jpnn.com - jpnn.com - Usaha komunitas petani kota yang belajar di Sekolah Tani Urban Maxi Farm menanam cabai mulai membuahkan hasil manis.
Mereka memulai panen raya cabai merah di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (10/2).
BACA JUGA: Harga Cabai Keriting Turun Signifikan
Hal itu tentu menjadi angin segar ketika harga cabai di pasaran sedang sangat pedas.
Panen raya itu juga seolah menjadi kabar baik ketika pasar disebut-sebut digempur cabai impor dari Tiongkok.
BACA JUGA: Harga Mahal, Tiga Pemuda Dibekuk Lantaran Curi Cabai
Kabar cabai impor itu sempat membuat petani kecewa karena sedang pontang-panting menghadapi berbagai masalah.
Di antaranya adalah cuaca buruk serta produki yang merosot karena virus dan jamur.
BACA JUGA: Masih Mahal, Kapan Harga Cabai Stabil?
"Kami sengaja menanam cabe rawit di Jakarta dalam tekanan cuaca yang sangat ekstrem dan musim wabah penyakit akibat serangan birus gemini dan berbagai jamur. Kami ingin mengajarkan kepada masyarakat bahwa dengan teknologi dan pola tanam yang baik, bertani cabai masih sangat menguntungkan di saat cuaca kurang baik,” kata Amal Alghozali, pemimpin Gerakan Ekonomi Kerakyatan Maksiplus yang menaungi Sekolah Tani Urban Maxi Farm.
Amal memastikan, cabai yang dihasilkan Sekolah Tani Urban Maxi Farm memiliki harga lebih murah dibandingkan di pasar.
Sebagaimana diketahui, harga cabai di pasaran sempat menembus Rp 170 ribu per kilogram.
"Harga cabai rawit merah memang hari ini aneh. Kami di kebun mampu menjual dengan harga Rp 100 ribu per kilogram,” tambah Amal.
Menurut Amal, harga cabai yang gila-gilaan sebenarnya kasus berulang.
Artinya, pemerintah seharusnya memiliki kebijakan untuk mengantisipasi gejolak itu.
"Masalahnya pemerintah mau apa tidak bekerja lebih serius lagi. Gejolak harga cabai tahun ini aneh, tidak seperti tahun tahun sebelumnya,” kata Amal.
Menurut Amal, pemerintah harus menjalankan fungsinya sebagai regulator untuk menjamin harga cabai berada di angka keekonomian.
"Karena pemerintah sebagai regulator tidak ambil langkah, maka semua dikendalikan oleh pedagang dan penguasa pasar induk. Ini hukum pasar yang sangat sadis. Rantai distribusi cabai terlau panjang. Dari petani ke meja makan konsumen, antara 6-7 titik. Ini tidak adil untuk petani, terlalu mahal untuk masyarakat konsumen,” jelasnya.
Sebagai catatan, Sekolah Tani Urban Maxi Farm memiliki lahan pertanian cabai seluas 26 hektare.
Itu merupakan satu-satunya lahan pertanian kota yang terbesar di Jakarta.
Sekitar 600 ribu pohon cabai rawit ditanam di lahan Sekolah Tani Urban Maxi Farm.
Kebun itu diperkirakan bisa menyediakan cabai hingga Juni 2017 mendatang. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kembangkan Pusat Bibit Cabai dan Sayuran di Kantor BPTP
Redaktur : Tim Redaksi