Schapelle Corby menyampaikan kekhawatiran dan ketakutannya mengenai meningkatnya perhatian media menjelang pelaksanaan deportasi dirinya ke Australia pekan depan.
Schapelle saat ini tinggal di sebuah vila di Bali bersama saudaranya Michael yang sekarang mengenakan masker setiap kali meninggalkan rumah.
BACA JUGA: Perampokan Toko Perhiasan di Melbourne Meningkat 6 Bulan Terakhir
Salah satu pejabat LP, Surung Pasaribu, mengatakan bahwa petugas LP yang mengurusi pembebasan bersyarat akan memantau keamanan di sekitar kediaman Corby di kawasan Kuta sampai dia dikembalikan ke Australia pada 27 Mei mendatang.
Surung bertemu Schapelle di vila tersebut tadi malam setelah kakaknya Mercedes memberitahu bahwa adiknya itu kurang sehat.
BACA JUGA: Anak Bos Pajak Australia Ditangkap Terkait Penipuan Rp 1,6 Triliun
"Kakak Corby mengatakan kepada kami bahwa Corby takut keluar rumah," kata Surung kepada ABC News.
"Dia stres, semakin parah," tambahnya.
BACA JUGA: Pasangan Gay di Aceh Dijatuhi Hukuman Cambuk 85 Kali
Surung mengatakan "tugas kami untuk memantaunya" dan Corby "sangat takut bertemu dengan orang", menurut saudara perempuannya.
Menurur Surung, Corby sedang berbaring dengan wajah tersembunyi di balik sarung saat dia datang ke vila tersebut.
"Dia membukanya untuk menunjukkan wajahnya dan kemudian menutupinya kembali. Dia bilang, 'Saya sangat takut'," kata Surung.
"Hanya itu yang dia sampaikan ke saya. 'Saya takut bertemu banyak orang termasuk orang-orang media'," tambahnya mengutip pembicaraannya dengan Schapelle.
"Dia sampaikan ke saya bahwa kamera dipasang di luar rumahnya untuk mengawasinya. Hal itu membuatnya takut," jelasnya. Mercedes Corby saat tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai menjelang proses ekstradisi saudaranya Schapelle Corby.
AAP: Putra Sinulingga Keamanan Corby dipantau
Mercedes Corby juga berada di Bali untuk membawa pulang adiknya. Schapelle Corby dideportasi tepat 12 tahun setelah dia dijatuhi hukuman karena terbukti membawa lebih dari empat kilogram ganja ke Bali.
Mercedes mengatakan kepada Surung bahwa Schapelle sangat tertekan dengan perhatian para fotografer dan kameramen sehingga dia tinggal di kamarnya dan tidak mau keluar.
"Dia tidak tahu siapa yang mengejarnya atau siapa yang mencoba mewawancarainya," kata Surung.
"Kami mendengarkan keluhannya dan kantor kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memantau keamanan sampai akhir masa pembebasan bersyaratnya," tambahnya. Mercedes Corby meninggalkan kantor konsulat Australia di Denpasar, 18 Mei 2017.
AAP: Putra Sinulingga
Surung mengatakan bahwa dia memahami kekhawatiran Schapelle dan merupakan tugas pihak berwenang "untuk membuat dia merasa lebih santai".
Petugas pembebasan bersyarat akan menyerahkan Schapelle ke pihak imigrasi RI pada tanggal 27 Mei sehingga yang bersangkutan bisa dideportasi.
Mercedes telah menyampaikan permintaan apakah mungkin Schapelle dibawa langsung oleh petugas imigrasi ke bandara, bukan dijemput petugas pembebasan bersyarat dan dibawa ke kantor mereka terlebih dahulu.
"Kita lihat saja nanti. Saya tidak bisa menjamin semuanya," kata Surung.
"Kadang situasi lalu-lintas tidak bagus... kami akan mengikuti peraturan," jelasnya.
Diterbitkan Jumat 19 Mei 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari berita ABC News.
Lihat Artikelnya di Australia Plus
BACA ARTIKEL LAINNYA... Surat Kabar Khusus Anak-anak di Australia Kesulitan Dana