Sebentar Lagi Green Jobs akan Berkembang di Indonesia, Ini Penjelasannya

Selasa, 04 Januari 2022 – 21:27 WIB
Suasana lalu lintas di kawasan Sudirman, Jakarta. Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 26 persen pada tahun 2021 dan 29 persen pada tahun 2030. ANTARA/Dewa Wiguna

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah meluncurkan rencana baru untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di negaranya dengan menciptakan green jobs.

Green job adalah pekerjaan bergaji tinggi untuk memerangi perubahan iklim. Banyak negara dan institusi internasional merilis definisi tentang green jobs.

BACA JUGA: Jalan Bypass BIL - Mandalika Ditata Lebih Rapi dan Ramah Lingkungan

Meski kata-katanya mungkin berbeda, tetapi intinya tetap sama. Coaction Indonesia (organisasi yang mendorong terjadinya transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan) menyerap definisi yang dikeluarkan oleh International Labour Organization (ILO) pada 2007.

Mereka mendefinisikan green job sebagai pekerjaan yang layak dan berkontribusi terhadap kelestarian.

BACA JUGA: Dirjen Sigit: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Nasional 2021 Meningkat

Green jobs merupakan hasil dari praktik ekonomi hijau (green economy). Oleh karena itu pekerjaan tersebut juga harus inklusif secara sosial. 

Pekerjaannya bisa dari sektor tradisional, termasuk manufaktur dan konstruksi, dan bisa juga dari sektor baru, seperti energi terbarukan dan efisiensi energi.

BACA JUGA: Pabrik Logam di Tangerang Diduga Mencemari Lingkungan

Menurut peneliti Coaction Indonesia, Siti Koiromah, green jobs memiliki lima tujuan, yaitu melindungi dan memulihkan ekosistem, meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku, meminimalkan limbah dari proses produksi dan polusi yang dihasilkan.

Selain itu untuk membatasi emisi gas rumah kaca dan mendukung adaptasi terhadap perubahan iklim

Dari berbagai penelitian, green jobs ini akan booming tak hanya di Indonesia, melainkan juga di dunia. Apa saja alasannya?

1. Kesadaran masyarakat tentang isu perubahan iklim meningkat

Saat ini kesadaran masyarakat meningkat dalam hal menjaga lingkungan. Hal ini mendorong tumbuhnya usaha kecil yang juga berkontribusi terhadap lingkungan.

Contohnya, usaha yang memanfaatkan limbah, seperti mendaur ulang kemasan sabun menjadi tas atau memproduksi kertas daur ulang.

Koiromah menyoroti saat ini kian banyak perusahaan yang memiliki divisi sustainability.

Itu berarti perusahaan tersebut sudah memiliki pandangan ke depan untuk terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan.

Dengan adanya divisi sustainability, suatu perusahaan harus patuh terhadap berbagai regulasi yang terkait keberlanjutan, misalnya proses produksi ataupun bahan baku.

“Perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan juga mempunyai nilai plus. Mereka bisa meyakinkan konsumen bahwa operasional perusahaan mereka meminimalkan perusakan terhadap lingkungan. Limbah juga menjadi sangat minimal. Bisa jadi akan semakin banyak industri yang akan menerapkan prinsip sustainability seperti itu,” kata Koiromah.

Namun, dia mengamati, pekerja di industri daur ulang sering kali merupakan orang berpendidikan rendah, sehingga penghasilannya belum bisa dibilang layak padahal, kontribusinya terhadap lingkungan sangat besar.

Sementara, syarat green job adalah suatu pekerjaan harus layak secara ekonomi. Artinya, orang tersebut harus mendapatkan penghasilan yang baik agar dapat hidup sejahtera.

Misalnya, mendapat asuransi dan tidak bekerja melampaui jam normal. Dengan begitu, dia mendapatkan hak yang sesuai dengan kewajibannya. Inilah yang disebut green job dan terus didorong oleh Coaction Indonesia.


2. Menebar di banyak bidang

Banyak sekali pertanyaan yang mengemuka terkait profesi dan jenis pekerjaan yang termasuk dalam green job.

Seandainya bekerja di bidang yang umum, misalnya sebagai tenaga marketing, dan bekerja di organisasi yang berfokus di bidang konservasi, apakah pekerjaan kita tergolong green job?

Koiromah menjelaskan, selama tenaga marketing itu berusaha memasarkan produk yang memiliki jasa terhadap kelestarian lingkungan, misalnya solar panel, maka pekerjaan itu termasuk kategori green job. 

Bisa juga ketika seseorang pada praktiknya menerapkan efisiensi bahan baku, maka pekerjaannya juga termasuk green job.

Dia juga menegaskan, selama memenuhi salah satu tujuan dari green job yang sudah ditetapkan ILO, berarti suatu sektor atau pekerjaan termasuk dalam kategori green job.

3. Terdorong oleh green economy

Kajian dari World Economy Forum: Future of Jobs pada tahun 2016 mengungkap bahwa sektor energi dan berbagai industri di seluruh dunia mulai beralih ke green economy.

Hal ini terjadi karena ada isu tentang perubahan iklim dan kekhawatiran dunia akan ketersediaan sumber daya alam.

Menurut Koiromah, green economy berarti aktivitas ekonomi yang tidak mengabaikan lingkungan. Artinya, sebuah perusahaan tidak melakukan praktik ekstraksi yang berlebihan dan selalu mempertimbangkan dampak aktivitasnya terhadap lingkungan dan juga berkontribusi padapertumbuhan ekonomi yang signifikan.

“Implikasinya, tingkat kesejahteraan dalam perusahaan maupun secara macro akan meningkat. Selain itu, ekonomi hijau juga membuka kesempatan seluruh kalangan termasuk kaum marjinal," tuturnya.


4. Terciptanya jenis pekerjaan baru

Coaction Indonesia mencoba menghitung kebutuhan tenaga kerja langsung di energi terbarukan berdasarkan kapasitas terpasang dalam target RUEN (Rencana Umum Energi Nasional).

Koiromah menguraikan pada 2030 akan dibutuhkan lebih dari 430.000 tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses pembangunan pembangkit untuk menghasilkan energi listrik dengan energi terbarukan.

Antara lain, tenaga kerja untuk feasibility study,mendesain pembangkit, teknisi, petugas operation & maintenance, dan pekerja yang membangun.

Dari pembangunan itu, tumbuh juga pekerjaan yang tidak langsung maupun yang terinduksi, seperti sales engineer, analis, legal dan konsultan.

“Di sektor energi, green job akan semakin booming. Jumlah tenaga kerja yang berkaitan dengan fosil akan menurun. Sebab, banyak perusahaan akan beralih ke energi terbarukan. Maka, pada 2050 nanti, diperkirakan akan ada lebih dari 1 juta green job yang tercipta dari sektor energi. Dan, itu merupakan pekerjaan langsung. Belum lagi pekerjaan tidak langsung dan pekerjaan terinduksi yang tergenerate,” kata Koiromah.

Dia menjelaskan nantinya ada pekerjaan yang benar-benar hilang, karena industrinya akan lenyap. Contohnya, para tenaga kerja di industri plastik jika sudah benar-benar dilarang.

Di samping itu, ketika nanti batubara tak boleh lagi digunakan, pekerjaan yang terkait penambangan itu juga akan hilang.


5. Semua generasi bergerak

Sejumlah riset mengungkap bahwa generasi milenial punya ketertarikan khusus terhadap lingkungan hidup karena itu, mereka menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan.

Namun, Koiromah melihat, yang terlibat dalam green job tidak hanya generasi milenial.

Jajaran direktur perusahaan pembangkit listrik, misalnya, bisa jadi punya ketertarikan terhadap lingkungan atau ketertarikan itu didorong oleh regulasi, misalnya tentang penggunaan energi terbarukan. Secara usia, generasi mereka berada di atas generasi milenial.

Menurut Koiromah, banyak peluang untuk masuk ke green job tanpa melihat generasinya. Hal yang perlu dilakukan kemudian adalah menambah kapasitas diri. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler