Sehatkan Anak-Anak Indonesia dengan Imunisasi

Sabtu, 23 Juli 2016 – 15:13 WIB
Ilustrasi. Kemenkes for jpnn.com

jpnn.com - JAKARTA – Masa awal kehidupan bayi sangat rentan terkena penyakit berbahaya. Karenanya, si kecil seharusnya dilindungi dengan pemberian imunisasi. Apalagi manfaat imunisasi akan bermanfaat jangka panjang bagi kehidupannya.  

Penyakit yang rawan mengincar bayi antara lain penyakit saluran pernapasan akut, polio, kerusakan hati, tetanus, campak dan banyak penyakit berbahaya yang memiliki risiko kematian yang tinggi. 

BACA JUGA: Rohadi Diduga Bermain di Banyak Perkara

Tetapi, semua itu dapat dihindari jika bayi diberikan imunisasi secara tepat. 

Imunisasi  merupakan salah satu cara paling efektif untuk melindungi anak dari penyakit dengan risiko kematian. Jika tidak sampai meninggal dunia,  serangan virus dan penyakit tersebut akan menyebabkan derita fisik dan mental berkepanjangan dan bahkan menimbulkan kecacatan.  

BACA JUGA: Menko PMK: Peduli Anak-Anak Bisa Jadi Resep Awet Muda

Meski saat ini tengah marak kasus vaksin palsu, namun Kemenkes mengimbau bagi para orang tua untuk tidak panik.  

Sebab, Satuan Tugas Penanggulangan Vaksin Palsu telah bekerja, diantaranya dengan melakukan pendataan, membuka posko pengaduan dan memberikan imunisasi wajib ulangan.  

BACA JUGA: Dirotasi ke Lampung, Krishna Murti: Beda Tempat, Beda Bumi

Sebagai orang tua boleh bersikap kritis dan bertanya pada dokter atau bidan yang memberikan imunisasi tentang kualitas vaksin yang diberikan. Namun imunisasi tetap perlu dilanjutkan sesuai jadwal. 

Hal terpenting, jangan tunda pemberian imunisasi untuk anak karena jika anak tidak mendapat imunisasi malah lebih berbahaya. 

Saat mengantar anak imunisasi, mintalah penjelasan dari dokter atau tenaga kesehatan yang akan melakukan tindakan imunisasi dalam hal jenis vaksin, kandungan, manfaat dan kemungkinan terjadinya kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) 

Pada dasarnya, imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. 

Imunisasi yang pertama kali diberikan dalam 24 jam pertama setelah lahir yaitu imunisasi hepatitis B. Pada usia 1 bulan: imunisasi BCG dan polio tetes (yang pertama). Pada usia 2, 3 dan 4 bulan tiap bulan bayi menerima imunisasi pentavalen (berisi DPT, Hepatitis B dan HiB) dan polio. 

Imunisasi pentavalen merupakan vaksin yang telah terbukti mampu menimbulkan antibodi yang protektif terhadap semua antigen yaitu difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B dan Haemophilus influenza tipe b serta mempunyai keamanan yang dapat diterima (acceptable) oleh anak Indonesia. Pada usia 4 bulan selain diberikan imunisasi pentavalen dan polio tetes, bayi juga diberikan polio injeksi. Pada saat bayi 9 bulan diberikan imunisasi campak. Pada usia 18 bulan harus diulang pemberian pentavalen, dan saat usia 24 bulan anak perlu diulang pemberian campak. 

Jangan lupa, usia pemberian selanjutnya adalah saat anak kelas 1 SD, yaitu pemberian campak dan DT, kelas 2 dan 3 diberikan imunisasi Td.

Vaksin yang diberikan di puskesmas dan rumah sakit pemerintah dipastikan asli. Karena diperoleh dari produsen resmi, yaitu Bio Farma, yang merupakan satu-satunya perusahaan pembuat vaksin di Indonesia dan sudah mengekspor vaksinnya ke lebih dari 130 negara di dunia. 

Menyikapi maraknya vaksin palsu, pemerintah pun tidak tinggal diam. Pemerintah turun langsung ke puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah untuk melakukan pemantauan terhadap penanganan vaksin palsu tersebut. 

Hal itu terlihat dari kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek yang meninjau langsung pelaksanaan vaksin ulang bagi anak yang telah terverifikasi pernah mendapatkan vaksin palsu. 

Presiden, Menkes dan didampingi Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Maura Linda Sitanggang selaku Ketua Satuan Tugas Penanggulangan Vaksin Palsu, menyasar ke Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, sebagai lokasi pelaksanaan imunisasi ulang tahap pertama. 

Pada kesempatan itu, Presiden menjelaskan, kedatangannya ke Puskesmas Ciracas untuk memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan penjelasan yang baik. 

"Saya perintahkan agar masyarakat tetap tenang dan perlu kehati-hatian dalam menangani masalah ini," kata Jokowi.

"Senin 18 Juli secara serentak kita membuka posko vaksin ulang di empat lokasi, yakni di Puskesmas dan RSU Ciracas, RS Harapan Bunda dan RS Sayang Ibu," ujar Nila, di Puskesmas Ciracas, Jakarta Timur.

Di tempat yang sama, Ummi, salah satu orang tua yang anak laki-lakinya tervalidasi vaksin palsu, mengaku sakit hati dengan pembuat vaksin palsu. Namun dengan adanya kegiatan vaksin ulang membuatnya lega. Ummi menyaksikan sendiri anaknya yang berusia 6,5 bulan divaksin ulang oleh tenaga medis.

"Ya merasa tenang ya kalau sudah vaksin ulang. Yang kemarin bikin resah sudah dua kali vaksin ternyata palsu," ujar warga Ciracas tersebut. 

Lebih kurang 36 anak eks pasien Bidan E yang terindikasi mendapatkan vaksin palsu diminta kehadirannya untuk divaksinasi ulang di Puskesmas Ciracas atau RSU Kecamatan Ciracas. Sedangkan untuk kasus lainnya, di RS Harapan Bunda Jakarta Timur, terverifikasi 20 anak dan RSIA Sayang Bunda Bekasi 20 anak. 

Dengan diawali dengan pemeriksaan kesehatan oleh dokter spesialis anak, pelaksanaan imunisasi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang yang telah ditunjuk oleh Pemerintah didampingi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (adv)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Satgas Tinombala Terus Tekan MIT untuk Cegah Pengganti Santoso Muncul


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler