Saya yang Menggali Kuburnya dan juga Mengazankan, Sepi Sekali

Rabu, 02 Desember 2020 – 13:16 WIB
Mustakim bersama anaknya, meluangkan waktu untuk berolahraga menjaga kebugaran tubuh. Foto: Dok Pribadi - radarsemarang

jpnn.com, MAGELANG - Mustakim semringah.

Penggali kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Giriloyo Kota Magelang itu baru menerima uang Rp 1,5 juta dari Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Kota Magelang.
Mustakim adalah salah satu penerima bantuan dari 49 petugas pemulasaraan dan pemakaman jenazah Covid-19 di Magelang.

BACA JUGA: Betapa Berat Beban Para Penggali Kubur Jenazah Pasien Covid-19, Ini Ceritanya

Itu adalah uang lelah yang ia terima selama menjadi penggali makam jenazah Covid-19.

Jatah lembur pemakamam standar Covid-19 dari APBD Perubahan Kota Magelang juga baru turun.

BACA JUGA: Satgas Covid-19 Minta Pemda Optimalkan 3T Guna Tekan Penularan

Buat Mustakim, itu semua seperti rejeki nomplok. Tidak terpikirkan sebelumnya.

Sejak pertama memakamkan jenazah Covid-19 pada 25 Maret 2020 lalu, dia melaksanakan tugas dengan ikhlas.

BACA JUGA: Pak Doni Berikan Rumus Aman, Iman dan Imun kepada Ponpes

Belum ada kompensasi tambahan seperti baru-baru ini. “Prinsipnya, ingin melayani dan memberikan perlakuan yang terbaik untuk jenazah. Enggak pandang bulu itu siapa, meninggalnya karena apa,” katanya seperti dikutip dari Radar Semarang.

Mustakim ingat betul. Ada rasa waswas saat memakamkan jenazah Covid-19. Informasi di luar masih simpang siur, belum jelas soal penularan virus.

Lalu, yang saat itu dia ketahui, pemakaman jenazah Covid-19 diurus oleh petugas rumah sakit. Ternyata tidak. Harus dilakukan oleh petugas makam di TPU.

Berangkat dengan niat tulus, ia dan teman-emannya mendapat pelatihan memakamkan jenazah dengan prosedur Covid-19.

“Kami langsung dikasih alat pelindung diri (APD/hazmat, Red), karena kesigapan pimpinan kami,” ujarnya.

Sampai sekarang, kata dia, sudah puluhan jenazah yang dimakamkan dengan standar Covid-19 di TPU Giriloyo.

“Pernah saya ingin menangis, melihat prosesi pemakaman yang sepi. Jenazah hanya diantar satu atau dua orang anggota keluarga saja. Tidak seramai pemakaman biasa," ujar Mustakim.

"Pihak keluarga hanya bisa melihat prosesi pemakaman dari kejauhan. Saya yang gali kuburnya, saya yang mengazankan, sepi sekali, kasihan,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Pria 40 tahun ini merasa terharu, saat anggota keluarga yang berduka menyampaikan ucapan terima kasih kepada petugas makam.

Apalagi, jenazah Covid-19 yang dikebumikan sempat ditolak di daerah lain.

“Kami senang, bisa bantu. Kami semua juga menghibur pihak keluarga. Saya katakan sabar, ini kehendak Tuhan,” ucapnya.

Lalu, apakah Mustakim setuju jika petugas pemakaman jenazah Covid-19 disebut Pahlawan Covid-19? Dia mengaku setuju.

Menurutnya, petugas makam adalah orang yang memberikan penghormatan di peristirahatan terakhir para jenazah Covid-19.

Petugas makam harus siap kapan saja bila dibutuhkan. Sebab, jenazah harus segera dikebumikan kurang dari empat jam. Terkadang, pemakaman berlangsung larut malam atau dini hari.

“Kami harus kerja tim. Untuk menggali makam saja butuh waktu 2,5 jam. Seperti saya ini, harus memaksimalkan tenaga dan mengurangi istirahat, agar proses penggalian tanah cepat selesai,” tuturnya.

Mustakim beruntung, keluarganya menerima penuh risiko pekerjaan ini. Khususnya saat situasi pandemi Covid-19.

Dukungan paling besar dari istrinya, Budi Yunita Sari. Lalu dua anaknya sebagai sumber penyemangat. Yakni, Nimas Nayla Rahmadanti yang kini duduk kelas IX SMP, dan Saquina Qiandra Elfatia yang masih berumur tiga tahun.

Dia pun melewati masa-masa takut bertemu dengan anaknya yang masih balita, sesudah bertugas memakamkan jenazah Covid-19.

“Dulu sampai enggak pernah ketemu anak, kangen sekali saya. Sekarang sudah terbiasa, yang penting saya mematuhi protokol kesehatan, Insyaallah aman,” bebernya.

Tidak ketinggalan, dia rutin berolahraga untuk meningkatkan imunitas. Paling suka, bermain sepak bola.

Dia juga mengonsumsi multivitamin yang diberikan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang. Ada pula jaminan makanan tambahan.

“Pemkot juga memfasilitasi kami swab test secara berkala. Kuotanya lima orang setiap minggu. Alhamdulillah, hasil swab kami semua negatif Covid-19,” tuturnya.

Bahkan ada kebijakan Pemkot Magelang melalui DLH yang dinilai tepat. Ketika petugas selesai memakamkan jenazah positif Covid-19, diwajibkan isolasi mandiri di rumah selama seminggu.

Jatah tugas selanjutnya, dikerjakan petugas lain secara bergantian. Mustakim menyebut, ada 18 petugas makam di TPU Giriloyo yang bekerja di TPU.

“Petugas-petugas di lapangan itu kompak-kompak, saling bantu satu sama lain,” tandasnya.

Sekarang, petugas makam di TPU Giriloyo mendapatkan tambahan uang Rp 100 ribu setiap memakamkan jenazah dengan standar protokol kesehatan.

Jika pemakaman berlangsung malam hari, dapat tambahan uang lembur. Kepada masyarakat ia berpesan senantiasa mematuhi protokol kesehatan, agar tidak tertulari Covid-19.

Dari pengalamannya ini, ia menyadari bahwa Covid-19 itu ada. Virus ini mudah menyerang orang-orang yang memiliki kekebalan tubuh rendah, dan sangat berbahaya apabila memiliki penyakit bawaan.

“Lakukan 3M, pakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, jangan stres, olahraga, dan makan-makanan yang sehat,” pungkas Mustakim. (*/puputpuspitasari/ida)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler