jpnn.com - JAKARTA - Rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerbitkan buku yang menceritakan pengalamannya selama menjabat sebagai presiden selama 9 tahun, dinilai tidak lebih penting daripada mengurusi rakyat miskin.
Politikus perempuan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Eva Kusuma Sundari mengatakan rencana Presiden SBY menerbitkan buku itu merupakan haknya secara pribadi. Namun, Eva mengingatkan agar Presiden mendahulukan kepentingan rakyatnya.
BACA JUGA: Temuan Kerugian Rp56,98 Triliun Dilaporkan ke Presiden
"Itu haknya beliau, tetapi sepatutnya mendahulukan kepentingan publik daripada kepentingan pribadi, apalagi isinya sekadar curhat," kata Eva Kusuma Sundari saat dimintai tanggapan soal rencana Presiden menerbitkan buku, Senin (11/11).
Saran tersebut disampaikan Eva mengacu kebiasaan pemimpin-pemimpin dunia, seperti Bill Clinton, Tony Blair, hingga Nelson Mandela, yang menulis biografi masing-masing setelah turun dari kekuasaan.
BACA JUGA: UU Parpol Digugat ke MK
Karena itu, Eva juga berharap agar Presiden SBY sebaiknya memanfaatkan sisa kekuasannya yang tinggal setahun terakhir untuk menambah prestasi. "Tahun terakhir untuk menggenjot prestasi."
Ditanya apakah ada motif politik SBY di balik penulisan buku tersebut, Eva tidak mau berasumsi. Dia hanya berharap Presiden profesional.
BACA JUGA: Polisi Curiga Istri Piyu Disembunyikan
"Gak usah dikait-kaitkan ke hal yang lain, ini soal profesionalitas Pak SBY sebagai pemimpin nasional untuk mendahulukan kepentingan publik daripada pribadi," pungkasnya.
Diketahui, melalui buku terbarunya itu, Presiden SBY mengaku ingin berbagi pengalaman mengikuti dua kali Pemilu, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden, yaitu Pemilu 2004 dan Pemilu 2009.
“Anggaplah buku ini hak jawab saya terhadap gunjingan, kritik, cemooh bahkan fitnah yang saya alami selama memimpin lebih dari 9 tahun ini,” tulisnya.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Bersiap Jemput Paksa Adiguna Sutowo
Redaktur : Tim Redaksi