Sejak kecil, ibu saya selalu mengajarkan saya pepatah Cina kuno yang berarti "Tuhan akan membalas kerja kerasmu".
Tapi bulan Juni 2022 saya mempertanyakan keyakinan tersebut.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Ekuador Gagalkan Penyelundupan 8 Ton Kokain ke Belgia
Ketika itu saya kaget tidak percaya melihat layar ponsel saya saat berada di sebuah restoran Jepang di Melbourne.
Pesan di ponsel itu adalah hasil tes bahasa Inggris yang saya ambil sebagai persyaratan dari pengajuan visa saya.
BACA JUGA: Cara Unik Penggemar Sepak Bola di Turki Untuk Menghibur Anak-anak Korban Gempa
Saya sudah delapan tahun berada di Australia.
Sejak lulus dari universitas dengan gelar 'Master' di bidang jurnalistik, saya sudah mulai bekerja untuk media berbahasa Inggris.
BACA JUGA: Vaping Jadi Masalah Besar di Australia, Mencari Solusinya Tidaklah Mudah
Saya pikir akan mudah bagi saya untuk bisa mendapat nilai tinggi dalam ujian bahasa yang saya gunakan setiap hari.
Namun sebaliknya, hasil tes tersebut mengatakan saya hanya mendapat skor 61 dari total 90 untuk tes berbicara saya.
Artinya, saya tidak memenuhi syarat ketentuan visa. Yang lebih mengejutkan lagi, penyebab nilai rendah tersebut adalah komputer yang menguji saya tersebut.Komputer sebagai penilai bahasa Inggris
Ketika tahu saya harus mengambil tes bahasa Inggris, teman-teman saya merekomendasikan tes berbasis penilaian komputer, karena merasa tes tersebut mungkin memiliki penilaian yang lebih adil tentang kemampuan berbahasa Inggris kita.
Jadi mengikuti arahan mereka, saya mengambil tes berbasis komputer di Sydney, namun hasilnya sangat mengejutkan.
Akhirnya saya mendaftar tes lain dan membeli beberapa paket simulasi tes untuk berlatih, dengan harapan kali ini semuanya akan berjalan dengan baik.
Tapi nyatanya semakin parah. Saya malah hanya mendapat skor 59 untuk bagian tes berbicara atau 'speaking'.
Saya marah tapi juga frustrasi: Apa yang salah? Saya mengeluhkan skor saya di jejaring sosial, berharap menemukan solusi.
Seseorang kemudian memberi saya nomor telepon dan bilang untuk mengontaknya.
Begitulah akhirnya saya bertemu James, pria yang mengubah hidup saya.Untuk mengalahkan mesin, Anda harus berbicara seperti mesin
Sabtu pagi saya mengunjungi James di kantornya di pusat kota Sydney.
Setelah berkenalan, James meminta saya mempraktikkan beberapa hal, termasuk membaca teks dengan keras, untuk menilai kompetensi bahasa Inggris saya.
"Bahasa Inggris Anda sangat bagus," kata James.
"Tapi kamu berbicara dengan terlalu banyak emosi seperti manusia, dan karenanya kamu gagal mendapatkan skor tinggi."
James adalah tutor khusus untuk tes bahasa Inggris sebagai syarat pengajuan visa Australia.
Ia telah enam tahun mempelajari tes komputer dan menyimpulkan: Untuk menyenangkan komputer, kita perlu memberikan apa yang mereka inginkan.
Ia mengatakan komputer tampaknya lebih menyukai suara dengan nada rendah, tanpa jeda atau intonasi, karena hal ini akan membuat mereka yakin bahwa penuturnya fasih berbahasa Inggris.
Tapi tunggu dulu, bukankah itu justru terdengar seperti suara mesin berbicara?
"Waktu berbicara bahasa Inggris dengan orang Australia, saya mungkin tidak sebagus Anda, tetapi jika mengikuti tes ini, saya pasti bisa mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari Anda," kata James ke saya.
"Alasannya? Karena saya tahu apa yang diinginkan mesin tersebut."Merasa tidak adil
Saya mengikuti enam kelas James, ditambah biaya ujian, totalnya saya harus membayar sekitar AU$1.500 atau lebih dari Rp15 juta.
James mengatakan saya tidak seperti murid-muridnya yang lain yang harus diajarkan tata bahasa Inggris yang mendasar.
"Yang kamu butuhkan hanyalah beberapa trik dan kamu bisa lulus ujian," katanya.
Hal ini membuat saya semakin kesal. Saya ingat perkataan ibu saya tentang bekerja keras.
Saya telah berusaha keras menajamkan keterampilan bahasa Inggris, namun masih tidak bisa mendapatkan nilai yang pantas saya dapatkan. Ini tidak adil!
Tapi sebagai pendatang di Australia, saya merasa ada aturan tidak tertulis yang harus kita patuhi: Tidak boleh mengeluh.
Lagi pula, ini adalah keputusan kita sendiri untuk pindah ke Australia, sehingga kita harus menjalankan tes bahasa Inggris, menunggu proses pengajuan visa yang kadang terlalu lama, atau berurusan dengan kebijakan imigrasi yang berubah-ubah setiap tahunnya.
Saya teringat kata-kata Ibu: "Tuhan akan membalas kerja keras Anda."
Saya meneleponnya, dan begitu saya mendengar suaranya, saya menangis.
Saya curhat tentang ujian ini, visa, dan hidup saya. Ia meminta maaf karena merasa telah memberi saya pelajaran yang salah.
Nyatanya hidup memang tidak adil: "Terkadang bahkan walaupun Anda bekerja keras, semuanya itu tidak akan terbayar."Upaya ketiga
Saya mendaftarkan tes bahasa Inggris ketiga kalinya pada bulan Oktober tahun lalu.
Kali ini, saya kehilangan kepercayaan diri. Saya meninggalkan tempat kursus dan berpikir sepertinya saya akan mengulanginya lagi.
Kemudian saya mengirim SMS kepada James: "Nanti kita berjumpa lagi."
Kemudian saya mendapat pesan dari teman saya Sean, yang mengingatkan tentang Pesta Halloween pada hari itu.
Sean berencana untuk berdandan seperti tokoh kartun Bluey, jadi saya buru-buru mengambil kostum Bingo, saudara kandung Bluey.
Ketika sampai di rumah, saya berkaca di cermin. Karena kostum tersebut untuk anak-anak, saya hanya bisa menariknya sampai ke pinggang. Lalu saya mendapat email dari penyelenggara tes bahasa Inggris.
Sempat deg-degan, tapi hasilnya: saya mendapat nilai hampir sempurna dalam ujian berbicara.
Trik James berhasil!
Saya akhirnya bertemu Sean di Pesta Halloween, memakai topeng Bingo karena saya merasa terlalu malu untuk memakai kostum anak yang tidak pantas.
Saya berkenalan dengan orang-orang dan mengobrol tentang masa depan kami.
Saat kami mengangkat bir, tiba-tiba kata-kata Ibu terlintas di benak saya.
Mungkin ia memang tidak pernah salah: "????", atau "Tuhan akan membalas kerja kerasmu".
Artikel ini ditulis oleh Wing Kuang, jurnalis ABC dan diproduksi oleh Natasya Salim
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Perahu Migran Menabrak Karang di Italia, Puluhan Tewas