Satu Keluarga Dihajar Tsunami saat Mancing di Tengah Laut

Kamis, 27 Desember 2018 – 17:52 WIB
Kecamatan Sumur, Pandeglang jadi lokasi yang paling parah terdampak tsunami Selat Sunda, Selasa (25/12). Foto: RAKA DENNY/JAWAPOS

jpnn.com - Iik, 60, warga Desa Margasari, Pasawahan, Purwakarta, menjadi korban tsunami yang menerjang pesisir Banten, Sabtu (22/12).

Dia ketika itu tengah memancing ikan di tengah laut usai menjenguk sanak saudaranya di Desa Labuan, Pandeglang.

BACA JUGA: Ketua MPR Temui Warga Terdampak Tsunami di Lampung Selatan

Cerita bermula ketika akhir pekan lalu (22/12), Iik bersama keluarganya pergi ke Banten untuk menengok ibunya. Selepas bersilaturahmi, Iik bersama anak dan saudaranya Tio, 29, Novan, 23, Cipto Santoso, 25, Ujang Edi, 25, Dadang, 19, memutuskan memancing ikan.

Namun nahas, saat memancing ke sekitar Pulau Popole, Pandeglang, Banten, Tsunami terjadi di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Bank DKI Beri Bantuan Rp 286,5 Juta untuk Korban Tsunami

"Diajak mancing sama saudara, naik perahu ke tengah laut. Setibanya di lokasi (tengah laut) sekitar pukul 21.00 WIB," kata Iik saat bercerita di depan rumahnya sebagaimana dilansir RMOL Jabar (Jawa Pos Grup), Kamis (27/12).

"Sebelum jangkar perahu diturunkan kami lihat ombak tsunami. Sebelum itu ada suara gemuruh dan lahar terlihat dari arah Gunung Anak Krakatau sama kilatan-kilatan petir," lanjut Iik.

BACA JUGA: Usut Dugaan Pungli Oknum RS terhadap Para Korban Tsunami

Setelah itu, hal yang ditakutkannya terjadi. Gulungan ombak besar menghantam perahunya. Dia dan keluarganya tergulung ombak, hingga perahu yang digunakannya terbalik. Bahkan hingga menutup ruang gerak Cipto dan Ujang saat tenggelam.

Namun keduanya selamat, saat ada ombak tinggi susulan datang yang membalikan perahu ke posisi normal.

"Kami semuanya tergulung ombak, hingga terdampar di posisi terakhir di Pulau Popole. Setelah saya sadar, saya langsung mencari anak-anak. Alhamdulillah semuanya selamat," ucapnya.

Para korban selamat itu mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya, karena benturan-benturan benda yang turut tergulung ombak. Setelah mencoba berkeliling, pulau itu ternyata tidak berpenghuni.

Pulau yang masih lebat dengan hutan itu memaksa keluarga itu harus berenang menuju Pantai Labuan. Hal tersebut dijelaskan oleh menantu Iik, Ujang yang masih mengingat kuat kejadian memilukan tersebut

Ujang menyebut bahwa rombongannya berkeliling dan berada di pulau kosong itu hingga Minggu (23/12) pukul 02.00 WIB. Berbekal potongan kayu dan benda yang mengapung, kesembilan orang itu pun berenang mengarah ke benteng milik PLTU Labuan.

"Enggak ada bantuan, saya bisa ke darat itu maksain aja, berenang bareng-bareng. Sampai sempat putus harapan dan pasrah saat terombang-ambing," ujarnya sedih sambil meneteskan air mata.

Namun, karena tekad untuk tetap selamat bersama keluarganya, mereka pun akhirnya sampai ke benteng PLTU. Meski masih lelah dan kesakitan, Ujang dan sanak saudaranya itu berjalan kaki menuju keramaian.

Sesampainya di Pantai Labuan, Iik dan yang lainnya langsung menuju rumah ibunya yang telah khawatir menunggu kabar. Setelah rehat sejenak dan berkumpul di rumah, Iik memutuskan untuk segera kembali ke Purwakarta.

"Kami langsung pulang ke Purwakarta karena takut dan trauma ada tsunami susulan. Meski badan masih sakit dan lemas ketakutan," ucapnya.

Saat ditemui, kondisi para korban selamat dari tsunami di selat Sunda itu pun telah kembali pulih dan sebagian sudah melakukan aktivitasnya. Mereka mengaku trauma dan masih ketakutan hingga kini, terutama jika terdengar suara gemuruh dan petir. (mam/jpg/JPC)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Segera Usut Dugaan Pungli Oknum RS Terhadap Korban Tsunami


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler