jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR Selly Andriany Gantina memberikan catatan atas keputusan Menteri Agama Fachrul Razi yang tidak memberangkatkan jemaah haji Indonesia pada 2020 ini.
Pertama, Selly menegaskan situasi Covid-19 ini adalah darurat. Karena itu, kata dia, penting untuk ambil sikap yang jernih dalam menghadapi situasi darurat, dengan menyandarkan setiap keputusan dengan prinsip kehati-hatian dan ketelitian.
BACA JUGA: Ibadah Haji 2020 Dibatalkan, Penyelenggara Terancam Tekor Jutaan Dolar
"Hal ini sangat penting agar kita tidak terjebak dalam posisi saling menyalahkan, yang berakibat pada suasana disintegrasi" ujar Selly dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (2/6).
Kedua, Selly menyatakan, keputusan ini diambil dengan pertimbangan matang. Haji adalah ibadah yang sangat penting bagi kaum Muslimin. Di dalamnya ada ibadah untuk menyerahkan dan melepaskan diri dari semua atribut duniawi dengan tujuan kekhusyukan.
BACA JUGA: Tenang, Kemenag Bekasi Akan Fasilitasi Pengembalian Dana Haji
Namun, kata Selly, di balik itu semua ada satu prinsip dasar yaitu keselamatan. "Keselamatan ini yang jadi faktor paling penting," tegas politikus PDI Perjuangan itu.
Selly juga menyebut bahwa keputusan pembatalan keberangkatan haji tahun ini mesti diikuti dengan kepastian bagi jemaah khususnya yang tahun ini harusnya berangkat.
BACA JUGA: Pembatalan Haji Diputuskan Sepihak Menag, DPR Meradang
"Saya rasa yang paling penting jemaah yang harusnya berangkat harus dapat kepastian. Uang jemaah dikembalikan ya Pak Menteri. Diatur, dibuat skema yang jelas," kata Selly.
Dia mengatakan jangan rusak penantian panjang jemaah ini dengan masalah lagi. Karena itu, skemanya harus dibuat dan dilaporkan juga ke DPR agar bisa dilakukan perbaikan-perbaikan. "Jangan main-main ya Pak, kasihan mereka," tegas Selly.
Seperti diketahui, Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan tidak memberangkatkan jemaaj haji Indonesia pada 2020. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Agama Fachrul Razi dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Selasa (2/6) pagi. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy