Sejahterakan Petani, Moeldoko Usung Politik Tanah dan Air

Jumat, 28 Oktober 2016 – 23:43 WIB
Moeldoko. Foto: Radar Jogja

jpnn.com - PURWOKERTO – Mantan Panglima TNI Moeldoko benar-benar sosok yang multitalenta. Selain piawai saat berada di lingkungan militer, Moeldoko juga punya wawasan luas di bidang lain.

Salah satunya adalah pertanian yang selama ini memang menjadi salah satu fokus pria kelahiran Kediri, Jawa Timur itu. Yang terbaru, Moeldoko akan berbagi pengetahuan saat bicara tentang pertanian di Universitas  Jenderal Soedirman,  Sabtu (29/10).

BACA JUGA: PLN Tak Layak Jadi Leader Holding BUMN

Moeldoko bakal berbicara dengan alur yang sangat enak. Peraih Bintang Adhimakayasa 1981 itu memulainya dengan mengutip lagu Kolam Susu milik Koes Plus. Salah satu lirik penting adalah: tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Lirik itu mengandung pesan bahwa Indonesia memiliki tanah yang sangat subur sehingga layak ditanami berbagai tanaman.

BACA JUGA: Amway Flagship Store Medan Resmi Dibuka

Setelah itu, Moeldoko mulai membahas tentang politik tanah dan air. Politik itu berarti menghidupkan.

Moeldoko juga menyinggung tentang politik tanah dan air era Majapahit pada abad 14 dan 15 Masehi.

BACA JUGA: Asyik, Batik Air Buka Rute Jakarta-Papua

“Politik saat itu sanggup menarik kedatangan para pedagang dari berbagai wilayah. Di antaranya Kamboja, Tiongkok dan Siam,” kata Moeldoko.

Moeldoko juga membahas tentang politik tanah air di era peradaban baru. Itu adalah politik yang mengubah batu dan kayu jadi tanaman dan yang mengubah tanaman menjadi wahana pembangun peradaban.

Dia juga membeberkan tentang politik jaminan kebutuhan dasar. “Politik ini percaya bahwa tugas utama para pemimpin adalah memastikan sejumlah kebutuhan dasar untuk bertunas dan berkembang,” ujar Moeldoko.

Melalui M Foundation, Moeldoko juga menunjukkan langkah nyata memperbaiki nasib petani Indonesia. Salah satunya dengan menciptakan solusi untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.

Di antaranya dengan pengembangan varietas baru dan pesta petani muda (Pestani) 2010-2011. Program itu melibatkan lebih dari dua ribu petani muda dengan usia maksimal 30 tahun.

Selain itu juga ada peningkatan kualitas petani. Moeldoko juga menyinggung politik paling inovatif.

“Politik ini tahu bahwa jika sejumlah kepastian yang mendasar bisa diadakan, rakyat akan berkembang memekarkan aneka daya cipta melalui beragam inovasi,” katanya.

Data Global Food Security Index 2016 menunjukkan, Indonesia berada di posisi 71 dari 113 negara. Impor bahan pangan Indonesia pada 2016 di antaranya adalah beras, jagung, gandum dan kedelai.

Karena itu, bagi Moeldoko, inovasi mutlak dilakukan. Pada 2015, Indonesia berada di urutan ke-97 GII dari 141 negara. Pada 2016, Indonesia di urutan ke-88 dan 128 negara. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tingkatkan Kemudahan Usaha, Pemerintah Harus Berantas Pungli


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler