpiden Lingga dan Jasamen Purba, masing-masing orangtua dari A br L dan R br P menceritakan, sebelum kejadian semua murid berada di kelas.

BACA JUGA: Bocah 10 Tahun Ini Tewas Mengenaskan di Tiang Pentas Hajatan

“Memang saat itu ada murid yang ribut di kelas. Ada yang bernyanyi dan ada yang ngomong-ngomong. Tapi ada juga yang hanya diam dan menulis di meja,” jelas keduanya saling menimpali didampingi kedua putrinya.

Namun tiba-tiba, oknum guru berinisial EDP mengamuk dan menyuruh muridnya diam. Tak hanya itu, iknum guru tersebut pun membawa kemoceng.

“Setelah itu kepala para murid dipukuli pakai gagang kemoceng. Ada yang dipukul satu kali, ada yang dua kali, bahkan yang tidak ribut pun kena pukul,” tambahnya.

Sedangkan A br L saat itu mengaku tidak ada membuat keributan, bahkan ia sempat menjelaskan kepada gurunya bahwa ia tidak ikut ribut di kelas. Namun EDP tetap memukulnya.

“Saya tidak ribut kok bu, Saya tidak ada ribut,” kata Alpiden menirukan ungkapan putrinya tersebut kepada sang guru.

Saat itu A br L mendapat pukulan sebanyak dua kali. Bahkan, siswa kelas lima yang berjumlah 23 orang dalam kelas itu semua mendapat jatah rotan di kepala. Kalaupun ada yang tidak terkena pukulan, cuma dua murid saja. “Itupun kemungkinan karena tetangganya guru itu ataupun keluarganya,” kata Jasamen Purba.

Setelah kejadian itu, semua murid kelas lima sekolah tersebut pun pulang dalam keadaan menangis di sepanjang jalan. Khusus bagi murid perempuan, langsung mengadukan kejadian kepada orangtuanya di rumah.

Orang tua murid lainnya, Ramaden Malau, j uga menyayangkan tindakan yang dilakukan oknum guru tersebut. Terlebih, menurut Ramaden, oknum guru tersebut mengajar mata pelajaran agama yang statusnya masih honor.

“Kalau murid ribut di kelas, itu kan masalah biasa. Namanya juga anak SD! Apapun kesalahannya, tidak pantas sampai dipukul di bagian kepala. Itu kan daerah sensitif. Sedangkan kami orangtuanya saja tidak pernah menghukum anak kami seperti itu,” sesalnya.

Kembali ke Alpiden Lingga, ia mengaku sudah mencoba melaporkan kejadian tersebut ke kepala sekolah.

“Saya datang ke rumahnya, tapi ketepatan ibu itu tidak di rumah. Jadi saya ceritakan kepada suaminya saja karena besoknya hari Sabtu dan Minggu sekolah libur dan tidak ada yang bisa dijumpai,” ujarnya.

Selanjutnya pada Selasa (4/9), para murid kelas lima yang menjadi korban pemukulan itu melapor kembali kepada orangtuanya. Mereka mengatakan bahwa oknum guru tersebut sudah meminta maaf kepada mereka di kelas. Guru yang bersangkutan juga menyuruh murid menyampaikan permintaan maafnya itu kepada orangtua. “Tapi sebagai orangtua, kami beranggapan cara-cara seperti itu tidak pas.”

Sementara Kepala SD Negeri 091366 S Sitanggang yang ditemui di kantornya, Kamis (6/10) mengaku belum mengetahui secara resmi masalah tersebut.

“Memang ada saya dengar kabar soal itu dan sudah saya tanya guru kelas 1 dan diakuinya juga memang ada peristiwa itu. Tapi saya sesalkan kenapa orangtua murid tidak langsung melapor ke saya, supaya bisa saya fasilitasi untuk mencari jalan keluarnya. Kita semua kan harusnya bisa duduk bersama antara orangtua, guru dan kepala sekolah,” katanya.

Ketika wartawan meminta ia memanggil EDP untuk dikonfirmasi langsung, kepala sekolah ini memohon agar hal itu jangan dilakukan dulu. “Nanti mungkin bisa berpengaruh terhadap keharmonisan hubungan antar guru di sini dan berpengaruh ke situasi belajar mengajar. Lebih baik nanti sekalian, pas orangtua murid juga kita hadirkan di sini,” kata Sitanggang.

Namun begitu, Sitanggang membenarkan bahwa oknum guru itu berinisial EDP yang statusnya masih PTT di bawah naungan Kementerian Agama. Selama ini EDP mengajar mata pelajaran agama.(sug/hez/ms)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Disambar Petir, Dikubur, Nyawa Saraman Tetap Tak Tertolong


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler