jpnn.com, REMBANG - Salah seorang warga Desa Megal, Kecamatan Pamotan, Rembang, Jawa Tengah, Muyin dinyatakan sembuh dari COVID-19.
Dia bahagia bisa kembali berinteraksi dengan warga. Seperti apa ceritanya? Berikut tulisan dari awak Radar Kudus Vachri Rinaldy Lutfipambudi soal Muyin.
BACA JUGA: Kata Seorang Pasien COVID-19, Virus Corona Tak Hanya Tentang Kematian
Selasa (31/3) malam lalu, di rumah Muyin ada penyambutan kecil untuk empunya kediaman yang pulang dari Rumah Sakit Wongsonegoro, Semarang.
Muyin, raut wajahnya tampak segar. Seperti habis mandi.
BACA JUGA: Kabar Baik, Ada Obat yang Diyakini Manjur untuk Pasien Corona
Pria 29 tahun itu bercerita tentang pengalamannya. Dia Didampingi kepala desa dan sekretaris Desa Megal.
Sebelum divonis terkena corona, Muyin berangkat ke Bali sekitar Januari. Dia mencari rezeki sebagai pekerja proyek di sana.
BACA JUGA: MUI Sebut Halangi Pemakaman Jenazah Corona Hukumnya Dosa Dua Kali
Selama di Pulau Dewata, ia tinggal di rumah kontrakan. Bersama teman-teman lainnya. Hingga beberapa waktu lalu, ada kawannya yang sakit. Entah sakit apa ia juga tak mengetahui. Muyin ikut mengantar ke dokter setempat.
Setelah mengantar temannya itu, Muyin pulang ke Rembang. kerinduan sekitar tiga bulan kepada sanak famili dan kampung halaman sudah memuncak.
Pria berambut pendek itu pun memutuskan pulang. ”Perjalanan dari Bali. Sabtu (11/3) malam mengantar teman ke dokter. Langsung berobat. Langsung pulang Minggu pagi,” katanya.
Dari Bali, Muyin pulang naik bus. Sampai rumah Senin pagi. Dia mengeluhkan dada sesak. Panas dingin. Kemudian diatasi dengan obat-obatan yang biasa dijual di warung. Namun tak mempan.
”Terus Senin sore dibawa ke klinik. Diperiksa dikasih rujukan ke rumah sakit Rembang,” kenangnya.
Setelah diperiksa, dan menunggu beberapa saat, diminta untuk dibawa ke rumah sakit Semarang. Dari hasil pemeriksaan rumah sakit di Semarang, disampaikan bahwa dia dinyatakan positif Covid-19. ”Sempat stres,” ungkapnya.
Sejak menjalani perawatan, Muyin mengaku lebih sering berselawat. ”Baru masuk rumah sakit. Dirawat itu baca salawat terus,” ujarnya.
Muyin mengaku dirawat di kamar yang berisi empat orang, diberi sekat tirai.
”Temennya (sekamar) cewek-cewek tiga,” tuturnya.
”Ciyee..,” seru sekretaris desa dan kepala Desa Megal menggoda Muyin yang sedang bercerita. Muyin tersipu.
”Yang satu (teman di rumah sakit-red) dari Semarang. Pernah juga ke Bali dan Jogja. Bilangnya badannya tidak enak. Langsung ke rumah sakit Semarang,” lanjut Muyin.
Ketika di ruang isolasi itu, kata Muyin, perawat secara rutin memberikan pelayanan. Dan diperbolehkan jalan-jalan di ruangan. Serta bermain ponsel.
Setiap pagi, pihak pemerintah Desa Megal juga kerap video call. Memantau keadaan dan memberikan dukungan.
Malamnya, gantian para famili yang menghubungi. ”Kalau mbak-mbaknya (teman sekamar-Red) bicara, baru saya bicara, hehe,” kenang Muyin.
Sekitar 12 hari berlalu. Muyin dan ketiga wanita yang menjalani isolasi di kamar itu pun dinyatakan sembuh.
”Saudara-saudaraku semua, semoga selalu dikasih kesehatan oleh Allah. Semoga tidak ada penyakit yang menempel lagi. Semoga sembuh total, semangat,” ungkap Muyin. (ks/zen/top/jpr)
Redaktur & Reporter : Adek