jpnn.com - Di Kalimantan Tengah khususnya Palangka Raya, Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar diucapkan.
Beragam budaya tumbuh bersama, di bawah naungan Falsafah Huma Betang.
BACA JUGA: Kesurupan, Hilang 3 Hari, Samsudin Ditemukan di Hutan
DENAR, Palangka Raya
SENI Kuda Lumping asal Jawa Tengah yang dipentaskan di Bumi Tambun Bungai, menjadi bukti masyarakat Kalteng menghargai budaya yang dibawa pendatang.
BACA JUGA: Mensos Serahkan 45 Rumah untuk Warga Dayak di Tabalong
Pertunjukan digagas pencinta kesenian dari Sanggar Krido Budoyo, melengkapi budaya warisan leluhur yang terus berkembang di tanah Dayak ini.
Menjadi pengobat rindu terhadap tanah kelahiran dan leluhur di seberang pulau, budaya Jawa akhirnya tumbuh di tanah Kalimantan.
BACA JUGA: Beri Klarifikasi, Tengku Zulkarnain Mengaku Cinta NKRI
Warga sekitar Jalan Tjilik Riwut Km 1 dan Jalan Rinjani Palangka Raya, menjadi saksi, ketika puluhan orang kesurupan saat pementasan atraksi Kuda Lumping dan Campur Sari di salah satu acara pernikahan warga, Sabtu (8/4).
Diungkapkan Mega, salah satu penonton, pementasan kesenian Kuda Lumping sangat menarik baginya.
Dia senang karena meski berbeda agama dan suku, bisa bersatu dengan keragaman budaya dan terus tumbuh bersama.
“Menarik, buat deg-degan nontonnya, apalagi ini kekayaan budaya Indonesia wajib kita jaga bersama. Soalnya dulu kan pernah diklaim milik negara tetangga,” celetuk pengunjung yang lain.
Kesurupan dalam Kuda Lumping tak ubahnya sekadar permainan. Meski pemainnya sempat tak sadar dan bisa memakan pecahan kaca maupun cabai mentah sangat banyak, sekejap mereka disadarkan pemain lainnya.
“Sebelum dimulai kita sudah memanggil roh-roh yang ada di sekitar, barang siapa yang tidak konsentrasi dan pikiran kosong pasti kerasukan dan nanti kita bisa sembuhkan,” ungkap Ketua Paguyuban Kuda Lumping Krido Budoyo, Purwanto kepada Kalteng Pos. (*/c3)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Imbauan Ketua Harian Dewan Adat Dayak Sekadau
Redaktur & Reporter : Soetomo