Satu Rumah Tertimbun Longsor di Muaradua, 5 Tewas, 2 Selamat

Sabtu, 11 November 2017 – 10:27 WIB
Warga Talang Kayu Rimau, Desa Pulau Kemuning berusaha mencari jasad Ruswandi dan keluarganya yang tertimbun tanah longsor, kemarin. Foto: Didi/Sumatera Ekspres

jpnn.com, MUARADUA - Satu unit rumah di Talang Kayu Rimau, Desa Pulau Kemuning, Muaradua, Sumatera Selatan, tertimbun longsor, Kamis (9/11) kemarin.

Lima dari tujuh penghuni rumah itu tewas. Masing-masing Ruswandi, 40, Susmita, 35, Alex, 9, Angga, 7, dan Rifki, 4. Sedangkan yang selamat, yakni Efrianto, 20, dan Juwita, 12.

BACA JUGA: Bayi dan Lansia Meninggal Tertimbun Longsor Pangandaran

Keduanya masih menjalani perawatan medis di ke klinik bidan di Desa Simpang Luas.

Sedangkan lima korban yang meninggal sore kemarin (9/11) sudah disemayamkan warga dalam satu lubang bersamaan di Desa Sadau Jaya.

BACA JUGA: Nias Diterjang Longsor, Dua Pengendara Tewas Tertimpa Batu, Jalan Putus Total

Efrianto menuturkan longsor yang menimpa rumah dan keluarganya di Talang Kayu Rimau terjadi Kamis (9/11) pukul 18.00 WIB.

“Pas saat hendak salat Magrib,” bebernya. Longsor diawali robohnya pohon kayu tenam berukuran besar. Pohon itu menimpa rumahnya. Saat itu, ayah dan ibunya hendak salat. Sedang ketiga adiknya berada dalam kamar.

BACA JUGA: Ada Retakan Baru di Ponorogo, 269 Jiwa Diungsikan

“Atap rumah kami roboh,” tutur Efianto, yang masih terbaring sambil menahan rasa sakit akibat luka yang diderita di klinik bidan.

Lalu, suara seperti (petir) sangat keras terdengar. Setelah itu, material longsor kedua berupa tanah bercampur pepohonan menimpa rumahnya.

“Sebelum longsor kedua, aku tarik tangan adik aku si Juwita. Kami lari keluar rumah,” beber Efrianto. Sedang ibu, bapak, dan ketiga adiknya, yakni Angga, Alex dan Rifki tertimpa di dalam rumah.

Longsor kedua disusul longsor ketiga. Efrianto berlari membawa adiknya. Menyeberangi aliran lumpur hingga ke seberang kebun tempat tinggalnya. “Aku berlari sambil menggendong Juwita dan berteriak minta tolong sampai di seberang,” tuturnya.

Tiba di kebun, Efrianto meminta bantuan tetangganya, Narto, untuk memberitahukan warga lainnya kalau rumahnya sudah tertimpa pohon. Kondisi Efrianto sendiri tubuhnya penuh luka. Sedangkan Juwita menaglami luka di sekujur tubuh dan patah tulang bagian kaki.

Keesokan harinya, sekitar pukul 06.00 WIB, Narto bersama warga Desa Sadau Jaya secara spontan mencari kelima anggota keluarganya. Proses pencarian memakan waktu dua jam pasca mendapat laporan warga.

Perangkat desa dibantu seluruh warga terutama laki-laki bahu membahu melakukan pencarian korban keluarga Ruswandi yang hilang ditimpa longsor.

Dengan menggunakan peralatan seadanya seperti cangkul, skop dan lainnya ratusan warga terus menggali material longsor.

“Ada sekitar 250 warga yang ikut membantu mencari keluarga Ruswandi yang hilang timpa longsor,” kata Purwanto, perangkat Desa Sadau Jaya.

Setelah 2 jam mencari dengan cangkul dan peralatan lainnya, pukul 09.30 WIB korban ditemukan. “Yang pertama, ditemukan Susmita. Lalu, Rifki, tak jauh dari lokasi Susmita,” bebernya. Lokasi rumah Ruswandi sendiri sudah bergeser sekitar 25 meter dari posisi semula.

Dikatakan Purwanto, material longsor sedalam 2 meter menyulitkan pencarian. Namun, kerja keras membuahkan hasil. Sekitar pukul 10.00 WIB, jasad Ruswandi berikut Angga ditemukan tak jauh dari titik penemuan Susmita dan Rifki.

Pukul 13.30 WIB, barulah tubuh Alex berhasil ditemukan warga dalam kondisi luka di bagian kepala.

“Seluruhnya sudah dalam kondisi meninggal. Dua orang yang selamat, Efrianto dan Juwita,” bebernya. Kelima jenazah korban dievakuasi warga ke Masjid di Desa Sadau Jaya. Setelah dimandikan, lalu dimakamkan dalam satu liang.

Wakil bupati OKU Selatan, Sholehiena Abuasir SP MSi, bersama Ketua DPRD Yohana Yhuda Yanti SE dan ketua TP PKK Isyana Lonetasari, Kapolres, BPBD, Tagana juga turun ke lokasi. Langsung memberikan bantuan.

Sholehien mengingatkan musibah longsor dan banjir merupakan peringatan bagi semua.

“Hendaknya kejadian ini membuat kita selalu waspada,” ucapnya. Kemarin, dia menyerahkan bantuan kepada korban longsor. Pertama kepada keluarga Hatam di Desa Cokohnau. Setelah itu, dia meninjau keluarga Ruswandi. Mudah-mudahan bantuan yang diberikan bisa bermanfaat.

Kepala BPBD OKU Selatan, Doni Agusta SKM mengimbau seluruh warga yang bermukim di dataran tinggi untuk waspada. Longsor bisa terjadi sewaktu-waktu. Apalagi, berdasarkan prediksi BMKG, potensi curah hujan tinggi masih akan terus berlangsung hingga sebulan ke depan.

“Perlu waspada longsor. Terutama di wilayah kecamatan Sungai Are yang termasuk paling rawan dan berisiko tinggi,” tandasnya. Sementara itu, akibat banjir bandang dua hari lalu, dua jembatan gantung putus dan satu jembatan darurat hanyut.

“Desa Pulau kemuning kini terisolasi akibat terputusnya jembatan darurat Sungai Asahan. Warga tidak bisa keluar tanpa menyeberang sungai,” kata Kepala Desa Pulau Kemuning, Nopriansyah.

Dampak lain, belasan hektar lahan persawahan dan ladang perkebunan warga juga ikut terendam akibat terjangan banjir dan meluapnya Sungai Are. Namun, berapa luas yang rusak masih didata. “Belum ada laporan. Baru Kades Pulau Kemuning melaporkan dua jembatan putus,” kata Sekretaris Camat Kecamatan Sungai Are Hakim.

Bagaimana daerah lain? Dampak cuaca buruk saat ini dirasakan pula oleh warga OKU Timur. Dua jembatan yang menghubungkan Desa Trikarya pada Kecamatan Belitang III dengan Kampung Baru Mesuji Makmur, OKI putus.

Penyebabnya, diterjang banjir bandang. Kondisinya, satu jembatan patah tengah. Satu lagi pondasinya hancur. Kejadian itu akibat hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut, Kamis (9/11). Putusnya kedua jembatan membuat aktivitas warga setempat terganggu.

Kepala Badan Penangulangan Bencana Daerah OKU Timur Rusman mengatakan pihaknya sudah mengetahui kejadian tersebut. Bersama tim bencana sudah memantau lokasi. “Untuk sementara belum ada laporan korban jiwa,” katanya.

Informasi dari Camat Belitang III, Abdul Alim, akibat banjir tersebut, dua jembatan rusak. “Kebetulan Kali Ijo itu sedang dinormalisasi. Mungkin, debit air yang begitu besar menghantam kedua jembatan yang jaraknya tidak berjauhan,” imbuhnya.

Kedua jembatan dibangun sekitar 10 tahun lalu. Masing-masing punya panjang sekitar 12 meter dan lebar 3 meter. “Ada jalur alternatif, namun sangat jauh memutarnyai,” tutrnya.

Di Empat Lawang, Senin (6/11) lalu‎, hujan deras menyebabkan air Sungai Keruh di wilayah Kecamatan Pasemah Air Keruh (Paiker) meluap. Empat desa sempat terendam. Yakni Desa Talang Padang, Padang Gelai, Muara Sindang dan Muara Rungga.

Tidak ada korban jiwa dalam musibah itu. Namun, tiang jembatan akses menuju Pondok Pesantren Paiker rusak. Satu rumah penduduk di Desa Talang Padang rusak.

“Hujannya hanya sekitar 2 jam, tapi banjirnya sepanjang malam,” kata Adi, warga Paiker. Proses pembangunan terganggu karena material bangunan tidak dapat diangkut ke lokasi pesantren tersebut.

Di Desa Padang Gelai, banjir menggenangi hampir seluruh pemukiman warga. Meski tidak merusak fasilitas umum dan rumah, namun pemilik kolam ikan harus menderita kerugian puluhan juta.

“Desa kami selalu menjadi langganan banjir kalau Sungai Keruh meluap,” ungkap Kades Padang Gelai, Sugian Siwang.

Wilayah OKI juga waspada. Koordinator Pelaksana BPBD OKI, Listiadi Martin mengungkapkan, saat ini sedang siaga bencana banjir, longsor dan puting beliung. “Untuk longsor tidak begitu rawan. Tapi, banjir dan angin puting beliung rawan di beberapa wilayah,” ungkapnya.

Untuk yang rawan angin puting beliau seperti kawasan Pedamaran, Jejawi, dan Pangkalan Lampa. Sedang yang rawan banjir yakni wilayah Mesuji, Mesuji Raya, Lempuing, Lempuing Jaya dan Kayuagung.

“Kami sudah minta para camat dan kades memantau daerah masing-masing dan berkoordinasi,” tandasnya. (dwa/sal/ebo/gti/ce1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengharukan, Bu Mensos Memeluk Warga Korban Bencana


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler