BACA JUGA: Mau Jatuh Cepat-Cepat atau Pelan-Pelan? (1)
Dialah yang harus berada di urutan pertama daftar ituBahkan, kalau banyak analis mengatakan Eropa-lah yang akan menjadi korban terparah sebagai dampak krisis ini, kaitannya juga dengan CDS itu
BACA JUGA: Semua dalam Posisi Memegang Benang
Nama Cassano amat top di Eropa dalam pengertian yang negatifBACA JUGA: Jangan Dulu Turunkan BBM, tapi Tolong si Miskin
Hebatnya, kantor pusatnya di New York sangat bergantung padanyaBahkan, ada yang menggambarkan, kantor pusat AIG (American International Group), perusahaan asuransi terbesar di dunia di New York itu sudah bertekuk lutut pada anak perusahaannya atau unit usahanya di London yang di bawah komando Cassano ini.Cassanolah yang membuat AIG runtuh dan memaksa pemerintah Amerika Serikat mengambil alih 85 persen saham AIG dengan cara menyuntikkan dana ke AIG USD 85 miliar, hampir sama dengan nilai seluruh APBN kita
Cerita kehebatan Cassano itu kira-kira begini: Pada 1990-an bank-bank di Eropa umumnya kelebihan danaArtinya, terlalu banyak uang deposito milik masyarakat yang ditaruh di bank-bank EropaOrang Eropa memang lebih konservatifTidak terlalu senang spekulasi bermain sahamIni berarti bank harus membayar bunga deposito kepada masyarakat terlalu banyakMaka, bank-bank Eropa mencari akal sekuat tenaga untuk memutar uang tersebut agar bisa menghasilkan bunga lebih besar
Cassano mengetahui ituDi sisi lain Cassano juga tahu lembaga-lembaga keuangan di AS lagi kesulitan dana karena banyaknya kredit perumahan yang macet (subprime mortgage)Apalagi, tingkat kesenangan masyarakat Amerika Serikat menabung sangatlah kecilOrang AS dikenal suka belanja (dan dianggap inilah yang membuat ekonomi AS bergairah) membuat tingkat tabungan masyarakat AS termasuk yang paling rendah di dunia: rata-rata hanya 2 persen dari pendapatanTerlalu banyak orang yang hidupnya bergantung pada kartu kreditArtinya, keuangan masyarakat sering defisit per bulan.
Bank-bank Eropa melihat situasi di AS itu seperti menghadapi madu dan racunApalagi, jaringan Cassano sangat agresif menggoda merekaDi satu pihak bank-bank Eropa sangat ingin menyalurkan kelebihan dananya ke sana karena iming-iming suku bunga yang sangat menggiurkanDi lain pihak bank-bank Eropa itu takut lantaran agunan yang diterima adalah rumah-rumah yang berasal dari sitaan kredit macetPadahal, harga rumah-rumah itu sudah jauh lebih rendah daripada nilai kredit yang macet
Yang paling ditakutkan bank-bank Eropa adalah: jangan sampai melanggar aturan bank internasional yang disebut Basel II, terutama menyangkut kecukupan modalDalam aturan itu disebutkan bahwa setiap memberikan kredit, bank harus meningkatkan modal yang disimpan di penjaminanSemakin kurang berkualitas kredit itu semakin tinggi nilai modal penjaminannyaBank-bank di Eropa tahu kalau sampai mereka memberikan kredit yang dikaitkan dengan subprime mortgage, konsekuensi permodalannya sangat berat.
Di saat seperti itulah Cassano datang dengan resep yang dianggap bisa membersihkan racun dari maduBank-bank Eropa bisa menikmati bunga tinggi yang ditawarkan Cassano tanpa harus meneguk racunnyaYakni, menggunakan resep bikinan Cassano yang disebut credit default swaps (CDS) tadiBank-bank Eropa bisa meminjamkan uang kepada lembaga-lembaga keuangan besar di AS seperti Lehman Brothers, Goldman Sachs, dan seterusnya dengan swaps atau jaminan atau perlindungan dari AIG
Dengan resep dari Cassano ini, bank-bank Eropa bisa berkelit dari kewajiban penyetor modal penjaminan tambahan seperti yang diatur dalam Basel IIUntuk itu bank-bank Eropa memang harus membayar fee yang besar kepada AIGSebagai bandingan, kalau untuk fasilitas credit equity swaps (CES) fee-nya maksimum hanya 100 basis poin, untuk DCS ini AIG minta fee sampai 500 basis poin
Meski harus membayar fee kepada AIG yang sangat besar, bank-bank Eropa merasa amanPertama, bunga yang didapat masih jauh lebih besarKedua, kalau toh kredit itu gagal dibayar balik, AIG-nya Cassano menjamin pembayarannyaDan, yang penting, meski bank-bank Eropa memberikan kredit kepada lembaga keuangan yang jaminannya adalah kredit-kredit gagal bayar seperti yang berasal dari subprime mortgage, itu tidak dianggap melanggar Basel II.
Mengapa? Karena kredit-kredit gagal bayar itu sudah dimasukkan dalam paket-paket dengan kemasan bagusMeski isinya busuk, bungkusnya indah dan menggodaApalagi, yang membungkus itu perusahaan-perusahaan dengan reputasi kelas satu: ratingnya AAASangat tepercayaSiapa yang tidak percaya Lehman Brothers dan sebangsanya ituSemua ratingnya AAASebuah rating tertinggi.
Di Indonesia perusahaan yang ratingnya AAA tidak banyak (Misalnya, PT HM Sampoerna, PT Telkom, Bank Danamon, Bank Rakyat Indonesia, dan PT Summit Oto Finance, Red)Jawa Pos dua tahun lalu ratingnya hanya A- (A minus), dan baru tahun lalu jadi AMasih harus bekerja keras lagi untuk bisa menjadi ke A+, lalu AA-, AA, AA+Entah berapa puluh tahun lagi bisa jadi AAAEntah kerja keras seperti apa lagi untuk bisa mencapai itu.
Bahkan, negara Indonesia, yang tidak pernah gagal bayar utang, yang selalu tumbuh dengan baik, yang pengelolaan keuangannya dipuji bank dunia, yang meski secara politik masih sering ribut namun terbukti tetap stabil, hanya diberi rating BBelum BB atau BBBMasih jauh dari rating A, apalagi AA atau AAA
Padahal, perusahaan-perusahaan yang membungkus jaminan-jaminan gagal bayar itu semua ratingnya AAAYang menjual bungkusan-bungkusan itu, AIG-nya Cassano, ratingnya juga AAALaporan keuangannya menunjukkan kemajuan yang pesatnya bukan mainLabanya juga selangitMaka bank-bank Eropa menganggap kredit yang diberikan kepada Lehman Brothers dan lain-lain itu sangat amanKarena itu, ketika ”membeli” bungkusan-bungkusan cantik tersebut, bank-bank Eropa tidak diwajibkan menambah modal penjaminan seperti yang diharuskan Basel II.
Transaksi ”bungkusan pepes kosong” CDS itu mencapai USD 562 miliar! Atau sekitar Rp 70.000.000.000.000.000Bukan semua uangnya berasal dari bank-bank Eropa, namun terlalu banyak yang berasal dari EropaItulah sebabnya, dalam pertemuan puncak 20 kepala negara di Washington kemarin, Eropa ingin sekali ”menghukum” ASYakni, dengan cara menetapkan persyaratan-persyaratan baru bagi perusahaan keuangan yang ingin melakukan bisnis keuangan dengan model yang rumit-rumit seperti itu
Semangat tinggi Eropa untuk menghukum AS dengan sangat keras itulah yang diwaspadai IndonesiaPresiden Susilo Bambang Yudhoyono terus berkoordinasi dengan tim delegasi untuk membicarakan soal yang rumit ini: jangan sampai tujuan yang sebenarnya untuk menghukum AS itu negara seperti Indonesia ikut jadi narapidana
Presiden harus ”berkelahi” dengan caranya sendiri untuk menghindari ituSebab, kalau Indonesia juga harus mengikuti persyaratan baru kelak secara ketat, bisa-bisa Indonesia –yang tidak tahu apa-apa mengenai penyebab krisis– langsung masuk penjara dan mati di dalamnyaInilah salah satu misi presiden yang berhasil dari pertemuan puncak ini.
Lembaga-lembaga keuangan dunia yang akan melakukan transaksi, kelak, harus memenuhi lebih dari 50 persyaratanMulai transparansi, pengawasan, pengambilan risiko sampai penegakan aturan, sampai persyaratan ratingnya
Kelak, kira-kira, kalau semua berhasil dirumuskan, gambarannya begini: ada 50 atau 70 peraturanPerusahaan keuangan yang akan melakukan bisnis dengan tingkat kerumitan 10, harus memenuhi semua persyaratan ituTapi, lembaga keuangan yang hanya melakukan bisnis dengan tingkat kerumitan 5, hanya perlu memenuhi syarat separo dari yang ditetapkan ituSemakin rendah tingkat keruwetan bisnisnya, semakin sedikit persyaratan yang harus dipenuhi.
Presiden SBY sangat lega karena nada memberlakukan semua persyaratan untuk semua negara bisa dihindariKalau saja, misalnya, Indonesia juga harus memenuhi seluruh persyaratan itu, semua bank di Indonesia akan langsung tidak bisa berusahaPadahal, kondisi bank di Indonesia saat ini sudah sangat prudentPeruraturan pemerintah untuk bank di Indonesia juga sudah sangat ketat –terima kasih atas terjadinya krismon 1998 lalu.
Kalau toh masih ada yang harus diatur lebih ketat adalah lembaga-lembaga keuangan non-bankIni pun khusus menyangkut yang kepemilikannya satu grup dengan perusahaan yang merestrukturisasi keuanganSebab, grup-grup usaha di Indonesia juga memiliki lembaga keuangan nonbank, yang bisa saja menjadi lubang kelemahanMisalnya, lembaga keuangannya miliknya sendiri itulah yang diminta mengatur agar harga sahamnya jauh lebih mahal saat perusahaan itu akan melakukan go public(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Definisi Uang yang Kian Panjang
Redaktur : Tim Redaksi