jpnn.com, BERLIN - Kanselir Jerman Angela Merkel berencana untuk memberlakukan jam malam di sejumlah lokasi dengan tingkat kasus Covid 19 yang tinggi.
Saat terjadi lonjakan kasus Covid 19, Merkel mendorong parlemen untuk mengubah Undang-Undang Perlindungan Infeksi agar memungkinkan otoritas federal memberlakukan pembatasan.
BACA JUGA: Bamsoet Bedah Pelaksanaan Puasa Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19
Perdana Menteri Negara Bagian Timur Saxony-Anhalt Reiner Haseloff berpendapat, memotivasi masyarakat untuk bekerja sama mengendalikan risiko penularan lebih penting dibanding memberlakukan jam malam.
"Jika tidak ada lagi yang bekerja sama, maka kami punya masalah sehingga tidak penting berapa banyak undang-undang yang kami buat," kata Haseloff, dilansir dari laporan Reuters pada Rabu (14/4).
BACA JUGA: Ibadah Ramadan dan Mimpi Anis Matta Wabah Covid-19 Berakhir di Indonesia
Wilayah Saxony-Anhalt saat ini memiliki tingkat risiko penularan tertinggi ketiga di Jerman. Posisi ini berada di bawah Thuringia dan Saxony.
Tidak seperti Inggris dan Prancis, Jerman enggan memberlakukan lockdown total di negara yang sangat melindungi kebebasan demokratis karena masa lalu Nazi dan Komunisnya itu.
BACA JUGA: Ratusan Ribu Umat Hindu Serbu Sungai Gangga, COVID-19 Cetak Rekor Baru di India
Menurut undang-undang yang akan ditetapkan oleh parlemen minggu depan, jam malam dan batasan sosial akan diberlakukan di wilayah yang memiliki lebih dari 100 kasus baru per 100.000 penduduk.
Sekolah juga harus kembali ke metode pembelajaran jarak jauh jika angka kasus Covid 19 meningkat di atas 200 per 100.000 orang.
Berdasarkan data pada Rabu (14/4), jumlah kasus Covid 19 di Jerman naik 21.693 menjadi 3.044.016, sedangkan jumlah kematian naik 342 menjadi 79.088. (reuters/mcr9/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dea Hardianingsih