jpnn.com - Belakangan ini lomba burung kicau sedang marak di Jambi. Kondisi ini dimanfaatkan para penghobi burung kicau untuk meraup pendapatan. Salah satunya, dengan cara membuat penangkaran Murai Batu.
DONI SAPUTRA - Jambi
BACA JUGA: Halimah Yacob Setiap Ramadan Selalu Santuni Ratusan Orang
Selasa (19/9) siang, Jambi Ekspres (Jawa Pos Group) menyambangi penangkaran milik Om Jonni yang berada di Paal Merah Lama, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi. Lokasinya tepat berada dekat Rumah Sakit Siloam.
Sekitar 20 meter dari penangkaran itu, kicauan merdu Murai Batu sudah terdengar. Tak lama, terlihat seorang pria berkaus dan celana pendek membuka pintu besi. Dia adalah Aris (23) warga Kebun Jambu, Kota Jambi.
BACA JUGA: Perpusnas Megah, Jarak Tembak ke Arah Istana pun Diukur
Kesehariannya ia mengurus penangkaran murai milik Om Jonni bersama dengan Adi (30). Saat itu, Om Jonni sedang tidak berada di tempat.
Tidak lama, pria yang sudah mengurus burung kicau sejak SMP itu mengajak untuk melihat penangkaran yang berada di tanah seluas 8 tumbuk tersebut.
BACA JUGA: Jualan Sabu Demi Kuliah Anak di Kedokteran, Sedih, Menangis
Menggunakan batako, dibuat kandang tangkaran dengan lebar sekitar 1 meter. Total sekitar 40 tempat.
Di dalamnya berisi pejantan dan betina. Ada tempat makan, mandi dan bersarang yang dirancang khusus.
"Semuanya kalau Murai ini ada 40 pasang, Mas," ujar Aris sembari menunjukkan murai jantan yang tengah berkicau.
Kata dia, dari 40 pasang itu bisa menghasilkan 15-20 anakan Murai Batu per bulan. Per ekornya dijual Rp3 juta hingga Rp 4 juta. Dipasarkan di Jambi, Palembang, Jakarta, Pekanbaru, Padang, Jogja.
"Kalau yang anak tunggal itu harganya bisa Rp 4 juta," jelasnya.
Menurutnya, dirinya bertugas menjodohkan burung, merawat harian hingga mengambil anakan yang sudah menetas. Waktu pengeraman oleh indukan murai sampai 15 hari.
Kemudian diambil untuk dipisahkan setelah umurnya mencapai 7 hari. Ditaruh di ruangan khusus untuk anakan. Setelah bisa makan dan sekitar umur 1 bulan baru bisa dijual.
"Pakannya masih kroto dan jangkrik. Kalau pakan indukannya juga sama. Intinya itu kebersihan kandang," jelasnya.
Kata Dia, khusus di penangkaran Hose-BF pejantannya rata-rata merupakan juara di lomba. Murai ini berasal dari Bungo, Padang, dan Batangasai. Tentunya ini untuk mencetak trah juara.
"Ada yang beli dari Jogja. Itu baru mabung satu kali sudah menjadi juara 2 lomba. Itu anakan dari sini," bebernya.
Selain penangkaran, Hose - BF juga memiliki beberapa burung untuk dilombakan. Bahkan dibawa sampai ke Jogja dan Jakarta.
"Pernah Juara 1 Soeharto," sebutnya, sembari memperlihatkan seratusan tropi yang terpampang rapi di pendopo penangkaran itu.
Selain Murai Bati juga ada penangkaran Love Bird. Total ada 30 pasang. Ada yang dikoloni dan dipisah.
"Love bird ini sebulan 20-30 anakan. Dijual Rp500 hingga Rp800 ribu," sebutnya.
Saat ditanya perawatan Murai Batu dengan Love Bird, Aris mengaku lebih sulit merawat Murai Batu. "Yang susah itu Murai," tandasnya. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bisnis Pejantan Tangguh, Tarif Cukup Rp 60 Ribu
Redaktur & Reporter : Soetomo