Saya Siap Jadi Herder Jokowi

Selasa, 24 Juni 2014 – 01:01 WIB

jpnn.com - NAMA Ruhut Sitompul seolah tak pernah lepas dari kontroversi. Politikus Partai Demokrat (PD) itu awalnya dikenal sebagai figur yang lantang mengkritisi Joko Widodo alias Jokowi. Namun, Ruhut yang saat ajang konvensi calon presiden di partainya menjadi tim sukses Pramono Edhi Wibowo, justru banting setir menjadi pembela Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla di ajang pemilu presiden.

Langkah Ruhut itu tentu berseberangan dengan mayoritas koleganya di PD yang memilih memberikan dukungan pada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Tentu saja langkah politik Ruhut yang kini mulai sering terlihat di kampanye-kampanye Jokowi-JK itu membuat koleganya di partai maupun Fraksi PD di DPR meradang.

BACA JUGA: Terbiasa Jarak Jauh

Bahkan muncul kecurigaan bahwa Ruhut bermanuver karena mencari jabatan. Terang saja kecurigaan itu ditepis Ruhut. Sebab, keinginannya memang memenangkan Jokowi-JK. “Saya tak pernah incar jabatan,” katanya.

Ruhut pun seolah menerabas peringatan yang disampaikan rekan-rekannya di partai maupun FPD. Izin dari Ketua Umum PD, Susilo Bambang Yudhoyono membuat Ruhut semakin percaya diri dengan keputusannya mendukung Jokowi-JK.

BACA JUGA: Tunjangan Guru Rp 4 Juta Per Bulan

Lebih jauh tentang alasan Ruhut mendukung Jokowi, berikut petikan wawancaranya;

Ketua FPD Nurhayati Assegaf akan berikan sanksi ke Anda soal membawa-bawa nama SBY dalam dukungan ke Jokowi-JK. Tanggapannya?
Siapa dia berikan sanksi ke saya?

BACA JUGA: Jokowi tak Akan Basa-basi

Apa dukungan Abang ke Jokowi-JK politik  dua kaki Partai Demokrat?
Oh tidak, Pak SBY memang meminta kami jangan Golput. Tapi hak Demokrat sangat dia hormati. Beliau menghormati kami yang ada di kubu Pak Prabowo-Hatta, begitu juga yang di kubu Pak Jokowi dan JK.

Kenapa bawa nama SBY?
Kedekatan, kesayangan, dan kepercayaan Pak SBY kepada saya, itu banyak sekali yang cemburu. Tapi kalian bisa melihat siapa saya dalam berpolitik dalam memperjuangkan nama baik partai. Oleh karena itu Pak SBY mempercayai saya.

Jokowi mau lanjutkan program SBY nggak?
Oh tidak, mengalir. Saya menghadap dan saya yang menghormati etika politik.

Kenapa dukung Jokowi?
Berangkat dari tagline-nya Indonesia Hebat. Artinya hebat Indonesia selama 10 tahun kepemimpinan SBY memimpin Indonesia. Sedangkan yang satu lagi (Prabowo-Hatta, red) Indonesia Bangkit, artinya selama ini Indonesia tidur. Saya lihat visi misinya suka sedih. Bocor Rp 1.000 triliun, Rp 100 triliun masalah kelautan. Jadi sudah berapa ribu?

Di situ saya salut ke Pak Jokowi. Beliau tidak pernah mengatakan itu, tapi visi misinya ingin melanjutkan yang baik dari Pak SBY. Itu fakta.

Melanggar aturan internal Partai Demokrat karena dukung Jokowi?
Oh tidak. Tidak ada yang saya langgar. Karena kalau hanya Ruhut sendiri orang boleh omong begitu. Semua tahu ada Pak Dahlan Iskan, ada Anis Baswedan, ada TB Silalaahi, ada Suaidi Marasabessy. Siapalah saya.

Soal sanksi yang dibilang Nurhayati?
Sudah saya katakan apa hak dia. Saya masih hormati dia. Tapi kalau aku tidak bisa lagi menahan, saya punya emosi. Saya katakan dia (Nurhayati, red) Mak Lampir.

Dapat posisi apa dengan mendukung Jokowi-JK?
Saya tidak pernah incar jabatan. Saya ingin menangkan Pak Jokowi-JK.

Anda pernah mengaku sebagai herder (anjing penjaga) Tjahjo Kumulo di KNPI dan SBY di Demokrat. Artinya nanti mau jadi herdernya Jokowi?
Nggak. Begini, Pak Luhut (Luhut Panjaitan, red) tetap kader Partai Golkar, aku tetap Partai Demokrat. Beda ya beda.

PDIP mau terima Partai Demokrat?
Saya waktu di Komisi III (diusulkan jadi ketua komisi, red) nggak pernah voting. Itu (posisi Ketua Komisi III, red) hak saya. Apakah tidak terenyuh dan hutang budi dengan PDIP. Hanya PDIP dipimpin oleh Trimedya Pandjaitan mendukung, itu hak Partai Demokrat mendukung Ruhut sebagai Ketua Komisi III. Itu fakta karena hubungan saya baik dengan almarhum Bang Taufik Kiemas. Begitu juga kader-kader PDIP lainnya.

Izin ke SBY untuk dukung Jokowi-JK?
Saya minta izin. Saya ketemu Pak SBY di Emerald (lapangan Golf di Cikeas). Saksinya Pak Menkopolhukam Pak Djoko dan Komandan Paspampres.

Apakah SBY tersinggung soal pernyataan Prabowo yang menyebut anggaran negara banyak bocor?
Saya rasa kita tahu beliau lah. Tapi kita tahu Pak SBY sudah sedemikian keras bekerja untuk mengharumkan nama bangsa di dunia internasional dan Indonesia. Artinya kalau ada yang bilang bocor, tetaplah Pak SBY itu manusia, kalianlah yang menafsirkan.

Tapi saya sedih mengatakan bocor Rp 1.000 triliun, dari mana? Dalam visi misi bicarakanlah fakta, jangan omdo, omong doang.

Alasan ngga milih Prabowo?
Saya lihat dua dua pasang ini bagus. Tapi saya lihat Jokowi-JK Indonesia Hebat. Memang hebat.

Jadi Timses Jokowi siap berhadapan dengan Fahri Hamzah dan Fadli Zon?
Kalian sudah tahu bicara debat, kapan aku bisa kalah? Tapi aku berterima kasih bukan hanya debat, tapi langsung mulai besok saya keliling untuk jadi jurkam (Jokowi-JK)

Balik lagi ke herder, mau jadi herdernya Jokowi dong?
Jujur saja saya, siapa yang legal saya siap menjadi herder.

Pak SBY punya background  militer, apa gak dukung Prabowo?
Pak SBY berada di tengah. Kita hormati. Tapi saya yakin Pak SBY akan memilih dari dua ini siapa yang terbaik.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tegas Bukan Berarti Siap Perang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler