Sempat Divonis Hanya Punya 20 Persen Harapan Hidup

Senin, 05 Juli 2010 – 08:06 WIB
SEJAK dipastikan positif menderita sirosis liver pada 2007, Setiawan Djody sebenarnya mulai keluar-masuk rumah sakit, baik di dalam maupun luar negeriBeberapa titik kritis pernah dia lewati

BACA JUGA: Setiawan Djody setelah Setahun Operasi Ganti Hati (1)



-----------------------------------------------
DIAN W.-AGUNG P
I., Jakarta
-----------------------------------------------

SETAHUN berjalan setelah divonis menderita sirosis, kerusakan hati Setiawan Djody makin parah

BACA JUGA: Hartawan Setjadiningrat, Pengusaha dengan Koleksi 63 Mobil Antik

Sekitar 60 persen bagian livernya dideteksi telah rusak
Pada 2008 itulah tim dokter yang dipimpin Dr K.C

BACA JUGA: Robert Steven, Master Bonsai Dunia dari Indonesia

Tan, ahli cangkok liver di Rumah Sakit Gleneagles, Singapura, menyatakan bahwa operasi ganti hati harus dilakukan segera. 

Namun, Setiawan Djody tak langsung memenuhinyaDia justru memeriksakan diri ke salah satu rumah sakit di JepangDi sana, mantan suami Sandy Harun tersebut mendapatkan saran berbedaJika dibagi dalam tiga level, sirosis yang dia alami baru tingkat satu menuju duaArtinya, belum diperlukan operasi ganti liver
Meski sudah hampir meninggalkan seluruh aktivitas, baik berbisnis maupun bermusik, sesekali Setiawan Djody masih mencuri-curi kesempatanSekitar Maret 2009, dia bahkan manggung di halaman rumah Iwan Fals di Depok, Jawa Barat, yang memang rutin mengadakan konser dengan skala terbatas.

Saat itu dia diminta menyanyikan salah satu lagu grup Kantata yang berjudul Gelisah"Nggak tahu, saya dan Iwan (Fals) memang sering nyambung secara batinSebab, saat itu saya memang benar-benar gelisah," ungkap Setiawan Djody, lantas menyanyikan beberapa penggal syair lagu tersebut.

Sesudah manggung di rumah Iwan itu, dia dan beberapa teman sesama seniman bertolak ke Jogjakarta"Wuah, di sana saya makan soto jeroanSaya lupa namanya, Dhani Dewa pasti masih ingat," kenang pentolan grup Kantata Takwa itu sambil tertawa.

Sepulang dari kota pelajar tersebut, kondisi kesehatan pemusik sekaligus pengusaha itu benar-benar dropBeberapa bagian tubuhnya mulai bengkak, terutama perut.
Keluarga lantas membawa dia ke Rumah Sakit Pondok Indah, JakartaOleh dokter di sana, Setiawan Djody disuntik dengan stem cellDiharapkan, dengan terapi tersebut, sel livernya yang belum rusak bisa beregenerasi dan menutup yang rusak.

Namun, sebulan setelah diberi suntikan tersebut, kondisinya tidak lebih baikPerutnya tetap bengkakMuka dan kulitnya mulai menghitamBahkan, untuk kali pertama, sekitar Mei 2009, Setiawan Djody akhirnya mengalami perdarahan"Itu kali pertama, perdarahan ringan ke belakang," kenangnya.

Pada saat kritis tersebut, salah seorang pendeta Katolik menjenguknya di RS Pondok Indah malam-malamPendeta itu datang bersama seorang pengusaha besar di Indonesia, teman Setiawan Djody"Saya Islam, tapi saya pluralist seperti Gus Dur, teman saya juga dari mana-mana," kata pemegang gelar MBA dari Universitas Wharton, Amerika Serikat, pada 1974, tersebut.

Kepada pendeta itulah Setiawan Djody perlu menyampaikan rasa terima kasih secara khususSebab, pendeta tersebut memerintah dia segera berobat ke Singapura"Kalau bisa, malam ini terbang, bisa kan" Jangan ditunda-tunda lagi," katanya, menirukan perintah pendeta tersebut.

Dia menyanggupi perintah ituNamun, setelah mengontak sejumlah perusahaan penerbangan, dia baru bisa berangkat ke Singapura esok paginya"Benar, setelah dirawat di Singapura, katanya, telat sehari saja, saya sudah lewatTernyata, perut saya bengkak bukan hanya karena liver yang bengkak, tapi juga ada infeksi," paparnya.

Di Singapura, dia kembali ditangani Dr K.CTanOperasi ganti hati langsung dijadwalTapi, sebelum itu, tim dokter melakukan operasi pembersihan infeksi. 

Menurut perkiraan dokter, infeksi tersebut muncul karena pemberian stem cell sebelumnyaBerdasar keterangan dokter, suntikan itu tidak tepat diberikan kepada penderita sirosis yang sebagian hatinya sudah rusak"Mulai dibuka perut saya, tapi belum transplantasi, masih mengeluarkan semua nanah karena infeksi dulu," beber Setiawan Djody.

Sambil berjalan, pendonor hati untuk Setiawan Djody mulai dicariKeluarga menjadi target utamaTim dokter akhirnya menentukan bahwa yang paling cocok adalah hati anak keempat Setiawan Djody, yakni Shri Jehan Djody Putri"Semua anak-anak siapTapi, yang paling pas ya punya Jehan," katanya

Sesudah operasi pembersihan infeksi, kondisi Setiawan Djody mulai sedikit membaik"Dasar saya, badan mulai sedikit enak, saya sudah minta diizinkan oleh dokter untuk makan makanan lain di luar menu rumah sakit," bebernya

Dokter akhirnya mengizinkanHanya, dokter menegaskan tidak ada kelonggaran lagi pascaoperasiSebab, masa setelah operasi itu paling rawan bagi seseorang yang menjalani ganti hati"Wuah, saya agak urakan, makan kepala ikan, makan macam-macam lahSeperti seseorang yang mau menghadapi hukuman mati," ungkap dia

Karena pola makan di luar kontrol itu, kondisi Setiawan Djody kembali dropSetelah makan malam bersama istri dan anak kelimanya, Bey Mahayana Djody Putra, tiga hari sebelum penentuan operasi ganti hati, dia muntah darahSelanjutnya, dia langsung tak sadarkan diri"Kata istri, muntah darah saya seperti pancuran (di bundaran, Red) HI, menyemprot luar biasa," bebernya.

Melihat kondisi tersebut, tim dokter maju mundur untuk meneruskan operasi ganti hatiNamun, setelah rapat, mereka memutuskan tetap melanjutkan operasi itu"Sebab, kalau tidak dioperasi, esoknya saya diperkirakan sudah meninggalHarapan hidup saya saat itu disebut tinggal 20 persen," terang dia

Setiawan Djody mengakui bahwa kerusakan livernya cenderung disebabkan gaya hidupnya selama iniSebab, menurut pemeriksaan dokter, dia terbebas dari berbagai penyakit lainTidak ada tumor, kanker, ataupun hepatitis (A, B, dan C)"Jadi, memang karena lifestyle saja," tutur cucu pahlawan nasional Dr Wahidin Sudirohusodo itu

Olahraga yang ditekuni Setiawan Djody hingga umur yang hampir menginjak 60 tahun terhitung kerasMisalnya, surfing (selancar), panjat tebing, dan traveling"Main musik juga keras, Kantata TakwaLama-lama, jadilah sirosis itu," imbuhnya

Selain itu, aktivitas berbisnis yang menembus jaringan internasional memperparah kondisinyaHingga tahun terakhir sebelum transplan saja, dia mengungkapkan delapan kali pulang-pergi Indonesia-Moskow selama setahun"Belum lagi, di Moskow dingin, saya minum vodkaAduh, parah lifestyle kami," imbuh pengusaha di bidang perminyakan dan perkapalan tersebut.

Dia menjelaskan, bisa lepasnya dirinya dari kondisi kritis selama operasi itu juga disebabkan doa banyak pihak"Saya kontak semuanya, mulai alamarhum Gus Dur sampai jaringan pesantrennya, Kantata, semuaSaya minta didoakan," ungkapnya

Doa kiriman Presiden SBY yang disampaikan lewat surat juga tidak kalah berarti bagi Setiawan DjodySurat berkop sekretariat negara yang dititipkan lewat salah satu anaknya tersebut diakui ikut memperkuat mental selama menjalani operasi hingga setelah itu"Saya ucapkan terima kasih kepada semuanya," tegas dia. (*/c11/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Soekirno Martosoekardjo, Setelah 48 Tahun Terjebak di Rusia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler