Sejarawan: Museum Harusnya Layak Jadi Lokasi Swafoto dan Instagramable

Sabtu, 12 Oktober 2019 – 17:21 WIB
Museum Surabaya Siola. Foto: JPG

jpnn.com, JAKARTA - Sejarawan JJ Rizal mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya minat milenial mengunjungi museum. Padahal, melalui museum, banyak khazanah keilmuan dan wawasan sejarah yang bisa dipelajari.

"Kalau mau tahu apa itu prestasi, pergilah ke museum. Sebab di museum disimpan artefak atau benda-benda yang merupakan puncak-puncak pencapaian peradaban dari masa lalu," kata JJ Rizal, Sabtu (12/10).

BACA JUGA: IAM MBtech di Museum Angkut Malang: Cari Inspirasi Sembari Rekreasi

Berbagai peninggalan tersebut merupakan warisan luhur agar dijadikan pelajaran bagi tatanan bangsa. Sehingga memiliki pedoman dan rujukan dalam perjalanan hidup ke depan. 

"Sejarah bercerita melalui aneka artefak itu sehingga kita bisa belajar, menarik inspirasi sekaligus menimbang apa yang kita sudah cukup berprestasi dan apa juga telah menjadi generasi yang lebih baik dari generasi lalu," tuturnya. 

BACA JUGA: Berkunjung ke Museum Tumbuhkan Rasa Cinta Anak pada Bangsa

Rizal menilai, respons milenial terhadap keberadaan museum cukup bagus tetapi tetap perlu didorong. Hal ini salah satunya karena banyak museum yang kondisinya tidak bagus. Terutama terkait bagaimana membangun narasi dari artefaknya.

"Orientasinya masih jumlah pengunjung bukan nilai yang didengungkan," ujarnya. 

BACA JUGA: Kementan Resmikan Museum Pertanian Perdana di Indonesia

Dia menambahkan, setiap museum harusnya jadi lokasi yang layak swafoto atau instagramable. Sebab memiliki material dari bangunan sampai koleksi bernilai sejarah yang bagus. 

"Tetapi, soalnya apa museum bukan hanya urusan gambar terutama sekali cerita. Dari sana ada nilai makna," kata pria asli Betawi itu.

Ketua Asosiasi Museum Indonesia Kawasan Taman Mini Indonesia Indah (AMIDA TMII), Sigit Gunarjo mengatakan, sejak diresmikan 1975, TMII telah memiliki 20 museum dan bertambah satu dengan kehadiran Museum Batik Indonesia.

"Dalam rentang 1975-1996, pembangunan 16 museum di kawal langsung oleh pendirinya Ibu Tien Soeharto," ujarnya.

Dia menjelaskan, dalam membuat perencanaan pembangunan museum-museum di TMII, Ibu Tien membentuk tim khusus yang melakukan studi banding dengan museum di negara Eropa dan Amerika. Mereka mengkaji pengelolaan museum, arsitektur, tata pamer, sarana dan prasarana serta program edukasi museum.

“Seiring dengan perkembangan zaman, peran Ibu Tien Soeharto dalam dunia permuseuman membuka cakrawala baru dengan menghadirkan bangunan baru di kawasan TMII,” katanya.

Perubahan itu sangat terlihat pada arsitektur Museum Komodo, Museum Olahraga, Bayt Al Qur’an dan Museum Istiqlal, Museum Listrik dan Energi Baru, Museum Minyak dan Gas Bumi Graha Widya Patra, PPIPTEK dan lainnya.

“Konsep museum yang dipikirkan Ibu Tien merupakan sumbangan terbesar dalam sejarah perkembangan museum modern di Indonesia. Kemajuan konsep museum-museum di TMII, saat itu tidak kalah dengan museum di luar negeri,” ujarnya.

Setiap 12 Oktober diperingati sebagai Hari Museum Nasional Indonesia. Indonesia sebenarnya mempunyai banyak museum. Sayangnya, museum di Indonesia dinilai belum maksimal dalam menarik minat masyarakat, termasuk generasi milenial. Tidak seperti museum di luar negeri. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler