Tak Mau Promosi dengan Kontroversi

Sabtu, 21 Desember 2013 – 17:01 WIB

jpnn.com - HANUNG Bramantyo bisa disebut sebagai sutradara produktif yang dimiliki tanah air. Namun, banyak filmnya yang menjadi pro dan kontra. Mulai Perempuan Berkalung Sorban, ?, Sang Pencerah, Gending Sriwijaya, hingga yang terakhir Soekarno.

Hanung curiga, sebenarnya bukan karya-karyanya yang dipersoalkan. Suami Zaskia Adya Mecca itu pun menganggap bahwa sosoknyalah yang menjadi alasan utama sehingga film-film besutannya dipersoalkan.

BACA JUGA: Tak Keberatan Dijuluki si Pembawa Kabar Bencana

Bagaimana Anda melihat pro-kontra tersebut?

Saya sebetulnya sedih dan prihatin. Kenapa film saya jadi pro dan kontra. Saya introspeksi diri, apakah ada yang salah dengan film saya. Kalau temanya yang salah, bukankah di film yang lain seperti Sang Kiai, juga ada data sejarahnya yang kurang. Kenapa (film itu) tidak terjadi kontroversi? Saya pikir itu semua terjadi karena ada pemicu.

BACA JUGA: Saya Tak Mungkin Mencederai Bu Ani

Pemicu seperti apa?

Misalnya, Mas Garin Nugroho itu membuat film Mata Tertutup tentang NII. Itu kan juga mendeislamisasi karena memandang kejelekan Islam. Tapi, kan tidak terjadi kontroversi apa-apa. Untuk film Nurman Hakim yang 3 Doa 3 Cinta, kenapa tidak terjadi kontroversi juga? Persoalannya sekarang, mungkin ada yang ngompori ketika di sebuah film ada nama Hanung Bramantyo. Saya jadi curiga, jangan-jangan kalau saya buat film horor, juga akan dikompori. Artinya, ada upaya-upaya mungkin untuk men-dehanungisasi. (Hanung lalu tersenyum). Pembunuhan karakternya juga ada.

BACA JUGA: Saya tak Pantas Nasehati Riedl

Sikap Anda menghadapi hal tersebut?

Saya selalu berpikir bahwa setiap kali membuat film, selalu ada kontroversi. Film itu bersifat like dan dislike. Ibarat bikin film semonumental Gladiator, pasti tetap ada yang kontra. Kritik itu pasti ada. Cuma, kontra itu membesar atau tidak, bergantung siapa yang membesar-besarkan. Ada upaya untuk mengambil keuntungan dari kontroversi. Keuntungan untuk eksis, menjadi bahan omongan.

Anda termasuk yang memanfaatkan kontroversi?

Saya tegaskan, kontroversi tidak pernah saya buat. Dan, film yang dipromosikan dengan kontroversi tidak akan pernah berhasil. Catat itu. Sehingga saya tidak mungkin menggunakan upaya kontroversi untuk menaikkan film-film saya.

Pro - kontra memengaruhi kerja sebagai sutradara?

Iya, itu jadi bahan pemikiran. Kasihan produser yang mau ajak saya. Di sisi lain, ketika bikin film sama Hanung, mungkin ada kepuasan hasil baik. Tapi dari sisi lain, mereka harus menyiapkan banyak pengacara. Akhirnya kemudian, ya setiap kali saya memproduksi sesuatu, saya akan ngomong sama produser, "Tolong jangan pakai nama saya," sekalipun saya yang menyutradarai. Tidak usah ditulis namanya. Saya nggak butuh nama. Saya butuh investasi ini selamat. Itu mungkin ya cara yang paling baik.

Kabarnya akan membuat film tentang Kartini?

Itu masih jadi obsesi saya. Tapi, kayaknya saya istirahat dulu deh. Bukan karena kasus yang sekarang dijalani ya. Film Soekarno ini kan puncak karir saya. Untuk melompat ke karya lagi, nanti dulu. Istirahat dulu. Belajar dulu lagi. Saya mau jadi mentor sekaligus belajar bersama anak-anak Dapur Film. (jan/c6/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saatnya Wujudkan Gelar Juara yang Tertunda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler