Saya Adalah Patriot Indonesia

Kamis, 26 Desember 2013 – 15:14 WIB
Wolfgang Pikal bersama Alfred Riedl. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - TIDAK banyak yang mengenal kiprah Wolfgang Pikal selama menjadi pemain sepakbola. Pria kelahiran Wina, Austria, 1 November 1967 itu rupanya hanya sempat mencicipi menjadi pemain sepakbola hingga usia 22 tahun.

Harapannya untuk menjadi pemain sepakbola hebat terhadang. Pikal muda mendapat cedera patah engel di usia 22 tahun, yang membuatnya pensiun dini di sepakbola.

BACA JUGA: Yang Lulus, Per 1 Januari 2014 Sudah jadi CPNS

Sempat vakum selama 10 tahun di sepakbola, Pikal kembali ke rumput hijau berkat jasa mantan pelatih Perseden Denpasar Dick Buitelaar. Pria yang juga memperistri orang Indonesia dan menjadikan anaknya sebagai WNI (Warga Negara Indonesia) itu bergerilya menimba ilmu kepelatihan di klub Eropa, seperti Arsenal, Aston Vill,a dan Ajax Amsterdam.

Kini Pikal sudah memiliki puluhan sertifikat kepelatihan, di antaranya lisensi B UEFA, lisensi FA, dan KNVB Belanda. Berkat lisensi itu, Pikal diberi kesempatan menangani tim junior di Akademi Real Madrid Asia di Bali.

BACA JUGA: Tak Mau Promosi dengan Kontroversi

Sudah terlanjur cinta dengan Indonesia, Pikal akhirnya memilih Bali sebagai tempat tinggal. Pria ini menjungjung tinggi profesional. Bahkan setelah PSSI mengumumkan dirinya kembali menjadi asisten pelatih timnas, Pikal enggan bicara program timnas senior.

Memang, Pikal baru resmi bekerja pada 7 Januari tahun depan. "Kalau bicara program timnas, nanti awal Januari," ungkapnya.

BACA JUGA: Tak Keberatan Dijuluki si Pembawa Kabar Bencana

Nasib mempertemukan Pikal dengan Alfred Riedl, pelatih yang juga berasal dari Austria. Keduanya bahu-membahu mengantarkan Indonesia ke final AFF 2010. Setelah Riedl terdepak, Pikal juga ikut tenggelam, tapi tetap bekerja untuk sepakbola Indonesia.

Kini Riedl kembali melatih timnas senior Indonesia dan Pikal lagi-lagi masuk daftar asisten pelatih bersama Widodo C Putro dan Edi Harto. Seperti apa upaya Pikal memajukan sepakbola Indonesia? Berikut petikan wawancara wartawan JPNN.com Mahbub Amiruddin dengan Pikal,, Kamis (26/12).


Kapan pertama kali ketemu Alfred Riedl?

Meski sama-sama dari Austria, tapi pertama kali ketemu dengan Alfred saat di Vietnam sekitar tahun 2008. Saat itu Riedl melatih klub Vietnam Haipong. Dalam perkenalan itu saya menghabiskan waktu dua pekan untuk berlatih teknik kepelatihan. Setelah itu, Riedl berjanji akan menghubunginya jika bekerja di Indonesia. Setelah benar-benar menjadi pelatih timnas, Riedl menghubungi saya untuk menjadi asisten.

Begitu tak lagi menjadi pelatih timnas, saya dan Riedl tetap berkomunikasi. Sampai sekarang sudah empat tahun terakhir setiap mingu Alfred menghubungi saya untuk berbicara dan berdiskusi.

Ketika tak lagi melatih timnas, apa tetap memperhatikan sepakbola Indonesia?

Ya, saya sangat perhatian dengan sepakbola Indonesia. Saya melihat beberapa pertandingan langsung. Sudah masuk dalam perencanaan saya, pulang ke rumah jam 3.30 WITA (sore) untuk nonton pertandingan ISL (Indonesia Super League (ISL), DU (Divisi Utama) dan LPI (Liga Primer Indonesia). Semua channel yang ada pertandingan sepakbolanya saya tonton tanpa kecuali. ANTV, TV One, MNC TV dan SCTV semuanya saya nonton.

Semua pertandingan ditonton, buat apa?

Saya kenal hampir semua pemain di Indonesia dan setiap kali nonton pertandingan di TV, saya menyiapkan noteblock atau kertas. Meskipun tidak melatih timnas saya tetap mencari informasi pemain mana yang bagus, kelebihan dan kekurangannya apa. Hal itu sudah saya lakukan selama beberapa tahun.

Masih punya waktu untuk liburan?

Saya bukan tipe yang harus selalu jalan-jalan jika libur datang. Selama ini saya selalu menyempatkan diri untuk umroh kalau memang ada libur. Waktu libur saya juga saya habiskan untuk hal-hal yang berbau sepakbola. Bahkan terkadang waktu saya gunakan untuk kursus sepakbola. Terakhir saya ke Eropa selama 7 minggu. Di sana kami keliling melihat tim-tim Eropa dan stadion megah. Sempat juga melihat bagaimana megahnya Stadion Old Traford dan menyaksikan Manchaster United.

Mengapa mau kembali ke timnas, merasa punya utang di Final AFF 2010?

Saya selau siap balik ke timnas. Saya hidup di Indonesia, istri dan anak saya adalah WNI (Warga Negara Indonesia). Saya adalah patriot Indonesia. Bagi saya, Indonesia negara sangat bagus dan indah. Indonesia punya masyarakat yang luar bisa, mereka sangat sopan.

Utang mungkin iya tapi rasa gagal tidak. Sebetulnya kita sudah penuhi target masuk final waktu itu. Memang saya sedih tidak jadi juara karena waktu itu kita punya tim hebat yang tidak bisa saya lupa. Saya berdoa untuk bisa bawa timnas juara satu hari nanti.

Apa rahasia kehebatan timnas di AFF 2010?

Waktu AFF 2010, cara bermain timnas sangat bagus. Kita punya teknik, taktik dan fisik yang sangat bagus. Pemain juga sangat disipin dalam penjagaan satu lawan satu serta penjagaan wilayah lapangan. Semangat mereka 110 persen. Timnas AFF 2010 dibentuk dengan 12 pemain baru untuk membangun tim yang kuat. Memang tidak mudah karena waktu itu kita punya waktu yang singkat untuk membangun tim.

Terakhir, mengapa pilih Bali sebagai tempat tinggal?

Karena Bali tidak macet. Beda dengan Jakarta yang sangat macet... he he he... Tapi karena saya resmi menjadi asisten pelatih timnas lagi, saya siap boyong keluarga saya ke Jakarta.***

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saya Tak Mungkin Mencederai Bu Ani


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler