jpnn.com - JAKARTA - Dosen Pascasarjana Ilmu Politik dari Universitas Indonesia, Mohammad Nasih mengatakan masih sulit akal sehat menerima pernyataan kedua calon presiden dalam hal mengatasi kebocoran anggaran negara.
Pasalnya kata Nasih, di masing-masing kubu koalisi ada partai politik yang kadernya sama-sama terjerembab kasus korupsi.
BACA JUGA: Soal Transkrip Mega dan Basrief, SBY Diminta Turun Tangan
"Pada koalisi Partai Gerindra, ada Golkar. Sedangkan pasangan capres Jokowi-JK diusung oleh koalisi PDIP. Baik Golkar maupun PDIP, kadernya relatif banyak melakukan tindak pidana korupsi," kata Mohammad Nasih, di gedung DPD, Senayan Jakarta, Rabu (18/6).
Dijelaskan Nasih, terkait dengan 'prestasi' korupsi kader Golkar dan PDIP semenjak reformasi bergulir, biarlah itu menjadi catatan publik dan penegak hukum yang menyelesaikannya.
BACA JUGA: Bakal Genjot Infrastruktur agar Harga Barang Murah
"Publik hendaknya konsen dengan penggunaan akal sehatnya untuk mengukur berbagai pernyataan para capres yang berkomitmen memberantas kebocoran anggaran negara," tegasnya.
Terkait pernyataan capres Prabowo Subianto yang membeberkan kebocoran anggaran negara sampai 1.000 triliun rupiah, Nasih menilai masih masuk akal. "Kalau saya menilai, pernyataan Prabowo itu masuk akal jika investigasinya dilakukan secara faktual di lapangan. Kalau ditelusuri melalui jalur formal pasti tidak ditemukan sebab pembocoran anggaran tersebut sudah sistematis," ujarnya.
BACA JUGA: Feminis Muslim Dukung Penutupan Dolly
Tapi lanjutnya, pernyataan Prabowo tersebut blunder karena menyasar pemerintahan sekarang. "Secara substansinya sangat bagus karena sudah ada kesadaran kebocoran dan berjanji mencegah kebocoran tersebut," kata Nasih.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukung Jokowi, Musdah Mulia tak Kejar Jabatan Menteri
Redaktur : Tim Redaksi