jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara mengedepankan konsep Indonesia sentris.
Menurut Hasto, hal itu sebagaimana cita-cita Presiden Pertama Indonesia Republik Soekarno alias Bung Karno yang pengin menempatkan Kalimantan sebagai pusat pemerintahan.
BACA JUGA: Mendagri Tito Minta Pemda di Sekitar IKN Nusantara Tangkap Peluang Menarik Investor
"Konsepsi ibu kota negara baru ini merupakan penjabaran dari Indonesia sentris dan secara historis apa yang dilakukan oleh Bung Karno pada tahun 1960 sudah menempatkan Kalimantan itu sebagai koridor strategis guna menatap masa depan dunia yang berada di Pasifik," katanya.
Hasto mengungkap ini saat webinar “Sharing Session tentang IKN Baru Indonesia” Jumat (18/2).
BACA JUGA: Teras Narang Tegaskan Kepala Otorita IKN Bukan Sekadar Berani Menjalankan Proyek Infrastruktur
Hadir narasumber Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Arsitek dari Jepang Kengo Kuma, Arsitek Sofian Sibarani, Arsitek Yori Antar, Arsitek Popo Danek, Ketua Badan Sayembara Arsitek Indonesia Andi Harapan, dan moderator diskusi Richard Susilo.
Mahasiswa Doktoral Universitas Pertahanan ini menjelaskan Kalimantan sebagai IKN sudah sebagai konsekuensi geopolitik Indonesia.
BACA JUGA: Pemindahan IKN Memilki Dasar Hukum Kuat, Mendagri Tito Minta Semua Pihak OptimistisÂ
"Mengingat di depan Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur itu terbentang suatu kawasan perdagangan strategis dari Selat Lombok hingga ke Selat Makassar," ungkap Hasto.
Oleh karena itu, pembangunan IKN cermin geopolitik dari Soekarno yang mencerminkan suatu kepemimpinan Indonesia yang bebas dari penjajahan. "Kemudian semangat dunia baru yang demokratis yang mengedepankan eksistensi damai," ungkap Hasto.
Dia berharap desain IKN baru harus mencerminkan keseimbangan.
Bukan hanya modern saja, tetapi harus sesuai kultur dan budaya Indonesia.
"Mementingkan suatu keseimbangan bagaimana alam raya di Kalimantan Indonesia dan dunia dengan berbagai filosofi, seperti di Bali dikenal konsepsi Tri Hita Karana. Karena itulah tata ruang dan arsitektur harus mencerminkan kepemimpinan Indonesia, kultur Indonesia, dan halaman Indonesia,” katanya.
“Suatu spirit modern city, smarty city, tapi harus didasari oleh nature kita, culture kita. Itu suatu hal yang penting dan menjadi roh desain arsitektur," tambah Hasto.
Oleh karena itu, Hasto menambahkan, IKN Nusantara melambangkan jembatan antara histori Indonesia. "Ini pada dasarnya merupakan suatu jembatan histori antara masa lalu Indonesia dan kemudian mimpi Indonesia membangun peradaban dunia. Inilah yang kami harapkan sebagai suatu core value dalam membangun tata kota dan arsitek dari ibu kota baru," kata Hasto.
Dalam kesempatan itu, Hasto memberikan apresiasi ke narasumber Yori Antar yang telah mengangkat kembali konsepsi arsitektur berdasarkan budaya dan kondisi geografis Indonesia.
Menurut Hasto, Bung Karno sejak awal menegaskan pentingnya Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan, membangun jalan berdiri di atas kaki sendiri.
“Apa yang disampaikan Pak Yori menggambarkan kebangkitan spirit itu. Spirit untuk mengangkat arsitektur Indonesia yang jika digali muatan filosofisnya juga luar biasa," ucap Hasto.
"Pak Yori telah menggali keseluruhan khasanah arsitektur Indonesia untuk ditampilkan dalam kesadaran iklim dua musim dan pemahaman terhadap ruang publik serta sistem sosial gotong royong," tambah Hasto.
Basuki Hadimuljono mengajak semua pihak bergotong-royong membangun IKN.
"Ini menjadi center pembangunan, pemerataaan pembangunan Indonesia. Mudah-mudahan bisa menjadi kenyataan," kata dia.
Kengo Kuma mengungkapkan IKN di Kalimantan diharapkan menjadi contoh atau model bagi ibu kota terutama di Asia.
"Kalau perlu, bahkan satu-satunya setelah corona selesai menjadi satu-satunya ibu kota yang berdiri setelah corona dan menjadi model yang sangat baik, contoh bagi dunia, yang mana sebagai ibu kota negara yang sangat asri, menciptakan hal yang positif yang ada," kata Kuma. (boy/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Boy