Abu Bakar Baasyir, yang dituduh menjadi dalang peristiwa ledakan bom Bali di tahun 2002 akan dibebaskan dari penjara hari Jumat mendatang (08/01), setelah selesai menjalani hukuman. Abu Bakar Baasyir dipenjara tahun 2012 karena mendukung pelatihan kelompok militan Dia akan dibebaskan setelah selesai menjalani hukumannya Presiden Jokowi pernah mempertimbangkan untuk membebaskan Baasyir di tahun 2019 menjelang pilpres
BACA JUGA: Informasi Penting untuk Pendukung Abu Bakar Baâasyir
Baasyir yang sekarang berusia 82 tahun kerap kali disebut sebagai pemimpin spiritual jaringan Jemaah Islamiyah (JI) yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda.
Baasyir dipenjara di tahun 2011 dalam hubungannya dengan pusat pelatihan militan di provinsi Aceh.
BACA JUGA: Abu Bakar Baasyir Bebas Setelah Belasan Tahun di Penjara, Ini Kasus yang Pernah Menjeratnya
Menurut keterangan dari juru bicara pemerintah Indonesia, Rika Aprianti, Baasyir akan dibebaskan "karena masa penahanannya sudah berakhir".
JI banyak dituduh terlibat dalam serangan mematikan di Indonesia, dengan beberapa anggotanya disebutkan pernah menjalani latihan di Afghanistan, Pakistan dan di Filipina Selatan.
BACA JUGA: Sakit, Abu Bakar Baasyir Sempat Dilarikan ke RSCM
Anggota JI juga dituduh berperan besar dalam bom Bali di tahun 2002 yang menwaskan lebih dari 200 orang, 83 orang diantaranya adalah warga Australia.
Mereka juga dituduh menjadi dalang dalam serangan Hotel JW Marriot di Jakarta pada tahun 2003 yang menewaskan 12 orang.
Bulan lalu, salah seorang anggota JI senior yang diperkirakan membuat bom untuk kedua serangan tersebut Zulkarnaen ditangkap di Lampung, bersama 23 orang lainnya yang dicurigai juga menjadi anggota kelompok militan. Photo: Dalam ledakan bom di Bali tahun 2002, dari 202 yang tewas 83 diantaranya adalah warga Australia. (ABC News: Phil Hemingway)
Baasyir sebelumnya selalu menyangkal jika dirinya disebut terlibat dalam peristiwa bom Bali.
Belum ada keterangan dari pengacara Baasyir mengenai pembebasan hari Jumat dan apa yang akan kemudian dilakukannya.
Ridwan Habib, seorang pengamat masalah keamanan di Indonesia mengatakan walau pengaruh Baasyir sudah melemah, namun anggota militan mungkin akan menggunakan pengaruh Baasyir untuk mendapat nama bagi mereka sendiri.
"Baasyir adalah tokoh senior dalam gerakan jihadis di Indonesia dan tidak mustahil nama besarnya akan digunakan oleh yang lain," katanya.
Di tahun 2019 menjelang pemilihan presiden, Presiden Joko Widodo pernah mempertimbangkan untuk membebaskan Baasyir lebih awal dengan alasan kesehatan, namun rencana itu dibatalkan ketika Baasyir dilaporkan menolak menyampaikan pernyataan kesetiaan terhadap Pancasila.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dan lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini
Reuters
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Kasus Baru COVID-19 di Melbourne dan Nol di Sydney Hingga Minggu Malam