jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji menyebut banyak guru di Indonesia merupakan produk korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Indikatornya dilihat dari hasil uji kompetensi guru (UKG) yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Hasilnya sangat mencengangkan, di mana sebagian besar guru nilainya 56. Bahkan tidak sedikit pula yang nilainya nol.
"Bisa dibayangkan bagaimana guru yang nilainya nol ini masih dipaksakan untuk mengajar," ujar Indra di Jakarta, Selasa (20/2).
Fakta lainnya, guru-guru yang nilai UKG-nya nol dan 50-an itu berasal dari tenaga honorer.
Mereka diangkat lewat proses bypass alias produk politik. Calon kepala daerah memberikan janji-janji dan sebagai balasannya diangkat menjadi guru honorer kemudian di-PNS-kan.
"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan punya semua data asal guru PNS. Makanya saya tidak setuju bila pemerintah masih mem-PNS-kan guru honorer yang proses rekrutmennya nyata-nyata KKN," tegasnya.
Kalaupun mau diangkat, lanjut Indra, harus lewat tes. Jangan sampai guru honorer mendapatkan kursi CPNS dengan alasan sudah menua di sekolah.
"Sayang sekali UKG tidak lagi dilakukan. Padahal itu sangat baik untuk mengukur kualitas guru. Guru jangan hanya minta gaji tinggi tapi mengabaikan kualitas pendidikan," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA JUGA: Tahun Politik, Kepsek dan Guru jadi Target Utama
BACA ARTIKEL LAINNYA... PGRI Minta Syarat Usia Guru Honorer jadi CPNS 35-45 Tahun
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad