jpnn.com, PANGKEP - Tak ada rasa lelah ataupun mengeluh dari para bocah yang menempuh pendidikan. Semangatnya tetap membara meski di bawah terik menuju sekolah.
Pagi itu, ada tujuh murid SD menyusuri jalan setapak. Wajah mereka tampak riang, sesekali berdendang.
BACA JUGA: SMK Tidak Layak Terancam Digabung
Bagi sebagian orang, jarak bukanlah masalah demi sebuah tujuan mulia. Termasuk bagi para siswa dan guru SDN 30 Passilisiang, Kelurahan Bori Appaka, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan.
Setiap hari, mereka mesti berjalan kaki kira-kira 3 kilometer untuk mencapai sekolah.
BACA JUGA: Guru Agama Masih Kurang, tak Perlu Cari Pengajar Kepercayaan
Pulangnya pun begitu. Rata-rata untuk sekali jalan, mereka butuh 50 menit untuk meniti pematang tambak.
Sekolah tersebut memang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Ada juga segelintir yang bersepeda motor.
BACA JUGA: 2018 Diprediksi Ada 12.000 Sarjana Kedokteran di Indonesia
Makin sulit saat hujan tiba. Sebab, sepanjang pematang tambak tersebut akan penuh dengan luapan air. Jatuh ke tambak sudah terbiasa bagi mereka.
Kepala SDN 30 Passilisiang, Mardiana Rachman meyampaikan, ia tidak pernah surut melangkahkan kaki ke sekolah. Begitupun dengan sembilan guru lainnya.
"Ini sudah kewajiban. Di rute itu tidak ada rumah di sepanjang jalan. Jadi kalau berjalan sendiri harus berhati-hati," kata Mardiana seperti yang dilansir Fajar Online (Jawa Pos Group), Jumat (10/11).
Sekolah tersebut terletak di tengah-tengah tambak Kampung Passilisiang, Kelurahan Bori Appaka, Kecamatan Bungoro. (fit/fajaronline/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapkan Guru Pengajar Penghayat Kepercayaan di Sekolah
Redaktur : Tim Redaksi