Sayang, Nadiem Makarim Belum Sentuh Persoalan Guru

Selasa, 26 November 2019 – 13:26 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim berpidato berkaitan Hari Guru Nasional 2019. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih mengomentari pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyambut Hari Guru Nasional 25 November yang diunggah di akun resmi Kemendikbud.

Fikri menyayangkan pidato Nadiem yang belum menyentuh persoalan guru di Indonesia. Fikri menunggu terobosan Nadiem mengatasi persoalan guru. 

BACA JUGA: Pidato Mendikbud Nadiem Makarim di Hari Guru Bikin Warganet Tercengang

“Maksudnya bagus agar meningkatkan awareness guru terhadap anak didik mereka, tetapi persoalan guru nasional saat ini mengkhawatirkan. Kami menunggu terobosan,” ujar Fikri dalam siaran persnya, Selasa (26/11).

Menurut Fikri, memang  ada masalah kurikulum di Indonesia yang sulit diikuti guru dan juga murid. "Selain itu juga bongkar pasang kebijakan seolah semua pendidik dipaksa bereksperimen,” ucap politikus PKS ini. 

BACA JUGA: Nadiem Makarim Ingin Ada 250 Ribu Guru Penggerak

Hanya saja, lanjut Fikri, saat ini posisi Nadiem adalah pembuat kebijakan yang tugasnya menemukan solusi atas beragam permasalahan pendidikan, khususnya terkait guru.

“Masalah guru di Indonesia mulai dari jumlah, kualitas, sampai kesejahteraan pendidik itu mestinya jadi prioritas,” kata mantan guru ini.

Berdasar data  Kemendikbud, secara nasional tahun ini terdapat kekurangan 746.121 guru di sekolah negeri seiring adanya 62.759 guru yang akan pensiun.

Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat, di mana pada 2021, guru yang pensiun mencapai 69.757 orang. 

Bahkan, ujar dia,  dalam satu kesempatan mantan Mendikbud Muhadjir Effendy pernah meminta para guru yang sudah pensiun tahun ini agar tetap mengajar, sampai guru pengganti ada. 

“Kondisi ini menunjukkan sudah darurat pasokan guru,” kata Fikri.

Selain itu, Fikri menambahkan masih terdapat 1,62 juta guru yang belum tersertifikasi.  Padahal sertifikasi bertujuan supaya guru memiliki kualitas akademik dan kompetensi yang mumpuni.

“Target dirampungkan tahun ini sulit tercapai,” ucap Fikri.

Terkait kesejahteraan, saat ini masih terdapat 736 ribu guru honorer dengan upah hanya beberapa ratus ribu rupiah.  “Jauh di bawah upah minimum provinsi dan kabupaten kota,” lanjut Fikri.

Skema pemerintah yang dijanjikan di depan DPR beberapa waktu lalu adalah diangkat menjadi CPNS bagi yang masih berusia di bawah 35 tahun. Selain itu, diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K). 

“Namun pengangkatan P3K ini mesti melewati penganggaran di APBD masing-masing daerah, artinya paling cepat tahun depan terealisasi,” urai dia.

Upah guru di Indonesia, tambah Fikri juga termasuk yang paling rendah di Asia Tenggara.  “Dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei, dan bahkan Filipina, gaji guru kita paling rendah,” sebutnya.

Data Unesco menyebutkan besaran gaji guru di Singapura mencapai Rp  57 juta per bulan, di Brunei mencapai Rp 24 juta, Malaysia Rp 22 juta, Thailand Rp 12 juta, atau Filipina yang sudah lebih menghargai guru dengan upah minimal Rp 10 juta.

“Di Indonesia saya pikir tidak cukup dengan minimal UMK atau UMP, yang layak itu gaji guru minimal dua kali UMK,” kata dia.

Di hari guru saat ini, lanjut Fikri yang mesti ditegaskan oleh Mendikbud Nadiem Makarim adalah kejelasan atas nasib guru.  

“Ada kaitan kuat dengan penganggaran, sebutkan besaran anggaran pastinya, kami siap bahas di DPR,” pungkas Fikri. (boy/jpnn) 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler