Sempat Berdoa untuk Marco Simoncelli di Tikungan 11

Senin, 10 November 2014 – 09:40 WIB
PERTAMA DI INDONESIA: Para founder (pengurus) SRBC berfoto bersama di tikungan terakhir Sirkuit Sepang, Malaysia, Minggu (9/11) Galih Cokro/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - Surabaya Road Bike Community (SRBC) Minggu kemarin (9/11) menjadi kelompok Indonesia pertama yang memakai Sirkuit Sepang, Malaysia, untuk bersepeda bersama. Event spesial untuk merayakan ulang tahun ketiga komunitas tersebut.

Laporan Agung Putu Iskandar dan Galih Cokro, Sepang

BACA JUGA: Lewat Bali Buka Jalan Fashion Week di Indonesia

Kayuh basikal alias gowes keliling Sirkuit Sepang memang menjadi agenda puncak tur ulang tahun ketiga Surabaya Road Bike Community (SRBC) 7–9 November di Malaysia.

Tiba Jumat lalu (7/11), rombongan langsung menuju dataran tinggi Cameron Highlands di Negara Bagian Pahang. Sabtunya (8/11) rombongan 62 orang itu langsung menjajal rute berat, menanjak 92 kilometer dari Sungai Koyan ke arah Tanah Rata (downtown-nya Cameron Highlands).

BACA JUGA: Airmata Likas untuk Gelar Pahlawan Nasional Djamin Ginting

Minggu pagi, menurut jadwal, rombongan naik bus menuju Sepang International Circuit, lalu bersepeda dua jam di litar (lintasan) kelas dunia tersebut.

Perjalanan itu menjadi lebih berat dari yang direncanakan. Bukannya berangkat pagi jam 05.00 atau 06.00 sesuai rencana, namun rombongan harus bangun dini hari pukul 02.00 dan berangkat pukul 03.00 tet.

BACA JUGA: Ayip Rizal, Perwira Polda Jawa Timur Kapten Tim Nasional Voli Indonesia

Penyebabnya, hujan lebat mengakibatkan banyak kawasan longsor di jalan terpendek turun dari Tanah Rata. Sabtu malam itu rombongan mendapat informasi dari pihak Tourism Malaysia maupun kepolisian setempat bahwa jalan tersebut ditutup.

Rombongan harus menempuh rute berputar sehingga perjalanan bertambah lama. Bila seharusnya hanya sekitar tiga jam, waktu yang diperlukan menjadi empat hingga lima jam.

Dua truk pengangkut sepeda-sepeda peserta berangkat duluan tengah malam. Tujuannya, tiba di Sepang sepagi mungkin. Kemudian, beberapa peserta juga berangkat lebih dulu untuk membantu menyiapkan sepeda-sepeda di kawasan pit dan paddock yang telah disediakan.

Intinya, peserta harus tiba pukul 08.00 atau sebelumnya. Supaya punya waktu cukup untuk menyiapkan diri sendiri dan sepeda, sebelum waktunya berkeliling sirkuit sepuasnya pukul 09.00 hingga pukul 11.00.

Beruntung, perjalanan lancar. Rombongan tiba pukul 08.15. Karena sepeda-sepeda sudah diturunkan, peserta tidak memerlukan banyak waktu untuk mengecek sepeda dan memompa ban, serta persiapan-persiapan kecil yang lain.

Lelah perjalanan seolah langsung terbayarkan setiba di Litar Sepang. Para peserta tampak begitu excited, tak sabar segera turun ke lintasan.

Ucapan Hadi Susilo, peserta yang juga ketua ISIS (Ingat Sehat Ingat Sepeda, yang eksis sejak 2004), merangkumnya dengan sangat baik.

’’Nonton Formula 1 di Sepang itu sudah biasa. Bersepeda di Sirkuit Sepang baru luar biasa!’’ ujarnya.

Kebetulan, akhir pekan lalu para petinggi Sirkuit Sepang sedang tidak di tempat. Mereka berada di Valencia, Spanyol, mengikuti seri penutup MotoGP 2014.

Namun, beberapa staf sirkuit hadir. Begitu pula, sejumlah marshal (pengawas lintasan) untuk membantu. Pihak sirkuit membebaskan peserta berputar dan berfoto di lintasan serta menyiapkan ambulans dan para marshal seandainya ada yang membutuhkan bantuan apa pun.

Hadir pula Nor Aznan Sulaiman, direktur Malaysian Tourism Promotion Board. Dialah yang menegaskan bahwa acara bersepeda di Sepang itu sangat langka. SRBC merupakan kelompok pertama dari Indonesia yang melakukan itu.

’’Di Malaysia pun jarang dilakukan. Kira-kira tiga–empat tahun lalu ada acara sepeda pula di sini,’’ kata pria yang hingga dua bulan lalu bertugas di Jakarta tersebut.

Nor Aznan menjelaskan, dirinya sudah sering mengajak kelompok-kelompok sepeda di Indonesia untuk program seperti ini. Namun, tidak ada sambutan. Akhirnya, SRBC yang melakukan dan mengajak pula peserta dari kota-kota lain. Termasuk Jakarta, Makassar, Madiun, Banyuwangi, Pasuruan, dan lain-lain.

Begitu tiba, pihak Sepang telah menyiapkan garasi pit paling ujung untuk tempat berkumpul dan menyiapkan sepeda. Paling dekat dengan pintu masuk pit lane.

Itu pit garasi spesial. Kalau di F1, tim juara dunia yang berhak menggunakan pit tersebut. Tahun ini pit garasi itu digunakan oleh Red Bull-Renault. Dan tahun depan akan dipakai oleh Mercedes, yang mendominasi F1 2014 ini.

Sebelum berangkat, rombongan dibrifing. Diingatkan tentang arah lintasan, untuk masuk ke pit bila ingin isi botol minum, dan lain-lain.

Foto bersama tentu menjadi agenda. Lokasinya di garis start, trek lurus utama sirkuit sepanjang 5,543 km dengan 15 tikungan tersebut.

Dua putaran pertama direncanakan sebagai ’’parade’’. Pada putaran pertama, para peserta perempuan memimpin di depan. Putaran kedua, giliran para founder (pengurus utama) SRBC memimpin di depan.

Setelah itu? Silakan berputar sesuka hati!

Mau kebut-kebutan? Silakan.

Mau santai dan berhenti-berhenti untuk foto-foto? Silakan.

Tentu saja, gaya para peserta pun berbeda-beda.

Sony Hendarto, dari Madiun, membayangkan diri seperti ikut MotoGP.

’’Saya tadi mengambil titik startdi nomor satu. Sama dengan Marc Marquez (pembalap MotoGP, Red). Saya kan melintasi jalan yang juga dilalui Marquez dan Valentino Rossi. Ini rasanya Sony Hendarto tidak ada bedanya sama Marquez dan Rossi. Ha ha ha,’’ kata Sony, yang bersama Jawa Pos Cycling pernah ikut tur bersepeda ke Prancis, Amerika Serikat, dan Italia.

Liem Tjong San, dari Makassar, mengatakan tak pernah membayangkan bisa mendapat pengalaman seperti ini. ’’Sejak dulu saya hanya bisa menonton Formula 1 dan MotoGP. Tidak pernah sedikit pun terbayang bisa berada di dalam sirkuit. Dan bukan hanya di dalam sirkuit, saya juga bersepeda mengitarinya,’’ paparnya.

Rata-rata peserta hanya keliling dua sampai lima putaran. Waktu lebih banyak digunakan untuk berfoto-foto di lintasan. Berhenti di hampir semua tikungan, lalu foto-foto sendiri atau bersama.

Di antara yang menguji kemampuan dan melaju secepat mungkin, rata-rata mampu mencatat waktu sekitar 8 menit 15 detik per lap. Kecepatan rata-rata 40,5 km/jam.

Tapi, itu bukan hal yang mudah, mengingat panjang dan lebar lintasan, naik turunnya, serta angin kencang yang menerjang di beberapa bagian. Ada dua tikungan, salah satunya tikungan 4, yang kemiringan tanjakannya mencapai 5 persen.

Sebagai perbandingan, catatan waktu terbaik mobil F1 di Sepang sekitar 1 menit 34 detik. Rekor MotoGP sekitar 1 menit 59 detik!

Minggu kemarin yang paling banyak berkeliling adalah ’’Tonny’’ Budianto Tanadi. Dia sepuluh kali mengelilingi sirkuit tersebut.

’’Saya nikmati setiap lap perlahan-lahan. Saya tidak ngoyo (ngotot, Red). Saya pahami sirkuit ini sampai lama-lama saya hafal. Tidak terasa sudah sepuluh lap,’’ kata Tonny, yang oleh rekan-rekan sepeda sering dijuluki Jorge Lorenzo karena keberaniannya bersepeda saat turunan dan menikung.

Salah satu tikungan yang bikin penasaran peserta adalah tikungan 11. Yaitu, tempat tewasnya pembalap MotoGP asal Italia Marco Simoncelli pada lomba 2011. Saat keliling sirkuit, banyak yang bertanya-tanya, ’’Di mana tempat Simoncelli tewas?’’

Pada suatu saat, beberapa peserta berhenti di tempat tersebut. Lalu, berdoa bersama untuk Simoncelli.

Minggu pagi itu ada satu lagi peserta datang bergabung. Dia adalah Khoiri Soetomo, ketua SRBC. Karena kesibukannya, Khoiri tidak bisa ikut acara touring penuh. Dia terbang dari Surabaya pada Minggu dini hari dan langsung ke Sepang untuk bergabung. Lalu, setelah makan siang, dia kembali ke bandara untuk terbang balik ke Surabaya.

’’Saya terus terang sangat gembira melihat antusiasme dan semangat para peserta. Tidak semua orang bisa mendapat kesempatan seperti ini. Kita dari dulu hanya bisa mengagumi balapan dan bagusnya Sirkuit Sepang dari televisi. Sekarang bisa mengalami sendiri. Ini pengalaman yang tidak terbeli, bisa jadi hanya sekali seumur hidup. Benar-benar priceless,’’ tandas Khoiri.

Susanti Sutrisno, istri Teddy Moelijono, penasihat SRBC, merasa acara tersebut lebih spesial. Sebab, dia tidak hanya bersepeda dengan sang suami, tapi juga bersama putra pertamanya, James Ignatius Moelijono.

’’Acara SRBC selalu seru buat seluruh keluarga. Para istri bisa ikut, baik untuk ikut gowes maupun hanya menjadi suporter. Saya selalu berusaha untuk gowes juga, baru kalau tidak kuat hanya jadi pendukung,’’ ujarnya.

Bagi para peserta, yang paling terasa dari Sepang adalah permukaan lintasan yang begitu mulus. ’’Dari kayuhan pertama sudah terasa mulusnya,’’ kata Candra Irawan, bendahara SRBC.

Walau mulus, permukaannya juga terasa ’’grippy’’ alias menggigit. Tekstur aspalnya membuat ban terasa lengket dan juga terasa kalau bakal membuat ban cepat habis.

Dan tidak terasa, dua jam pun berlalu. Lampu merah di atas garis start menyala, pertanda waktu sudah habis. Para peserta harus kembali ke garasi. Walaupun, sebenarnya saat itu hanya beberapa peserta yang masih keliling. Mayoritas sudah kembali ke garasi, mengepak sepeda kembali dalam koper/boks, dan mandi di fasilitas shower sirkuit.

Setelah urusan sepeda beres, para peserta naik ke lantai 2, ke salah satu ruang paddock club. Saat balap F1 atau MotoGP, ruangan-ruangan itu digunakan untuk menjamu para penonton VVIP.

’’Harga tiket paddock club saat F1 mencapai Rp 35 juta per orang. Ketika MotoGP, harganya sekitar Rp 12 juta per orang,’’ jelas Robianto dari Lily Tours, yang membantu mengorganisasi tur SRBC di Malaysia itu.

Di ruangan itu pihak sirkuit telah menyiapkan snack dan makan siang. Di ruangan itu pula, usai makan siang, para founder SRBC membagikan door prize. Hadiahnya, sumbangan dari masing-masing usaha pengurus atau anggota SRBC. Mulai sarung, power bank, timbangan, voucher makan, hingga sepeda fixie.

Acara seru dipandu oleh Dewo Pratomo, mantan penyiar radio dan MC yang aktif di usaha event organizer. Dewo terkenal dengan gayanya yang kocak dan humor yang cerdas.

Selama bersepeda pun dia paling mengundang tawa. Sementara para peserta menggunakan road bike, Dewo keliling memakai sepeda lipat Brompton-nya! Sambil membawa kamera, dia memotret para peserta di semua sudut lintasan.

Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Mulyadi ’’Mil’’ Budiyanto dan ucapan terima kasih dari panitia disampaikan oleh Azrul Ananda, founder SRBC yang juga direktur utama PT Jawa Pos Koran.

’’Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta atas partisipasinya. Mohon maaf apabila ada kekurangan, misalnya karena harus bangun sangat pagi untuk berangkat lebih cepat ke Sepang. Dan tolong, jangan kapok ikut acara-acara seperti ini di masa mendatang,’’ kata Azrul, yang bersama Dewo Pratomo sudah belasan kali meliput atau menghadiri balap F1 dan MotoGP di Sepang.

Surabaya Road Bike Community berdiri pada 11 November 2011 (11-11-2011). Selain tur ke luar negeri, rencananya bulan ini komunitas tersebut juga mengundang seluruh anggotanya untuk touring khusus, syukuran, dan makan-makan bersama. (jp/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Desainer Oscar Lawalata, 16 Tahun Angkat Budaya Indonesia dalam Karya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler