Semua dalam Posisi Memegang Benang

Selasa, 28 Oktober 2008 – 10:23 WIB
TERLALU banyak pertanyaan seperti ini: Di saat Amerika Serikat dilanda krisis yang hebat seperti ini, mengapa dolarnya justru menguat? Mengapa harga emas justru merosot? Bukankah dalam suasana krisis mestinya harga emas naik?

Jawabnya tidak tunggal, tapi yang utama hanya satu: terlalu banyak orang di banyak negara yang membutuhkan dolar ASLembaga-lembaga keuangan raksasa yang dulu selalu meminjamkan uang dalam dolar AS, sekarang memerlukan dolar sebanyak yang bisa ditarik

BACA JUGA: Jangan Dulu Turunkan BBM, tapi Tolong si Miskin

Kalau dulu dolar mengalir dari AS ke seluruh dunia, kini semua dolar harus mengalir balik ke AS untuk menutup lubang menganga yang sangat besar akibat krisis itu.

Masih ada tambahan lagi: di AS banyak perusahaan atau aset yang dijual dengan harga murah
Akibatnya, orang kaya dari seluruh dunia juga banyak yang tergiur untuk membeli aset itu

BACA JUGA: Definisi Uang yang Kian Panjang

Tentu mereka membutuhkan dolar AS
Perusahaan (saham) AS yang di luar negeri juga banyak yang dijual

BACA JUGA: Mengapa Tidak Langsung Bangkit

Pembelinya juga perlu dolarPerusahaan-perusahaan yang punya pinjaman dolar diminta membayar sebelum jatuh tempoKalau tidak bisa bayar, perusahaan itu disita untuk dijualJuga pakai dolarApakah bisa menarik kredit sebelum jatuh tempo? Bisa! Baca akad kreditnyaPasti menyebutkan klausul seperti itu.

Satu-satunya negara yang mata uangnya justru menguat terhadap dolar AS hanyalah JepangIni karena fondasi ekonomi Jepang sangat kukuhUang cash-nya amat banyak dan dalam posisi amanBank-banknya punya sumber dana yang amat murah dan berjangka panjangPenabung di Jepang hanya mendapat bunga 0,5% setahun.

Sebagai negara yang maju berkat dibantu AS (setelah kalah perang dunia dulu), semestinya Jepang kini harus membantu ASJepang punya kemampuan untuk ituCadangan devisanya nyaris USD 1 triliun! (USD 950 miliar)Dana pensiunnya, lebih gila lagi: USD 1,5 triliunKekayaan sejumlah orang berduit di sana mencapai USD 15 triliunDana deposito di bank mencapai USD 8 triliun

Para ahli menyebutkan, dengan kemampuan itu Jepang bisa banyak berbuatToh, Jepang tidak mau melakukannyaJepang harus memikirkan keselamatan negaranya duluPadahal, Jepang adalah kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia setelah ASPadahal, Jepang tidak akan bisa seperti sekarang kalau dulu tidak dibantu ASUndang-undang dasar Jepang saja yang membuatkan McArthur! Toh, dalam keadaan krisis seperti ini keselamatan diri sendiri dulu yang diutamakan.

Maka, jangan harap kalau Indonesia nanti terkena krisis, ada negara lain yang mau membantuKini, semua negara menyelamatkan diri masing-masingTidak akan ada balas jasa sekalipunKarena itu, mumpung krisis yang berat belum mengenai kita, Indonesia harus memupuk terus kemampuan keuangannyaRencana menurunkan harga BBM benar-benar harus dihitung dulu kapan saatnya yang paling tepat

Sebenarnya krisis yang terjadi di AS menjadi lebih gawat, antara lain, juga karena hilangnya rasa percaya diriRasa konfiden itu mudah hilang kalau kita tidak punya cukup uangKian besar dana yang dimiliki negara, kian besar konfiden ituPenyelenggara negara saat ini tidak boleh kehilangan konfiden hanya karena tekanan politik.

Sebenarnya bukan tidak ada keinginan Jepang untuk membantu ASSeorang tokoh politik di sana, Kotaro Tamura, bahkan sampai jengkel karena inisiatifnya untuk membantu AS tidak mendapat sambutan di dalam negeriTamura, seorang invesment banking yang kini menjadi anggota DPR dan mengetuai satu faksi dalam partai pemerintah, berpendapat, mestinya Jepang bisa menggunakan uang cash-nya yang begitu banyak untuk ikut menyembuhkan ekonomi dunia

"Ini sebenarnya kesempatan besar bagi Jepang," kata Tamura seperti dikutip media seluruh dunia"Sekarang ini, di AS, semuanya murahSeharusnya kita menggunakan dana kita untuk membeli semua itu," katanyaDengan cara itu, kata Tamura, Jepang bisa memberikan sinyal yang baik bagi pulihnya ekonomi duniaApalagi, bantuan itu toh bukan pinjaman yang berisikoBantuan itu berupa kesediaan membeli aset-aset yang lagi dijual di AS

Beberapa perusahaan Jepang memang sudah membeli aset tersebutMitsubishi membeli sebagian saham Morgan Stanley sebesar USD 9 miliar, membeli Union BanCal di San Fransisco sebesar USD 3,5 miliar, dan membeli Aberdeen Asset Management sebesar USD 190 jutaTapi, itu dianggap belum ada artinya.

Kalau Jepang bisa membeli sebanyak mungkin aset murah di AS, kata Tamura, dalam 10 tahun mendatang Jepang akan menikmati hasilnya: hasil ekonomi dan hasil politikToh seruan Tamura itu tidak ada yang menggubrisTamura yang baru 45 tahun dan yang dikenal suka berpakaian elegan (jarang politisi Jepang yang berani memakai pakaian yang mahal seperti dia) menjadi sangat ketus

Bahkan, proposalnya agar Jepang membuat perusahaan negara seperti Temasek di Singapura juga ditolakPadahal, selama ini dana-dana di Jepang itu hanya menghasilkan bunga yang sangat rendah: 0,5% setahun! Kalau dana itu diakumulasikan ke dalam satu usaha seperti Temasek, hasilnya bisa sampai 18% setahun.

Jepang memang bangsa yang paling hati-hati terhadap sesuatu yang berisikoTingkatnya bukan lagi sekadar hati-hati, melainkan sudah "benci pada risiko""Bahkan, risiko baik sekali pun," ujar TamuraMana ada orang yang memilih dapat bunga 0,5% daripada 18%"Orang Jepang itu tidak tahu apa artinya laba," kata Tamura.

Tapi, itulah memang JepangMereka menilai bunga 0,5% tapi aman lebih baik daripada "bunga 18%" tapi ada risikonyaKita memang kagum dengan langkah seperti Temasek, tapi kini kita juga perlu bertanya berapa kerugian Temasek akibat krisis ini

Demikian juga investasi Tiongkok di Blackstone yang mencapai USD 250 miliar dua tahun lalu, kira-kira juga sudah hilang setidaknya separonyaIni berarti ada uang Rp 1.200 triliun yang tiba-tiba lenyapUang yang hilang sekejap itu sudah sama dengan seluruh APBN Indonesia!

Bagaimana dengan sikap Tiongkok? Kita belum pernah mendengar inisiatif Tiongkok untuk menggunakan cadangan devisa terbesarnya di dunia itu untuk ikut menyelamatkan AmerikaTiongkok pasti ingin menyelamatkan dirinya sendiri duluRakyatnya begitu banyakPabriknya yang harus tutup jumlahnya bukan hanya ribuanTiongkok pasti akan menggunakan cadangan devisa, pertama-tama untuk dirinya sendiri.

Apalagi Tiongkok pasti tahu bahwa meski terkena krisis, Amerika masihlah negara kayaSaya sering menyebutkan dengan krisis ini status Amerika hanya turun dari "negara yang kaya raya" menjadi "negara yang kaya sekali"Kapitalisasi pasar modalnya masih lebih besar dibanding Jepang, Korea, Jerman, Tiongkok, Prancis, Inggris, dan Australia dijadikan satu! Kekuatan ekonomi Tiongkok yang sudah kita puji-puji itu baru sebesar ekonomi satu negara bagian California.

Ibarat layang-layang, perusahaan-perusahaan di Indonesia kini masih dalam status terbangBaru satu-dua yang oleng kehilangan anginTapi, semua pemilik perusahaan kini harus terus dalam posisi memegang benang sambil mata tetap terus mengawasi layang-layang masing-masingBegitu kehilangan angin harus tahu apa yang harus dilakukan: tarik benangnyaLengah sedikit, layang-layang itu bisa langsung nyungsep ke tanahMata tidak boleh berkedipJangan sampai, misalnya, ditinggal ke toilet sekalipunBanyak yang mungkin menganggap ini berlebihanTapi, siapa yang beranggapan demikian, layang-layangnyalah yang akan nyungsep lebih dulu(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Benar-Benar Senin yang Melegakan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler