SBY Dianggap Abaikan Penanganan Krisis Pangan

Selasa, 16 Agustus 2011 – 14:52 WIB

JAKARTA - Pidato Kenegaraan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka Hari Ulang Tahun RI yang ke 66 dihadapan anggota MPR/DPR/DPD menuai kritik dari anggota DPR RI Komisi IV Syaifullah TamlihaMenurut dia, dari pidato SBY terlihat bahwa pemerintah tidak memprioritaskan penanganan krisis pangan yang mengancam Indonesia.

"Kita menyayangkan Pidato Kenegaraan Presiden SBY yang tidak secara spesifik menyampaikan dua masalah yang sangat sensitif dan sangat dihajatkan oleh rakyat, yaitu krisis pangan dan krisis energi," kata Syaifullah kepada JPNN di Jakarta, Selasa siang (16/8).

Syaifullah menambahkan, rakyat sangat berharap mendengar solusi yang ditawarkan SBY dan pemerintah untuk mengatasi masalah terutama krisis pangan yang makin mengancam sejak maraknya alih fungsi lahan pertanian dan perubahan iklim tersebut

BACA JUGA: Batasi Ekspor Barang Tambang



"Padahal kita sangat berharap SBY bisa menjelaskan solusi terbaik pada masalah tersebut secara jelas
Bahkan istilah ketahanan pangan ditulis dan dibaca SBY sebagai keamanan pangan, ini yang kami sayangkan sepertinya masalah pangan tidak menjadi prioritas.Terkesan Presiden hanya menjawab isu-isu TKI dan Perompak Somalia," imbuhnya.

Wakil Sekjen Partai Persatuan Pembangunan ini menerangkan, krisis pangan tidak boleh dianggap sepele oleh pemerintah

BACA JUGA: Ekspor Barang Tambang Bakal Dibatasi

Pasalnya, permintaan pangan akibat kenaikan konsumsi yang disebabkan pertambahan penduduk dan naiknya konsumsi pangan ternyata tidak diimbangi dengan produktivitas tanaman pangan.

Selain dinilai tidak memprioritaskan masalah krisis krisis pangan, pemerintah juga dinilai politisi kelahiran Kalimantan Selatan ini salah mengambil kebijakan terutama terkait impor beras


"Pemerintah melalui Bulog lebih memilih mengimpor beras dari Vietnam dan negara lainnya daripada membeli gabah dan beras petani

BACA JUGA: Suswono Jamin Harga Daging Sapi Tidak Naik

Ini pertanda bahwa Presiden  SBY kurang tanggap terhadap krisis dan cenderung tidak mengiginkan petani menjadi sejahteraPadahal petani sekarang secara konstan pendapatannya terus menurun dan diprediksi akan terus terjadi hingga tahun 2020," cetusnya(tas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribut Soal Garam, Fadel-Mari Diminta Duduk Bersama


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler