Sekarang Sudah Critical Moment, Banyak Manajer RS Juga Kena Covid-19 

Sabtu, 12 September 2020 – 23:59 WIB
Petugas medis menangani pasien saat simulasi penanganan pasien virus corona di RSUD Dokter Slamet Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (5/2/2020). Foto: ANTARA/Teuku Dedi Iskandar

jpnn.com, JAKARTA - Pengurus Pusat Perhimpunan Manajer Pelayanan Kesehatan Indonesia (PERMAPKIN) Hermawan Saputra menyatakan bahwa banyak sekali manajemen rumah sakit (RS) yang terkena Covid-19.

"Berbicara manajemen terutama di rumah sakit itu banyak sekali kasus-kasus terkonfirmasi di pelayanan kesehatan," kata Hermawan dalam sebuah diskusi daring yang digelar sebuah stasiun radio di Jakarta, Sabtu (12/9).

BACA JUGA: IDI Akui Tidak Semua Dokter Korban Covid-19 Tangani Langsung Pasien Corona

Hermawan menambahkan, ada RS yang setengah dari jumlah manajernya terkontaminasi Covid-19. Menurutnya, hal itu tentu berimbas pada pengelolaan rumah sakit.

"Kalau 50 persen manajer kena, siapa yang akan mengoperasionalisasikan rumah sakit? Siapa yang akan melakukan tata kelola rumah sakit?" ujarnya.

BACA JUGA: Menteri Airlangga Pengin Ekonomi Naik saat Covid-19 Tak Terkendali, Faisal Basri: Itu Mimpi

Hanya saja, Hermawan merasa tidak perlu menyebutkan satu per satu nama RS tersebut. Namun, ujar dia, banyak manajer di RS mentereng di Indonesia yang terkena Covid-19.

Menurutnya, hal itu berkaitan dengan kelelahan pada tata kelola dan manajemen fasilitas kesehatan. "Inilah menyebabkan pertimbangan untuk melakukan pengereman darurat itu bukan semata-mata dari angka epidemiologi," ujarnya. 

BACA JUGA: Orang Terkaya di Indonesia Surati Pak Jokowi, Isinya Tolak Rencana Anies Terapkan PSBB Lagi

Lebih lanjut Hermawan mengatakan, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia yang sudah mencapai angka 210 ribu merupakan critical moment. Menurutnya, tingginya kasus Covid-19 itu menempatkan fasilitas dan para tenaga kesehatan pada posisi riskan.

"Bayangkan, kalau kasus kita menembus angka 500 ribu atau satu juta yang positif pada tahun ini," jelasnya.

Oleh karena itu mumpung masih ada ruang untuk bernapas, tutur Hermawan, harus ada kebijakan yang betul-betul mampu melandaikan angka pertambahan kasus baru Covid-19.

Langkah itu juga harus dibarengi dengan pembenahan segi layanan, kualitas SDM yang sudah kelelahan, serta primary prevention pada tata kelola manajemen di lapangan.

"Dan ini yang paling penting, kami sudah sering menyampaikan upaya untuk community based inisiatif, tetapi di lapangan ini betul-betul belum menjadi sebuah paradigma," katanya.

Oleh karena itu Hermawan menegaskan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) harus diterapkan. "Paling tidak untuk wilayah Jabodetabek," tegasnya.

Memang Hermawan tak menafikan soal pentingnya aspek ekonomi. Namun, faktor kelelahan tenaga kesehatan juga harus diperhatikan.

"Kami memaklumi itu (aspek ekonomi, red), tetapi bayangkan kalau tenaga kesehatan yang menjadi tumpuan, pada praktisi pemberi layanan  sudah kelelahan maka jangan sampai negara kita juga ambyar," kata dia.(boy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Covid-19   Corona   PSBB   PERMAPKIN  

Terpopuler