Sawit Masih Moncer, tetapi Nasib Ekspor Kelapa Aduh, Lesu

Selasa, 28 Juni 2022 – 20:20 WIB
Sebagian negara tujuan ekspor Indonesia untuk kelapa dan produk turunannya sudah mengurangi permintaan. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Harian Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) Rudy Handiwidjaja menilai semua pihak harus waspada mencermati krisis ekonomi global.

Pasalnya, sebagian negara tujuan ekspor Indonesia untuk kelapa dan produk turunannya sudah mengurangi permintaan.

BACA JUGA: Harga TBS Kelapa Sawit dari Kebun Rakyat Ambyar, Petani Menjerit

BPS merilis data angka ekspor Indonesia Mei 2022 menurun 21, 29 persen dibanding April 2022. Salah satu yang terkena imbasnya adalah kelapa dan produk turunannya (santan, minyak goreng, minuman air kelapa, kelapa parut, dan sebagainya).

Data Badan Karantina Kementerian Pertanian Indonesia (Maret 2022) menyebut negara tujuan ekspor kelapa dan produk turunannya seperti Amerika, Tiongkok, Korea Selatan, India, Thailand dan Malaysia mengurangi impor karena sedang krisis ekonomi.

BACA JUGA: Permentan 1/2018 Dinilai Relevan untuk Lindungi Pekebun dan Perusahaan Kelapa Sawit

"Kondisi ekonomi negara mereka yang dilanda krisis ekonomi dan lesunya pasar. Ini berdampak pada industri kelapa Indonesia,” ujar Rudy di Jakarta, Selasa (27/6).

Selain itu, seusai lebaran permintaan produk turunan kelapa di pasar domestik Indonesia pun belum pulih.

BACA JUGA: 4 Manfaat Rutin Minum Air Kelapa, Penyakit Kronis Ini Langsung Kabur

"Sekarang dihadapkan pada kondisi global yang juga menurun sehingga nilai ekspor juga berkurang, yang khususnya terjadi sebagai akibat dari penurunan volume komoditas yang diekspor," ujarnya.

Menurut Rudy, karena kondisi itu perusahaan mau tak mau menurunkan jumlah hasil produksi.

"Agar tidak membebani keuangan dan kerugian, serta untuk memelihara keberlanjutan usaha," katanya.

Rudy menyebut tak hanya sisi hilir, dari hulu industri kelapa juga harus mendapat perhatian. Sebab, bila industri kelapa sedang menghadapi lesunya pasar, akan susah menampung hasil panen dari petani kelapa.

“Terlebih jika perkebunan petani kelapa sedang panen raya, dikhawatirkan tidak bisa diserap industri kelapa,” tambah Rudy.

Rudy menambahkan hal itu bakal menjadi masalah baru, karena bila panen kelapa tidak terserap, tentu akan menimbulkan kerugian besar bagi petani kelapa.

"ini menjadi beban dan tantangan sendiri bagi perusahaan agar senantiasa melakukan berbagai macam penyesuaian serta improvisasi untuk memelihara keseimbangan antara aspek permintaan dengan aspek persediaan," ungkap Rudy.

Global Economic Prospect edisi Juni 2022 yang dirilis oleh Bank Dunia atau World Bank, menyebut negara-negara Eropa Timur adalah 'korban' potensial resesi. Kawasan Amerika Latin juga diperkirakan tumbuh 2,2 persen tahun ini, tetapi risiko resesi tetap ada. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kelapa   ekspor   sawit   Ekonomi   Industri kelapa  

Terpopuler