jpnn.com, TENGGARONG - Santri Dukung Ganjar (SDG) bekerja sama dengan Asosiasi Petani Milenial Kalimantan Timur mengadakan kegiatan pelatihan bercocok tanam hijau dengan metode hidroponik pada Jumat (19/5).
Pelatihan tersebut diadakan Pondok Pesantren An-Nur Al-Ikhlas Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Hadir sebagai narasumber Ketua Asosiasi Petani Milenial Ginanjar Ibnu Tamimi.
BACA JUGA: Sukarelawan Ganjar Tingkatkan Kualitas Santri Untuk jadi Pelaku Industri Kreatif
Kegiatan tersebut diadakan dalam rangka peningkatan keterampilan bertani dan mengasah kreativitas serta meningkatkan jiwa usaha santri melalui penerapan metode hidroponik.
Koordinator Wilayah (Korwil) SDG Kaltim Abdul Rahim mengutarakan harapannya agar bisa terus membina santri dari segi ilmu keagamaan dan dari segi ekonomi yaitu dengan melatih agar dapat mandiri dengan melakukan wirausaha berbasis pertanian.
BACA JUGA: Dinilai sebagai Sosok Capres Representasi Santri, Anies dapat Dukungan dari FormasNU
"Jadi, memang tujuannya adalah jangka panjang, untuk mendidik para santri menjadi entrepreneur setelah mereka lulus dari ponpes," ujar Rahim.
Rahim menyampaikan kegiatan tersebut dilandasi atas hasil aspirasinya bersama pondok pesantren di wilayah tersebut yang menurutnya masih minim kendala dalam berusaha.
BACA JUGA: Santri Nusantara dan Sahabat Ganjar Doakan Ganjar Pranowo untuk Indonesia 2024
Sehingga, SDG memberikan solusi dengan membawa narasumber dan fasilitas pendukung penerapan metode hidroponik dalam bercocok tanam.
"Santri Dukung Ganjar telah melakukan inventarisasi ke sejumlah ponpes di Kaltim dan kami pastinya mendengar aspirasi dari sejumlah ponpes terkait apa yang dibutuhkan," ungkap Rahim.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Petani Milenial Ginanjar mengapresiasi atas kegiatan pelatihan metode hidroponik yang diterapkan di Ponpes An-Nur Al Ikhlas.
Dia pun berharap hal itu bisa berkembang dan ditiru oleh ponpes lainnya di wilayah Tenggarong.
Ginanjar menyampaikan pengenalan media tanam, penyakit tanaman hidroponik, sampai ke pemasaran produk hasil budidaya tanaman hidroponik.
Para santri juga diajarkan cara membuat nutrisi siap pakai untuk tanaman, kemudian dilakukan pindah tanam bibit ke instalasi hidroponik.
"Tentunya awal dasar hidroponik adalah pembenihan dan pembibitan, cara melarutkan nutrisi dan budi daya yang baik dan benar yang kemudian diakhiri dengan panen. Selain itu juga kami memberikan motivasi cara pemasaran dan menjadi santripreneur melalui industri pertanian," ungkap Ginanjar.
Rencana ke depan pemasaran sayuran hidroponik di Pesantren An-Nur Al-Ikhlas dapat dimulai kepada masyarakat di lingkungan pesantren dan keberlanjutan pemasarannya dilakukan secara daring.
"Kami akan dampingi sampai dengan proses pemasarannya, karena kami juga tergabung di asosiasi-asosiasi petani. Jadi memang, antara petani hidroponik itu sudah terhubung, sehingga demand itu akan tetap terjaga," kata dia. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sukarelawan Ganjar Asah Kreativitas Santri Lewat Pelatihan Membuat Kaligrafi
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan