jpnn.com - Ilhan Omar mencatat sejarah baru pada 2016. Saat itu dia terpilih sebagai legislator di Negara Bagian Minnesota. Di menjadi muslimah keturunan Somalia pertama yang jadi anggota dewan. Kini dia ingin menciptakan sejarah baru lagi dengan lingkup yang lebih luas.
Lewat pemilu sela Amerika Serikat (AS) yang berlangsung dini hari tadi WIB, Omar mengincar satu kursi di House of Representatives. Mewakili Distrik 5 Minnesota yang mencakup Kota Minneapolis, perempuan 37 tahun itu bersaing dengan kandidat Partai Republik Jennifer Zielinski. Jika menang, Omar akan menjadi perempuan Somalia-Amerika pertama yang duduk di Kongres.
BACA JUGA: Demokrat Diprediksi Berjaya di Pemilu Sela
''Peluang (menang)nya besar. Demokrat selalu menang di sini sejak 1960-an,'' ungkap salah seorang warga Minneapolis kepada ABC News Senin (5/11). Omar menjadi perhatian publik bukan hanya karena warna kulitnya atau penutup kepalanya, melainkan juga karena kisah hidupnya.
Omar kecil lahir di Somalia dan harus melarikan diri dari negara tersebut karena perang. Dalam pelariannya menuju AS, dia sempat tinggal di kamp pengungsi di Kenya selama empat tahun. Dia adalah contoh nyata bahwa pengungsi dan imigran bukanlah ancaman.
BACA JUGA: Jokowi Ambil Start Terdepan untuk Dekati Pemilih Muda
''Saya adalah mantan pengungsi yang tumbuh dalam perang. Saya paham betul trauma seperti apa yang muncul pada masa-masa itu,'' terang Omar.
Dalam kampanye terakhirnya, ibu tiga anak tersebut meminta masyarakat Minnesota mendukungnya. Keberhasilannya masuk Kongres akan mengubah citra AS yang homogen sebagaimana diharapkan Presiden Donald Trump.
BACA JUGA: Ada Ratusan Ribu Pemilih Pemula di Kota Bekasi
Pemilu sela kemarin (6/11) menjadi ujian berat bagi Trump. Melalui pemilihan anggota legislatif pusat tersebut, popularitasnya diuji. Karena itu, meskipun namanya tidak ada dalam balot, tokoh 72 tahun tersebut mati-matian menggalang dukungan. Dia tidak mau, dominasi Republik di Kongres tergusur.
''Semua yang telah tercapai dipertaruhkan besok (hari ini, Red),'' ujar Trump dalam kampanye terakhir di Fort Wayne, Negara Bagian Indiana, Senin malam (5/11).
''Hasil pemilu sela bergantung pada alasan yang mendorong pemilih menggunakan hak mereka. Apakah itu rasa benci atau rasa cinta kepada Trump,'' ujar Allan J. Lichtman, sejarawan AS dari American University, sebagaimana dilansir The Guardian kemarin (6/11).
Selama ini angka partisipasi pemilih dalam pemilu sela AS selalu rendah. Tapi, tidak demikian kali ini. Para pelajar AS yang sudah punya hak pilih memastikan diri untuk menyampaikan aspirasi mereka lewat kertas suara. Bahkan, mereka sudah janjian untuk meninggalkan sekolah tepat pukul 10.00 waktu setempat.
Para pelajar yang rata-rata adalah pemilih pemula itu berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS). Future Coalition menjamin, para pemilih pemula AS tidak akan golput alias melewatkan hak pilih mereka.
''Esok (hari ini, Red) kami buktikan bahwa para pemuda bisa membawa perubahan,'' tulis Future Coalition pada akun Twitter-nya sebagaimana dikutip Al Jazeera. (sha/c22/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPD Ajak Pemilih Pemula Kenali Rekam Jejak Calon
Redaktur & Reporter : Adil