Seberapa Besar Bahaya BPA Bagi Kehidupan? Pakar Beri Penjelasan

Jumat, 12 Agustus 2022 – 08:46 WIB
Ilustrasi kemasan plastik. Foto: dokumentasi IPF

jpnn.com, JAKARTA - Edukasi tentang sebeapa bahaya bisphenol A (BPA) pada galon guna ulang atau kemasan plastik kepada masyarakat dinilai masih kurang.

Hal itu terungkap dalam acara bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berjudul 'Sarasehan Upaya Perlindungan Kesehatan pada Masyarakat' di Jakrta, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Tak Mengandung BPA, Plastik PET juga Punya Keunggulan Lainnya

Para pakar berkompeten dari Perguruan Tinggi ternama di Indonesia dan lembaga penelitian terakreditisi buka suara perihal tersebut.

Mereka ialah Prof Dr Andri Cahyo Kumoro, Guru Besar Fakultas Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Diah Ayu Puspandari dari Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (Pusat KPMAK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM.

BACA JUGA: Anggota DPR Soroti Rencana Pelabelan BPA pada AMDK Galon, Simak

Selain itu, ada Prof Junaidi Khotib, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga serta pakar dari universitas Indonesia dan IPB.

Para pakar sepakat, BPA dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti kanker, kesehatan otak, autisme, kelenjar prostat, juga dapat memicu perubahan perilaku pada anak.

BACA JUGA: Plastik Berbahan BPA atau PET, Mana Lebih Berbahaya untuk Kesehatan?

Diah Ayu Puspandari mengaku sempat melakukan penelitian terkait dampak dari kandungan BPA dalam AMDK. 

Menurut dia paparan BPA berkontribusi 4,5 kali lebih besar memicu infertilitas dan data data lain terkait kejadian infertilitas di Indonesia.

Sementara itu, Prof Juanidi Khotib mengatakan dari kajian yang dilakukan terjadi pelepasan atau migrasi partikel BPA ke makanan atau minuman yang bersinggungan langsung dengan kemasan primer, sehingga partikel BPA dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman tersebut.

"Konsentrasi BPA dalam darah dan urine sangat erat dengan berbagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan endokrin, yaitu gangguan pada hormonal sistem, perkembangan saraf dan mental anak-anak," papar Junaidi Khotib.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait yang hadir dalam sarasehan itu mengatakan bahwa tak ada dampak yang ringan dari BPA.

Dalam pemaparannya, Arist mengungkapkan senyawa BPA sudah tidak digunakan lagi di luar negeri karena terbukti berbahaya bagi kesehatan.

"Menurut US Food dan Drug Administration, BPA memicu masalah kesehatan di otak," ujar Arist Merdeka.

Dia pun merasa materi diskusi di acara saresahan tersebut perlu disampaikan kepada masyarakat agar menjadi tahu seberapa besar bahaya BPA bagi kesehatan.

BPA merupakan salah satu bahan penyusun plastik PC kemasan air minum dalam galon yang pada kondisi tertentu dapat bermigrasi dari kemasan ke dalam air yang dikemas.

Sebagai pemerhati anak, Arist mengaku akan lebih keras berjuang agar pemerintah atau masyarakat tahu tentang bahaya BPA. 

Salah satunya mendukung upaya BPOM melakukan Perubahan Kedua atas Perka No 31 Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan.

"Berdasarkan pemaparan para pakar lain BPA dapat mengontaminasi air susu ibu bahkan saat bayi masih jadi embrio," jelas Arist. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler