Satu Tungku, Tiga Batu: Cara Sekolah Alam Depok Perkenalkan Budaya Papua ke Siswa

Sabtu, 30 November 2019 – 23:37 WIB
Suasana Tradfes Papua 2019 di SADe pada Sabtu (30/11) siang. Foto: Amjad/JPNN

jpnn.com, DEPOK - Sekolah Alam Depok (SADe) kembali menggelar kegiatan tahunan Tradisional Festival (Tradfes). Acara ini menjadi ajang pertunjukan kreativitas siswa memperkenalkan budaya Indonesia.

Pada edisi 2019 kali ini, Tradfes mengambil tema "Satu Tungku, Tiga Batu". Tema ini menampilkan budaya-budaya dari provinsi Papua dan Papua Barat yang kaya dan luar biasa.

BACA JUGA: Info Terbaru dari Kepolisian Terkait Kasus Kematian Hakim PN Medan

Karena itu, para siswa datang dengan balutan baju-baju adat khas Papua. Kemudian, suasana panggung dan pintu masuk menuju amphitheater, juga dibuat dengan sentuhan gaya Papua.

Penampilan dibuka dengan Puisi dari SD 5 kemudian dilanjutkan dengan tarian Diru-diru Nina o yang dibawakan siswa Kindy A dan B.

BACA JUGA: Pengakuan Istri Hakim PN Medan yang Ditemukan Tewas di Jurang

M Uwais Al Qorni dan kawan-kawan menampilkan tariannya dengan penuh semangat dan mampu mengibur serta mengundang decak kagum para orang tua dan tamu undangan yang hadir.

Penampilan selanjutnya ialah drama asal usul burung cendrawasih, diikuti dengan suguhan Tari Sajojo. Giat ini dibawakan oleh SD2, SD5, dan Ekskul Tari.

BACA JUGA: Tok, Suhardi Nasution Divonis Hukuman Mati

Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan drama terbentuknya Danau Sentani, yang diikuti dengan penampilan Tarian Yospan oleh SD4. Kemudian, musikalisasi Yamko Rambe Yamko ditampilkan oleh SD1 dan puisi oleh SD6.

Tari Seka-Seka dari Civitas SADe, menjadi pemuncak kegiatan dan Tradfes 2019 kemudian ditutup dengan pembacaan pemenang kostum terbaik.

Menurut Kepala Sekola SADe Ganang Novriarche, kegiatan ini sudah masuk tahun kesepuluh.

"Kami mulai di 2009, tujuannya untuk lebih mendekatkan dan memperkenalkan budaya Indonesia. Dimulai dari budaya betawi, kemudian ke Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan kembali ke Pulau Jawa dan kini budaya Papua," ungkapnya.

Mengapa mengambil tema Satu Tungku Tiga Batu? Tujuannya untuk menunjukkan bahwa maknamya mirip dengan Bhinneka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda bisa bersatu, bisa hidup bersama-sama dengan rukun dan penuh toleransi. (dkk/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler