Sebulan, Satu Pelajar Tewas Akibat Tawuran

Minggu, 30 November 2014 – 07:33 WIB
Sejumlah siswa SMA yang terlibat tawuran di Jakarta. Foto: Haritsah Almudatsir/Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA - Soal kekerasan, dunia pelajar di Jakarta sungguh masuk situasi darurat. Tidak perlu banyak analisis. Data menunjukkan hal itu. Sepanjang 1 Januari–15 November 2014 tercatat 769 tawuran pelajar.

Bila dirata-rata, setiap hari terjadi dua tawuran. Juga, menelan 13 nyawa. Dunia pelajar tidak se-innocent yang dikira. Dunia pelajar, bagi remaja cowok, bisa jadi merupakan hal yang mencemaskan.

BACA JUGA: Ahok Minta Harga Tiket Masuk Ancol Dikaji Ulang

Jauh dari pengetahuan orang tua, psikolog, atau aparat, dunia pelajar mempunyai hukum besi sendiri. Memang ada kegiatan remaja yang terang, fun, ceria, dan positif. Sebut saja kompetisi cheerleader, olahraga, atau cerdas cermat.

Namun, dunia pelajar juga mempunyai sisi gelap. Terutama bila sejumlah siswa bengal bergabung untuk membentuk sebuah komunitas di sekolah. Lalu, mereka bersaing ala mafia dengan komunitas lain di sekolah berbeda.

BACA JUGA: PDIP Ancam Cabut Dukungan ke Ahok

Atas nama solidaritas-mencari identitas, mereka kerap melakukan tawuran. Bukan aksi yang bisa ditoleransi lagi. Sebab, tawuran itu sangat berbahaya dan telah menghilangkan banyak nyawa.

Simak saja sejumlah barang bukti dan razia yang digelar sekolah dan kepolisian. Selain ”peralatan organik” reguler seperti sabuk gir, mandau, celurit, pedang pendek, ada senjata yang mengerikan. Di antaranya, gergaji es sepanjang 1 meter, mirip deretan gigi rahang atas T-rex yang dilepas dan dipakai sebagai senjata.

BACA JUGA: Tjahjo Ingatkan Ahok soal Asal Usul

Bagaimana sisi gelap dunia pelajar Jakarta bisa dilihat dari pengakuan seorang berpangkat cukup tinggi di geng pejalar KJ35 yang sebut saja bernama Franky. Remaja 16 tahun itu termasuk seseorang yang baru merangkak di kelompoknya.

Ketika masuk ke sebuah SMK swasta di kawasan Jakarta Barat, Franky mengatakan tidak punya bayangan macam-macam. Tetapi, cerita berubah ketika dia bertemu dengan Ando, kakak kelas satu tahun yang dikenal sebagai ”penguasa” sekolah tersebut. Ando juga pentolan geng pelajar KJ35.

Sekadar diketahui, sekolah menjadi cukup rumit bagi remaja cowok dengan kehadiran geng pelajar itu. Jika tidak mau bergabung, siswa bisa di-bully dan tidak dianggap cowok. Sesuatu yang bagi orang tua dan pengamat terlihat sepele. Namun, itu justru the whole world bagi remaja yang bersangkutan. Mereka yang bernyali kecil biasanya menjadi bulan-bulanan, kadang di-bully atau dipalakin. Sesuatu yang memalukan bagi kredibilitas remaja cowok.

Karena itu, ketika Ando mengajak bergabung, Franky tidak punya pilihan lain kecuali mengiyakan. Ternyata geng pelajar memiliki serangkaian aturan perekrutan. Tes pertama adalah daya tahan. Tetapi, itu tidak sesederhana namanya. Calon anggota harus tahan digebuki para panglimanya.

”Badan saya ngilu semua selama seminggu,” kata Franky.

Setelah itu, dia diajari macam-macam, mulai membuat senjata hingga taktik tawuran. Puncak hierarki geng pelajar tersebut adalah panglima. Merekalah yang menjadi pewaris dendam yang turun-temurun.

Seorang panglima biasanya sangat brutal supaya mendapat hormat dari para alumnus. Sebagai penguasa de facto, panglima mempunyai sejumlah hak. Salah satunya, memilih pendamping. Tugasnya dalam tawuran adalah memimpin, menyerang, atau mundur.

Di Geng KJ35 ada tiga panglima. Namun, Ando punya tingkat kenekatan lebih. Karena itu, dia mendapat julukan sangar, yakni Sang Naga, dari panglima lain dan anak buah. Khusus para panglima, mereka akan mewarisi dendam abadi dari para alumnus. Sebab, pada tahun kemarin SMK 35 KJ kalah.

Kekalahan tersebut juga harus dibayar mahal. Wahyu Kurniadi (19), seorang panglima mereka, tewas akibat tebasan anggota geng SMK 53 KML.

Setiap panglima membawahkan 30–50 anak untuk tawuran. Dia berhak mengangkat pendamping yang dijabat Franky. Tugasnya mengoordinasi massa dan mencari peralatan bersama siswa lain.

”Setelah masuk geng itu, saya mengenal serunya tawuran di Jakarta. Saya juga menjabat posisi pendamping yang udah termasuk tinggi, udah disegani banget di sekolah,” lanjut Franky.

Bak film Crows Zero yang sering ditontonnya, tawuran sering diadakan di Jalan Kyai Tapa, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, depan Roxy Square. Franky kerap berada di garis depan penyerangan bersama Ando. Meski begitu, kadang tangannya gemetar bila musuh membawa jenis senjata tajam yang lebih panjang ketimbang miliknya.

”Saya biasanya membawa gir sama celurit,” ujarnya.

Bagi Franky, momen paling menyenangkan dan adrenalin terpacu adalah melihat musuh kesakitan atau berdarah akibat terkena sabetan girnya. Belum lagi bila musuh bisa dipukul mundur. Dia juga menjelaskan cara memenangkan pertarungan. Yakni, membuat musuh takut lebih dahulu (psywar).

”Makanya, kami harus bawa barang-barang yang ngeri. Misalnya, senjata tajam atau gergaji es, biasanya dibikin sama anak-anak di tukang las. Tujuannya, bikin musuh keder duluan, baru kami bisa nyerang dia,” jelas dia.

Hingga kini sekolahnya termasuk yang disegani di wilayah Taman Sari dan sekitarnya. Biasanya tawuran dilakukan di akhir pekan dan di tempat-tempat yang disepakati. Atau, mereka sekadar berjalan-jalan ke daerah musuh. Namun, sejak ada Twitter dan Facebook, mereka tawur secara dadakan. Geng KJ35 juga memiliki musuh abadi. Yaitu, geng dari SMK 53 KML danSTM BT yang sering mereka hadapi.

Menurut data polisi, setidaknya ada hampir seratus geng pelajar di Jakarta yang eksis. Seluruhnya terlibat dalam situasi yang absurd. Yakni, saling bertarung dan terkadang berkoalisi.

Serangan dan strategi yang dipakai pun semakin brutal. Yang terbaru, para pelajar tidak lagi menyerang hanya memakai senjata tajam atau tongkat. Mereka bahkan menyiram wajah musuh pakai air keras. Ada lima kasus seperti itu yang membuat korbannya cacat seumur hidup.

Pemprov DKI maupun aparat kepolisian tidak tinggal diam. Sejumlah langkah dilakukan. Dua pekan lalu Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memerintahkan pembubaran 15 geng pelajar di Jakarta.

’’Selain itu, bila terbukti menjadi otak geng pelajar, siswa tidak boleh bersekolah di Jakarta lagi. Tidak hanya dikeluarkan, dia akan di-blacklist,’’ tegas Ahok.

’’Masih banyak anak baik-baik yang ingin mendapatkan akses pendidikan di Jakarta secara benar,’’ tambahnya.

Polisi juga kerap menggelar razia di titik-titik yang kerap dijadikan para pelajar untuk berkumpul.

’’Kami sudah menahan beberapa. Kalau terindikasi pidana dan sulit dibina, tentu kami akan memprosesnya,’’ kata Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombespol Rikwanto.

Namun, upaya tersebut tampaknya gagal. Aparat sepertinya tidak bisa memahami akar permasalahannya. Buktinya, angka tawuran pelajar justru meningkat jika dibandingkan dengan tahun lalu. Data polisi menyebutkan, tahun sebelumnya hanya terjadi 635 tawuran. Tapi, hingga November 2014, terjadi 769 tawuran.

Tengok saja penuturan Franky ketika ditanya soal pembubaran geng oleh Ahok.
’’Hahaha, ini gaya hidup, Bang. Sebagai pendatang baru, siapa pun harus membuktikan dirinya,’’ ucapnya, kemudian tertawa. ’’Lagian yang dibubarkan itu geng yang ada di Jakarta Selatan. Jakarta Barat mah aman,’’ tambah dia.

Kalau tindakan polisi bagaimana? Lagi-lagi Franky tertawa sebelum menjawabnya.
"Polisi itu dari dulu musuh. Kami kucing-kucingan sejak dulu. Jadi, apa bedanya dengan sekarang,’’ tegasnya.

Hanya, Franky mengatakan bahwa saat ini dunia tawuran agak mendingin. Namun, dia yakin suasana dingin itu tidak berlangsung lama. Sebab, bulan lalu ada anak SMK BT yang kepalanya tertancap celurit.

"Jadi, anak-anak BT pasti balas dendam," kata dia serius.

Tampaknya, masalah pembuktian eksistensi diri, ditambah dendam tidak penting yang turun-menurun, masih akan membuat sisi dunia pelajar Jakarta semakin gelap. Sampai berapa nyawa lagi harus hilang hingga semuanya sadar bahwa tawuran-tawuran tersebut tidak ada gunanya. (all/agu/co1/ano)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bursa Cawagub Memanas, Dukung Boy Dampingi Ahok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler