BACA JUGA: Mubarok: Boediono Bukan Neo-Liberalis
Maka bila SBY memilih cawapres dari salah satu partai tersebut, besar kemungkinan partai yang lain tidak menerima."Jadi, SBY sendiri juga sudah berpikir matang sebelum menjatuhkan pilihan, termasuk minta masukan dari sejumlah kyai," ujar Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, di Jakarta, Rabu (13/5).
Di luar persoalan substansial itu, karakter Boediono juga dinilai SBY sangat lembut, tidak seperti Jusuf Kalla yang sering mendahului SBY dalam pengambilan keputusan
Dijelaskan Mubarok, nama-nama lain yang sempat dipertimbangkan SBY antara lain adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Assidiqie, serta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
BACA JUGA: Sesepuh Pendukung SBY Perlu Rapat
Mubarok pun lantas memaparkan soal filosofi sikap itu, yang katanya di balik sikap lembut tetap punya kekuatan yang dahsyatBACA JUGA: SBY Tak Mau Ada Matahari Kembar
"Itu air lho!" katanya.Namun saat ditanya apakah Boediono nantinya mampu mengatasi para politisi di DPR karena tidak berbasis partai, Mubarok mengatakan itu bukan tugas BoedionoTugas menghadapi para politisi di DPR itu katanya, menjadi urusan pimpinan partai yang menyatakan berkoalisi dengan pemerintahan SBY, jika nanti kembali menjadi presiden.
Namun demikian, Mubarok mengakui adanya kemungkinan masih adanya alasan-alasan lain mengapa SBY memilih Boediono"Ya, tentu ada alasan subyektif Pak SBYUntuk yang satu ini, hanya Pak SBY sendiri yang tahu," katanya.
Kata Mubarok pula, SBY sudah sering melakukan shalat istikharah sebelum menentukan pilihannyaDalam hal ini, agaknya kalimat Mubarok itu merupakan tanggapan atas statement mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid yang minta SBY shalat istikharah dulu agar bisa menentukan cawapresnya secara tepat(sam/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata PKS Tetap Merapat ke Demokrat
Redaktur : Tim Redaksi